eQuator – Tak hanya polisi, banyak pihak terutama para pendidik sangat menyesalkan netizen yang mengumbar foto almarhumah Mayang Ariesti. Almarhumah mengakhiri hidupnya dengan cara menyedihkan, Senin (23/11).
“Saya mendapatkan laporan dari masyarakat tentang penyebaran foto korban. Itu tidak boleh dilakukan. Jadi jangan ada yang menyebar-nyebar foto tragis itu,” pinta Wakapolresta Pontianak, AKBP Veris Septiamsyah, kepada awak media di Mapolresta Pontianak, Selasa (24/11).
Menurutnya, foto tragis dan mengerikan yang beredar itu adalah foto Mayang disandingkan dengan pacarnya MF, dan foto saat ditemukan tergantung di kamarnya. Foto itu sudah tersebar sejak Senin (23/11), beberapa jam setelah ditemukan.
“Informasinya foto itu dikirim melalui telepon, kemudian disebarkan melalui BBM. Bahkan informasi yang kami dapat foto ini sampai ke teman-teman sekolah almarhumah,” ungkap Veris.
Ia berharap kepada seluruh masyarakat Kalimantan Barat, khususnya Kota Pontianak, untuk berhenti menebar foto Mayang Ariesti di media sosial apapun. “Tidak adakah rasa empati dan rasa kemanusiaan, foto itu sangat tidak layak disebarkan. Karena itu sangat melukai perasaan keluarga dan orang terdekat korban,” tambahnya.
Veris minta agar segera men-delete foto tersebut di media sosial. “Jika foto ini sudah beredar di Medsos, tolong yang memasukkannya untuk menghapus,” imbau dia.
Terpisah, Wakil Ketua DPRD Kalbar, Suma Jeny Heryati, merasa prihatin dengan tersebarnya foto sadistis itu. Menurut dia, ini sudah di luar kewajaran yang patut dilihat mengenai permasalahan yang dihadapi anak usia remaja.
“Intinya, anak usia remaja seperti itu merupakan korban. Perlu peran aktif dari rumah hingga pendidikan dan pengawasan yang lebih ketat,” kata Suma ditemui di Kantor Dewan, Selasa (24/11).
Ia menyesalkan banyak pengaruh-pengaruh negatif yang mudah diterima oleh para remaja tanpa filter pengetahuan, psikologis, serta bimbingan terhadap pergaulan remaja. Karena remaja rasa keingintahuannya terhadap segala informasi tanpa disaring baik dan buruknya.
“Untuk itulah peran keluarga sangat dibutuhkan. Komunikasi dalam keluarga serta pengawasan melalui pendekatan-pendekatan,” ujarnya.
Pendidikan agama sangat penting baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. “Pertama dari keluarga yang terkecil yaitu orangtua selain itu pendampingan melalui pendidikan agama yang harus ditonjolkan,” jelas Suma.
Hemat dia, dampak-dampak yang dapat membuat remaja ikut-ikutan berupa banyaknya tayangan-tayangan televisi dari cerita-cerita sinetron dan program tak mendidik yang menggambarkan tingkah laku remaja-remaja saat ini.
Laporan: Achmad Mundzirin dan Isfiansyah
Editor: Mohamad iQbaL