eQuator – Sintang-RK. Keracunan makanan kembali terjadi di Kabupaten Sintang, Sabtu (30/1). Korban merupakan para peserta dan pengurus Musyawarah Daerah (Musda) Muhammadiyah Sintang.
Satu diantara peserta Musda, Aang menduga keracunan makanan yang dialami puluhan peserta tersebut dari nasi kotak yang disediakan panitia pada saat istirahat makan siang.
“Tapi para peseta ini baru merasakan sakit perut sekitar pukul 19.00,” kata Aang, Minggu (31/1).
Aang merasa beruntung, dirinya tak memakan nasi kotak itu. Sementara rekan-rekannya menjadi korban keracunan makanan.
“Mereka yang keracunan ini menderita diare, mual-mual, bahkan ada yang muntah, sampai lemas, sehingga harus dibawa ke rumah sakit,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan dr. Harry Sinto Linoh membenarkan kejadian tersebut. Ada 32 peserta Musda dan pengurus Muhammadiyah yang dirawat inap di RSUD Ade M Djoen, diduga keracunan makanan.
“Informasi ini saya ketahui sekitar pukul 20.00. Jumlah yang dirawat inap ada 32 orang. Semua korban sudah ditangani. Kondisinya sudah membaik, dan sudah ada yang boleh pulang ke rumah,” kata dr Sinto.
Berdasarkan data yang dipegang dr Sinto, ada 120 korban keracunan yang mendapatakan perawatan jalan. Artinya setelah diberikan obat diperbolehkan pulang.
“Sekarang tinggal 29 korban yang masih dirawat di ICU. Artinya ada tiga korban yang sebelumnya dirawat inap, sudah bisa pulang” jelasnya.
Dinas Kesehatan sudah mengambil sampel makanan untuk uji laboratorium. Sehingga dapat disimpulkan kandungan makanan yang menimbulkan racun. “Sampel makanan yang kita amankan, yakni nasi kotak. Nantinya kita kirim ke laboratorium Pontianak,” jelas dr Sinto.
Pantauan di lapangan, puluhan korban korban diduga karacunan makanan, sebagian besar perempuan. Mereka terbaring lemas, dan rara-tata diinfus.
Kasus keracunan makanan sebelumnnya dialami puluhan warga Desa Telaga 1 SP 2 dan warga Desa Simba Kecamatan Bijai belum lama ini. Dr Sinto mengimbau warga untuk waspada, serta memperhatikan makanan yang hendak dikonsumsi.
Bagi penyedia jasa katering, menjaga higenisitas produk yang dijual. Memastikan bahan olahan bersumber dari bahan makanan yang sehat. Pihak terkait diminta memperketat pengawasan terhadap bahan makanan yang dijual di pasaran. Supaya semua bahan olahan makanan dipastikan layak konsumsi.
Ketua Muhammadiyah Sintang, Drs. H Senen Maryono mengatakan, insiden yang menimpa para peserta Musda di luar dugaannya. “Peserta mengonsumsi makanan yang dipesan panitia dari rumah makan. Mereka mengalami diare dan muntah-muntah,” kata Senen yang enggan menyebutkan nama rumah makan yang menjadi biang kerok keracunan makanan itu.
Senen meminta pihak terkait melakukan pemantauan penyedia jasa katering. Khususnya katering dalam jumlah besar, supaya dapat dipastikan, makanan tersebut benar-benar sehat.
Akibat insiden keracunan itu, Musda Muhammasdiyah Sintang ditunda, hingga para peserta yang keracunan makanan kembali pulih.
“Rencananya, Minggu (31/1) Musda Pemilihan Ketua Muhammadiyah Sintang selesai kita laksanakan. Tapi dengan insiden ini, terpaksa ditunda, sampai seluruh peserta dapat ikut kembali mengukuti Musda,” kesal Senen.
Minggu (31/1) sekitar pukul 09.00, Pj Bupati Sintang, Drs. Alexius Akim, MM menjenguk peserta Musda dan pengurus Muhammadiyah Sintang korban keracunan makanan di ICU RSUD AM Djoen.
“Saya turut prihatin atas kasus keracunan ini. Kita perlu mengambil hikmah dari kejadian ini. Semoga seluruh korban keracunan bisa segera pulih, sehat dan bisa kembali ke rumah bersama keluarga,” kata Akim.
Akim meminta semua pihak tidak saling menyalahkan satu sama lainnya. “Saya minta tidak saling menyalahkan,” harap Akim.
Kepala Dinas Kesehatan Sintang diminta segera mengambil langkah intens menyikapi kasus keracunan ini. “Ini bukan kali pertama terjadi di Sintang. Bahkan ini yang ketiga kalinya. Segera cari tahu apa penyebabnya,” tegas Akim.
Akim menyarankan KadisperindaKop Sintang melakukan inspeksi mendadak (Sidak) di toko Sembako. “Cek semua Sembako kita, apa ada yang kedaluwarsa. Jika ada, segera tarik, kita tidak mau ada warga kita jadi korban lagi,” pinta Akim.
Laporan: Achmad Munandar
Editor: Hamka Saptono