Mutilasi di Asrama Polisi Melawi

RUMAH BAKUS. Di dalam rumah yang digaris oleh polisi (police line) inilah terdapat kamar dimana Brigadir Petrus Bakus memutilasi dua anaknya, Asrama Polres Melawi, Gang Darul Falah, Desa Paal, Kecamatan Nanga Pinoh, Jumat (26/2). Dedi Irawan
Brigadir Petrus Bakus

“Mereka Baik, Mereka mengerti, Mereka Pasrah”—Brigadir Petrus Bakus kepada Istrinya

Fabian dan Amora Semasa hidup. Polres Melawi for RK
Fabian dan Amora Semasa hidup. Polres Melawi for RK

eQuator.co.id – Melawi-RK. Diduga mengidap Schizophrenia, anggota Satuan Intelkam Polres Melawi, Brigadir Petrus Bakus tega memutilasi dua anaknya yang masih Balita, di rumah dinasnya, Asrama Polres Melawi, Gang Darul Falah, Desa Paal, Kecamatan Nanga Pinoh, Jumat (26/2) dinihari. Bakus juga mencoba membunuh istrinya, Windri Hairin Yanti. Beruntung, Sang Istri dapat melarikan diri dari maut.

Kabid Humas Polda Kalbar, AKBP Arianto, membenarkan peristiwa tersebut. Ia mengatakan, ketika mendapat kabar itu, Kapolda Brigjen Pol Arief Sulistyanto segera meluncur ke lokasi kejadian yang jaraknya sekitar tujuh jam jika menempuh jalur darat.

“Tersangka sudah menyerahkan diri,” terang Arianto, dihubungi Rakyat Kalbar, kemarin.

Langkah yang sudah dilakukan, lanjut dia, melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), mengamankan tersangka, dan memeriksa keterangan sejumlah saksi.

Berdasarkan keterangan saksi, seminggu belakangan Bakus polisi bernomor register (NRP) 88080657 itu memang sering marah-marah sendiri di rumahnya dan mengumbar cerita kerap mendapat bisikan mahluk halus. “Hasil keterangan yang kami kumpulkan, diduga tersangka mengalami Schizophrenia. Pada saat berusia empat tahun pun, dia sering mengalami kejadian serupa dan badan terasa kedinginan,” tutur Arianto.

Penyakit otak kronis itulah yang diduga menjadi penyebab kuat pembunuhan sadis tersebut. Anak kandungnya, Fabian (4 tahun) dan Amora (3 tahun), ditemukan dalam keadaan tak bernyawa bersimbah darah. Dua bocah malang ini mengalami luka di leher dan kedua tangan di atas lengan serta kaki di atas lutut mereka masing-masing terpisah dari badannya.

Arianto menjelaskan, pembunuhan itu terjadi saat Windri tidur pulas dalam sebuah kamar yang terpisah dari Bakus dan kedua anaknya. Sekitar pukul 00.15 WIB, Windri terbangun ketika didatangi Bakus.

Kala itu, Bakus berdiri di depan pintu kamar Windri sambil memegang sebilah parang yang sudah berlumuran darah. Kemudian Bakus mengatakan akan membunuh istrinya.

“Mereka baik, mereka mengerti, mereka pasrah. Maafkan papa ya, Dik,” kata Windri, menirukan ucapan Bakus, diceritakan oleh Arianto.

Windri pun pasrah, kemudian meminta waktu untuk menengok kedua anaknya. Bakus menimpali permintaan itu dan berkata Fabian dan Amora sudah meninggal.

Tak percaya, Windri masuk ke kamar Bakus dan dua anaknya. Windri menyaksikan langsung kondisi jasad dua anaknya yang menggenaskan.

“Istri tersangka yang sudah menyaksikan langsung anak-anaknya tewas kemudian meminta diambilkan minum sebelum dibunuh. Pada saat suaminya mengambilkan air minum, maka istrinya melarikan diri dan meminta tolong warga di sekitar asrama,” kisah Arianto.

Rumah pertama yang dikunjungi Windri untuk meminta pertolongan adalah rumah Brigadir Sukadi, rekan satu satuan suaminya itu. Sukadi yang kala itu tertidur, lalu terbangun dan mengamankan Windri ke dalam rumah serta mengunci pintu rumah.

Tak lama, Brigadir Sukadi melihat Bakus keluar rumah dan duduk di teras rumahnya sambil berkata “Sudah saya bersihkan, Bang. Saya menyerahkan diri,” kata Bakus kepada rekan Sukadi.

Hanya saja, sebelum membunuh anak-anaknya, Bakus sempat membawa mereka ke rumah dinas Kasat Intelkam Polres Melawi, AKP Amad Kamiludin, yang memang bersebelahan. Sesampai di Sang Kasat, Bakus dan kedua anaknya hanya bertemu dengan Kapolsek Menukung AKP Sofyan yang saat itu menginap di Amad.

Sofyan sempat bertanya kepada Bakus, “Ada apa malam-malam begini bawa anak kesini?”. Bakus menjawab hanya ingin bertemu dengan atasannya, “Mau bertemu Kasat, Pak”.

Sofyan hanya mengatakan Amad sudah tidur. Bakus pun pamit pulang ke rumahnya.

Selang 15 menit, terdengar teriakan minta tolong dari Windri. Sofyan pun segera membangunkan Amad. Selanjutnya, mereka beserta anggota piket dan tetangga di dekat asrama menghampiri untuk memberikan pertolongan.

Setibanya di rumah Bakus, terlihat ia sedang duduk bersama Brigadir Sukadi. Amad bertanya apa yang terjadi kepada Bakus. Bakus mengakui sudah membunuh kedua anaknya dan menyerahkan diri sambil berkata, “Siap, saya salah Pak”.

Jajaran Polres Melawi dan warga asrama kemudian mengecek ke dalam rumah Bakus dan menemukan jasad dua korban. Windri yang tadinya diamankan di rumah Brigadir Sukadi kemudian dilarikan dan diselamatkan ke rumah dinas Kapolres Melawi. “Pelaku sudah dibawa ke Polres Melawi,” pungkas Arianto.

Terpisah, suami kakak tertua dari istri Bakus, Ali Akbar baru mengetahui kejadian sekitar pukul 01.00 WIB. Pria dengan sapaan karib Budi itu dikabari oleh kolega Bakus bahwa adik iparnya berkelahi dengan suaminya, dan meminta dirinya datang ke rumahnya.

“Yang memberitahu saya itu Roni dan Bekti anggota Intel Polres. Mereka bilang adik ipar saya berkelahi dengan suaminya. Aku langsung ngumpulkan saudara-saudara istri saya, kemudian baru anggota ngomong bahwa anaknya adik ipar saya dua-duanya meninggal,” ungkap dia.

Budi sekeluarga pun langsung meluncur ke TKP, tapi sudah di-police line. “Katanya sudah dibawa ke rumah sakit,” terangnya.

Sesampainya di rumah sakit, mereka terkejut mendengar ponakannya meninggal dalam kondisi terpotong-potong. “Saya langsung mendekati Windri yang terlihat sangat syok dan bertanya kepadanya, ada apa sebenarnya,” tutur Budi.

Berdasarkan cerita yang disampaikan Windri kepada Budi, Bakus sempat bersenda gurau dengan kedua anaknya. Kemudian mereka dimandikan. Pada saat itu, Windri berada di kamar sebelah sudah mulai tertidur. Namun, tak lama suara anak-anaknya tidak terdengar lagi.

Mendadak Bakus meminta Windri mandi. Ia melihat gelagat suaminya sudah tidak baik. “Melihat bercak darah di baju pelaku, Windri melewatinya dan minum ke dapur sambil lihat ke kamar anaknya. Ternyata, dia melihat di dalam kamar, anaknya sudah bersimbah darah. Windri pun langsung berlari keluar minta bantuan,” kisah Budi.

Lanjut dia, pasangan suami istri itu pernah cekcok belakangan ini. “Sebulan lalu Si Bakus telpon saya, dia bilang sepertinya akan bercerai karena persoalannya sudah rumit benar,” bebernya.

Namun, setelah itu, Budi menyatakan tidak mendengar kabar keduanya ada masalah lagi. “Saya menjawab dia, urus baik-baik lah. Saat ini, kondisi Windri sedang syok berat, ngomong agak sulit kecuali dengan keluarga dekat. Kondisi fisik tidak ada bekas pukulan,” tutup dia.

Laporan: Ocsya Ade CP, Sukartaji, dan Dedi Irawan

Editor: Mohamad iQbaL