eQuator.co.id – Bengkayang-RK. Kekerasan seksual terhadap anak, khususnya perempuan terus meningkat di Kabupaten Bengkayang. Orangtua harus proaktif mengawasi pergaulan anak-anaknya di luar rumah.
“Sejak Januari hingga Februari 2017 ini, kami sudah menangani 23 kasus kekerasan terhadap anak perempuan. Bahkan kekerasan juga dilakukan oleh anak seumurannya,” kata Liberty Nungkat, S.Sos Kepala Bidang Perlindungan Anak Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DSP3APMD) Bengkayang ditemui Rakyat Kalbar di kantornya Jalan Guna Baru Trans Rangkang Bengkayang, Kamis (16/2).
Menurut Liberty, faktor penyebab kekerasan terhadap anak perempuam, umumnya dipicu film porno. Anak-anak sering menonton film porno melalui smartphone maupun di Warnet.
“Baru-baru kami sedang investigasi dugaan tindak kekerasan dan pelecehan terhadap anak perempuan di salah satu SDN di Lembah Bawang. Pelakunya tiga orang, juga rekan satu sekolah dengan korban,” ujar Liberty.
Dia mengaku, sebelumnya sudah menyelesaikan 22 kasus kekerasan terhadap anak perempuan. Namun, kali ini yang terjadi sungguh memprihatinkan. Pelaku dan juga korban masih berstatus murid kelas 1 hingga kelas 6 sekolah dasar.
“Ini tindaklanjut dari laporan yang kami terima dari seorang guru honorer di sekolah itu. Dia merasa prihatin atas perilaku muridnya yang diluar kewajaran,” jelas Liberty.
Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari murid SD itu, faktor penyebab terjadinya pelecehan karena sering menonton film porno dari handphone milik orangtuanya. Kemudian sering menonton band saweran (nyawer) yang dilakukan di siang hari. Dimana para wanita penjoget band saweran menggunakan rok mini dan bikini, bahkan nyaris terbuka.
“Ini yang memicu anak-anak terinfeksi dan akhirnya melakukan kekerasan seksual terhadap teman sebayanya,” tegas Liberty.
Kasus kekerasan seksual lainnya yang ditemukan petugas DSP3APMD, dilakukan kakak dan adik kandungnya. Kasus ini terjadi di Kecamatan Lembah Bawang, Bengkayang.
“Kami turun ke lapangan melakukan investigasi. Korbannya anak perempuan bawah umur dan pelakunya abang kandungnya sendiri. Hal ini sangat-sangat miris,” papar Liberty.
Menurut pengakuan pelaku, dia tega menggauli adik kandungnya karena teropesi dengan wanita penghibur pada band saweran. “Kami meminta aparat dusun, desa, kecamatan dan kepolisian bisa menindaklanjuti permasalahan ini. Band saweran ini diduga sudah lama terjadi dan menjadi tradisi. Jika dibiarkan, maka dampaknya akan semakin parah,” tegas Liberty.
Band saweran sudah menjadi hiburan yang merakyat di Bengkayang. Pemilik band biasanya diundang untuk menghibur undangan di acara pesta pernikahan, syukuran maupun kegiatan kemasyarakatan. Bahkan untuk mengundang band saweran, warga yang punya hajatan khusus pesta perkawinan tidak lagi membayar menggunakan uangnya. Warga mengundang band saweran sebagai hiburan sudah dianggap tradisi arisan di setiap kampong. Karena jika ada pesta di kampong, kalau tidak menggunakan dan dihibur band saweran, maka dianggap tidak ada pesta dan sepi pengunjung.
“Apa yang terjadi dengan lakonan band saweran ini menjadi tontonan anak-anak yang akhirnya mudah ditiru. Sehingga secara diam-diam mereka meniru dan melakukannya dengan teman sebayanya. Hal ini terjadi, juga karena dianggap kebiasaan dan kurangnya perhatian orangtua terhadap perilaku anak-anaknya,” jelas Liberty. (kur)