-ads-
Home Headline Mulai dari Demam Lapangan hingga Minta Sumbangan Sana-sini

Mulai dari Demam Lapangan hingga Minta Sumbangan Sana-sini

Faktor Tertundanya Kebangkitan Persipon

YANG DITUNGGU. Dibobol dua gol pada babak pertama, Persipon akhirnya bisa membalas satu gol pada babak kedua di Stadion SSA Pontianak, Minggu (23/4) sore. Ocsya Ade CP-RK

Bisa jadi, Inyong Lolombuan merupakan manusia paling galau bin gelisah dari seribuan orang Pontianak yang hadir di Stadion Sultan Syarif Abdurrahman (SSA) pada Minggu (23/4) sore. Dengan nada serak dan bergetar, pelatih tim Persatuan Sepak Bola Indonesia Pontianak (Persipon) itu menyatakan, “Saya bertanggung jawab atas kekalahan hari  (Minggu, 23/4) ini”.

Fikri Akbar, Pontianak

eQuator.co.id – Kekalahan 2-1 di kandang sendiri ketika melawan Sragen United pada laga perdana Liga 2 Indonesia, memukul semangat seribuan suporter yang hadir di Stadion SSA Pontianak, sore itu. Kendati secara gentleman Inyong merasa paling bersalah, sebagian besar publik sepakbola Kalbar melihat kekalahan ini tidaklah sederhana.

-ads-

Kurangnya persiapan, latihan, serta faktor finansial turut berperan besar atas kebangkitan Persipon yang tertunda tersebut. Sejurus pemandangan ‘heroik’ memang sempat terpapar di sela-sela turun minum babak pertama ditunjukkan salah seorang suporter fanatik Persipon, Atmoyo.

Setelah meminta ijin ke panitia pelaksana pertandingan, Atmoyo berteriak lantang menggunakan mikropon dari pinggir lapangan. Mewakili supoter, ia mengaku kecewa dengan kondisi finansial Persipon yang miris. Tak sebanding dengan banyaknya investor yang duduk manis membangun kerajaan bisnis di Kota Pontianak.

“Kemane duetnye Pontianak sebagai kota jasa dan perdagangan? Mereka (para pengusaha) datang ke sini cari duet jak, untuk (bantu) olahraga endak mau,” geram dia di depan suporter kedua belah pihak dan tamu kehormatan yang duduk di deretan bangku VIP.

Ia pun mengaku tak rela mendengar wacana bahwa klub kebanggaan Pontianak tersebut akan dibeli pemerintah kabupaten lain di Kalbar. “Ada bupati yang mau menerima Persipon, kalian tahulah siapa. Saya terus terang tidak mau. Jadi, hari ini saya akan minta sumbangan kepada suporter, ini akan terus kami lakukan,” terangnya. Atmoyo kemudian mengambil dus bekas air mineral dan langsung berkeliling ke semua sisi stadion untuk meminta sumbangan sukarela.

Jelas saja, aksi Atmoyo ini (seharusnya) menjadi tamparan keras bagi manajemen PT Elang Khatulistiwa, para pengurus Persipon, dan petinggi-petinggi Pemkot Pontianak. Meskipun sebelumnya, saat jeda menunggu babak kedua, ketika Persipon sudah kebobolan dua gol tanpa balas, Wali Kota Sutarmidji telah menyerahkan bantuan dari aparatur sipil negara (ASN) se-Pontianak kepada manajemen klub bertajuk Elang Khatulistiwa itu.

“Untuk Persipon dari PNS Kota Pontianak sebesar Rp250 juta,” tutur Sutarmidji disambut tepuk tangan audience di Stadion Sultan Syarif Abdurrahman.

Ia mewakili para ASN menyampaikan harapannya agar manajemen Persipon dapat memaksimalkan kinerja mereka membina tim sepakbola kebanggaan Kalbar itu. Terkait biaya, ia menyatakan pihaknya akan terus berupaya membantu dengan tujuan Persipon kembali bangkit dan berjaya.

“Soal anggaran, masih ada lagi komitmen sekitar Rp200-300 juta dari para pelaku usaha,” terang Sutarmidji.

Sedangkan, himpunan dana dari suporter Atmoyo dari para penonton mencapai Rp12.428.000. “Kami akan berkoordinasi dengan pihak manajemen. Jika masih kurang kami akan melakukan (penggalangan dana) terus setiap laga Persipon,” tegas Atmoyo.

Di sisi lain, fakta bahwa kekalahan Persipon dari Sragen United lebih didominasi kurangnya waktu persiapan untuk memperkuat faktor mental para pemain diakui oleh manajemen klub dan PSSI Kota Pontianak. “Saya melihat dari manajemen, menyatukan pemain umur 25 dengan umur 35 memang butuh waktu persiapan. Sementara kita hanya satu bulan. (Rekrutmen dan latihan) pemain lokal dan luar juga mepet, tidak sampai satu bulan,” tutur Nanang Setia Budi, Wakil Manajer Persipon.

Namun, dengan adanya gol balasan dari Persipon di babak kedua, Nanang yang juga Wakil Ketua PSSI Pontianak ini menyatakan Persipon memang butuh support secara teknis. Terutama pada jam terbang pemain.

“Kerangka (babak) kedua saya lihat sudah bagus. Mulai nampak permainannya. Saya lihat, hanya demam lapangan saja, kalau skill saya kira merata, tidak ada masalah,” paparnya.

Terkait kondisi keuangan, Nanang tidak menutupinya. Dari target pendanaan Rp2,6 miliar yang dibutuhkan selama Liga 2 Indonesia bergulir, kondisi kas Persipon saat ini bahkan belum mencapai setengahnya. Atau baru sekitar 45 persen.

Begitupun soal informasi pembelian Persipon. Secara eksplisit, Nanang menyebut Pemerintah Kota maupun investor tetap tidak bergeming membantu Persipon. Setakat ini, sudah banyak tangan-tangan terbuka yang siap membeli Persipon.

“Lumajang juga mau ambil, pertama dia mau bayar Rp300 juta, kemudian Rp1,5 miliar setelah tidak terdegradasi. Kemarin, juga ada dari Kabupaten Sintang dan beberapa kabupaten lain di Kalbar. Tapi kami manajemen Persipon menyampaikan ke pemerintah kota, katanya jangan, kita harus maju terus. Kita berupaya tetap tampil, walaupun mohon maaf secara finansial kita masih kurang,” ungkapnya.

Terpisah, Manajer Persipon, Siddiq Handanu menegaskan, jual-beli Persipon bukanlah kewenangan pihaknya. Kata dia, itu otoritas perusahaan PT Elang Khatulistiwa. Kabar yang berhembus, Bupati Sintang Jarot Winarno lah salah satu pihak yang ingin membeli Persipon.

“Beliau salah satu pengurus di PT Elang Khatulistiwa, salah satu pemilik Persipon. Saya (hanya) ditugaskan oleh PT Elang Khatulistiwa sebagai manajer, kalau untuk urusan itu (jual-beli) bukan urusan saya, saya menukangi ini saja. Saya hanya disuruh menglola pertandingan dalam liga ini, kalau Persipon mau kemana-kemana, itu urusan PT Elang Khatulistiwa,” bebernya.

Terkait minimnya pendanaan yang ada saat ini, pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk memenuhi. Siddiq juga berterima kasih kepada seluruh supoter yang telah bersedia dengan sukarela memberikan sumbangan finansial bagi Persipon dalam aksi dadakan Atmoyo. (*)

 

Editor: Mohamad iQbaL

 

Exit mobile version