eQuator.co.id – Ala bisa karena biasa. Karena dilatih terus, ketrampilan para perajin bambu itu meningkat dengan pesat.
Saat saya dan Granados memberi pelatihan, Kamis lalu, mereka butuh waktu satu jam untuk menyelesaikan satu kukusan mini.
Kemudian meningkat empat kali lipat. Satu unit filter bambu itu selesai dalam 15 menit saja.
Jumlah perajin 13 orang. Terbagi menjadi 6 grup. Satu grup berisi 2 orang: penganyam dan perapi. Kalau satu jam per grup bisa menyelesaikan 4 unit, 8 jam paling tidak bisa merampungkan 30 unit.
Dengan 6 grup, kapasitas produksinya bisa 180 unit per hari. Order 1.300 unit yang sekarang diterima akan selesai paling lama seminggu.
Hasil kerja mereka juga semakin rapi dan seragam: tebal dan lebar bilah bambunya. Juga sudah ada ciri khasnya: dua bilah anyaman di filter kopi itu berwarna gelap. Berasal dari kulit bambunya.
Kalau suatu saat Anda menemukan produk kukusan mini dengan ciri tersebut di mana pun, itu tandanya Anda menemukan produk dari dusun Ciburial, Kabupaten Bandung Barat. Kalau produk itu dijual, tolong beli ya.
Di balik karya yang tampak sederhana itu, ada kontribusi besar para relawan Lembaga Zakat Al Azhar dan Departemen Ekonomi Keuangan Syariah Bank Indonesia. Kedua lembaga itu tengah berupaya mengentas nasib para perajin bambu di dusun Ciburial yang ambruk akibat kalah bersaing dengan pabrik perabot berbahan plastik.
Kamis pekan ini saya akan kembali mengunjungi para perajin. Untuk supervisi teknik dan hasil produksi.
Kali ini saya tidak sendiri. Ada tim videografi yang ingin membuat film dokumenter. Mengabadikan kisah perjuangan warga Ciburial yang berusaha bangkit dari keterpurukan, melalui program Desa Berdikari.
Rencana kedatangan tim videografi itu saya terima tadi sore. Tanpa berpikir panjang, saya langsung setujui permintaan mereka.
Narasi kebaikan, memang tak seharusnya disembunyikan. (jto)
*Redaktur Tamu eQuator.co.id, pegiat sosioentrepreneur, admin disway.id