eQuator – Putussibau-RK. Hujan deras yang ukuran butiran airnya tak biasa disertai puting beliung memporakporandakan Desa Tanjung Intan, Kecamatan Mentebah, Kabupaten Kapuas Hulu, Sabtu (16/1) malam. Sejumlah fasilitas pemerintahan rusak berat, sedikitnya empat unit rumah warga roboh.
Warga Desa Mentebah, Alfiansyah menuturkan, kejadian itu berlangsung sekitar dua jam sejak sekitar pukul 21.00 WIB hingga tengah malam. “Angin disertai hujan es, kilat, dan petir, tidak henti-henti. Saat kejadian, listrik mati, hujan itu kena seng atap rumah sudah seperti orang melempar batu, rumah pun terasa goyang,” ungkap pria berusia 35 tahun itu kepada Rakyat Kalbar, via telpon, Minggu (17/1).
Dikatakan Alfian, satu rumah rusak parah karena ditimpa pohon tumbang. Angin juga menerbangkan atap tiga rumah lainnya hingga sejauh 50 meter. Bahkan, sedikitnya 40 keping seng atap di bangunan Kantor Camat Mentebah terlepas.
“Kuatnya angin juga menghantam atap tribun lapangan bola hingga menyisakan tiangnya saja,” kisah dia.
Sejumlah parabola pun roboh, beberapa bangunan lainnya jadi miring. “Semua rumah ada rusaknya tapi tidak terlalu parah. Masyarakat menjadi resah dengan kondisi alam yang tak lazim seperti ini,” tukas Alfian.
Hingga berita ini diturunkan, ia mengatakan warga setempat masih bergotong royong membersihkan dan memperbaiki empat unit rumah yang mengalami kerusakan parah. Sedangkan Ketua RT dan RW setempat melakukan pendataan terhadap masyarakat yang terdampak.
Alfian juga menyatakan tidak ada korban jiwa, hanya saja petugas dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kapuas Hulu belum turun ke lokasi.
Para korban yang rumahnya mengalami kerusakan berat pun tetap bertahan di kediamannya itu. “Saya dengar jalan menuju Mentebah dari Putussibau terputus karena jalan di Kalis digenangi oleh air,” paparnya.
Warga Kecamatan Mentebah lainnya, Ros, menambahkan. Saat terjadi hujan es yang disertai angin puting beliung itu, ia sedang berada dalam rumah. Senada dengan Alfian, hujan deras itu diiringi dentuman petir bertubi-tubi. Suara tersebut terus terdengar cukup lama disertai angin kencang.
“Kami di rumah belum tidur, hujannya lebat dari sekitar jam 9 malam lewat, kayak hujan batu es. Cuma makin lama makin kuat, angin itu sampai berbunyi nguung..nguung. Listik pun padam,” cerita Ros.
Menjelang mentari terbit di ufuk timur, ia melanjutkan, baru diketahui banyak rumah warga yang rusak. “Di sekitar kami ada sepuluh rumah yang rusak, belum tahu yang di tempat lain. Setahu saya tidak ada warga yang meninggal,” ujarnya.
Hingga pukul 10.00 WIB Minggu pagi, kata Ros, warga masih membersihkan lingkungan rumah-rumah yang rusak. Pohon-pohon yang tumbang menimpa atap rumah warga dipangkas menggunakan gergaji biasa dan chainsaw (gergaji mesin).
Laporan : Andreas
Editor: Mohamad iQbaL