“Museum Yuri Gagarin”

BLOG DARI RUSIA Oleh: Ainur Rohman*

PESAWAT ULANG ALIK. Replika pesawat luar angkasa Uni Soviet di “Museum Yuri Gargarin”. Ainur Rohman-JP
PESAWAT ULANG ALIK. Replika pesawat luar angkasa Uni Soviet di “Museum Yuri Gargarin”. Ainur Rohman-JP

eQuator.co.id – MENJADI selebritis internasional yang amat terkenal namun meninggal tragis pada usia yang begitu muda. Itulah Yuri Gagarin. Salah seorang ikon terpenting bangsa Rusia (dan Uni Sovyet, dulu).

Rakyat Rusia begitu bangga kepada Gagarin. Pria yang wafat pada usia 34 tahun karena kecelakaan pesawat tersebut adalah simbol keberhasilan terpenting Uni Sovyet dalam kemajuan teknologi. Gagarin membuat Uni Sovyet mendapatkan penghormatan besar dari bangsa-bangsa lain di seluruh dunia dalam bidang ilmu pengetahuan.

Gagarin merupakan orang pertama dalam sejarah yang melakukan perjalanan ke luar angkasa. Dan 12 April 1961, tanggal ketika Gagarin sukses mengorbit bumi, merupakan salah satu momen yang paling dihafal oleh anak-anak sekolah di Rusia.

Jadi, jika berkunjung ke Moskow, memang tidak lengkap kalau tidak mendatangi “museum Yuri Gagarin” atau yang punya nama resmi The Memorial Museum of Cosmonautics itu.

Museum ini secara teknis berada persis di bawah salah satu monumen paling mengagumkan di Rusia: Monument Pokoritelyam Kosmosa alias Monument to the Conquerors of Space. Gampang sekali mencapai museum yang terletak di Prospekt Mira, sebuah kawasan yang ada di sebelah timur laut pusat kota Moskow tersebut.

Untuk mencapai tempat itu, kita hanya perlu turun di stasiun bawah tanah VDNKh yang terletak di jalur enam. Dari pusat kota, cuma membutuhkan kira-kira 25 menit naik Metro.

Selesai dibangun pada 1964, monumen berbentuk roket terbang itu tingginya mencapai 107 meter dengan kemiringan 77 derajat. Seluruhnya terbuat dari titanium. Patung raksasa ilmuwan roket dan salah seorang pioner terpenting astronautic theory Uni Sovyet, Konstantin Tsiolkovsky, duduk gagah memandang angkasa di depan monumen.

Saat saya berkunjung ke sana (23/6), monumen tersebut masih dalam tahap renovasi. Namun itu tidak mengurangi kekaguman saya pada nilai artistik pada bangunan tersebut. Tiket masuk museumnya RUB 350 (hampir Rp 80 ribu). Dan sekali lagi, pemegang FAN ID seperti saya mendapatkan diskon besar dan hanya cukup membayar RUB 150 (sekitar Rp 44 ribu).

Museum yang dibangun 17 tahun setelah berdirinya Monument to the Conquerors of Space itu menunjukkan bahwa Rusia (dan Uni Sovyet) adalah bangsa yang begitu maju dalam penjelajahan luar angkasa. Ia menyimpan sekitar 85 ribu item koleksi. Semuanya berkaitan dengan sejarah penerbangan, astronomi, dan eksplorasi luar angkasa. Juga seni yang masih berhubungan dengan pencapaian-pencapaian penting Uni Sovyet dalam ilmu pengetahuan dan teknologi luar angkasa.

Sayang, tidak ada tour guide yang siap sedia. Kalaupun ada, kita harus meminta dulu. Ongkosnya juga tidak murah, sekitar USD 200 (Rp 2,8 juta). Harga jasa di Rusia memang relatif mahal. Sebagai perbandingan, ongkos potong rambut standar untuk pria saja bisa mencapai antara RUB 1.500 sampai RUB 2.000 (Rp 338 ribu hingga Rp 451 ribu). Kan mending pulang lalu ke tukang cukur bawah pohon ya…

Namun, meski tanpa tour guide, kita masih sangat bisa menikmati koleksi museum yang memang keren itu. Beberapa koleksi terbaru disertai dengan keterangan bahasa Inggris. Jadi, kita bisa melongok ke bagian dalam space capsule yang dulu digunakan Yuri Gagarin. Mengamati satelit Sputnik 1 dan juga menikmati rangkaian perjalanan program Soyuz.

Kita juga bisa masuk ke tiruan pesawat luar angkasa milik Rusia. Dan melihat beberapa variasi Krechet, nama pakaian luar angkasa terkenal yang dikembangkan Uni Sovyet.

Pada 2009, museum itu direnovasi besar-besaran. Ia membuka seksi khusus mengenai cerita kolaborasi Rusia dengan negara-negara lain dalam misi penjelajahan luar angkasa. Maket detail pusat peluncuran roket Amerika Serikat Kennedy Space Center (KSC) juga dipamerkan. Bahkan, nama Indonesia juga ada, karena kita memiliki satelit komunikasi Palapa C1 yang diluncurkan di KSC pada 1996.

Saat saya datang ke sini, banyak juga suporter bola yang mampir. Misalnya dari Meksiko dan Kolombia. Bahkan ada juga yang dari Mesir, India, sampai Syria. ”Menurut saya, kalau ke Rusia tanpa ke museum ini memang rasanya kok agak rugi ya,” kata Jose Munoz, salah seorang fans Meksiko.

Munoz betul. Kalau agak bosan dengan sepak bola, apalagi jika tim jagoannya kalah, berkunjung ke museum memang pilihan yang sangat menyegarkan!

 

*Wartawan Jawa Pos