Minta Perempuan Tak Diam ketika Dilecehkan

Via Tak Melapor, Lebih Memilih Fokus Berkarya

KONFERENSI PERS ASIAN GAMES. Via Vallen saat menghadiri konpers behind the scene theme song Asian Games 2018, di Ciputat, Rabu (6/6), Imam Husein-Jawa Pos
KONFERENSI PERS ASIAN GAMES. Via Vallen saat menghadiri konpers behind the scene theme song Asian Games 2018, di Ciputat, Rabu (6/6), Imam Husein-Jawa Pos

eQuator.co.id – Wajah Via Vallen tampak tegar. Ditemui di sela syuting klip video lagu “Meraih Bintang” kemarin siang (6/6). Di Toha Studio, Ciputat, artis 26 tahun itu terlihat segar dalam balutan kaus pink. Insiden direct message (DM) yang diduga berasal dari pemain Persija Marko Simic sehari sebelumnya (5/6) sama sekali tak merebut optimisme pedangdut asal Sidoarjo itu.

“Itu masalah lain, nggak boleh ganggu karir saya dong,” katanya.

Awalnya, Via keberatan untuk membahas kejadian tak menyenangkan yang dia alami. “Saya nggak mau rame-rame karenanya,” ujar Via. Dia sendiri tak menyangka bahwa respon publik atas DM yang didapatnya sangat masif dan beragam.

Pelantun Sayang itu membenarkan jika dirinya mendapat DM dengan isi pesan yang bersifat melecehkan. Namun, Via sama sekali enggan menyebut nama pengirim DM. Dia memang berjanji tidak akan mengungkapkan si pengirim walau publik sudah menebak bahwa Simic-lah pelakunya.

Walau demikian, Via yang merupakan penggemar sepak bola tahu bahwa pengirim DM itu adalah pemain sepak bola. “Dia pemain yang lagi bersinar. Tapi saya secara pribadi yang nggak kenal,” tegasnya.

Ketika mendapat DM tersebut, Via merasa syok. “Saya sebagai penyanyi dangdut sering dipandang sebelah mata terus dapat DM begitu ya merasa dilecehkan. Memang saya perempuan apaan” katanya dengan mimik tak kecewa.

Karenanya, Via pun meng-screenshoot DM dan mengunggahnya ke fitu Insta Story. Lengkap dengan percakapannya dengan pengirim DM.

Menurut Via, apa yang dilakukannya untuk bertujuan positif. Dia ingin agar para perempuan tidak tinggal diam jika mendapat perlakuan seperti itu baik di dunia maya maupun dunia nyata. Sudah saatnya perempuan lebih berani untuk angkat bicara jika mengalami insiden pelecehan.

Via menambahkan bahwa jika dia atau perempuan lain diam saja, maka perilaku melecehkan akan terus terjadi. Pelaku akan merasa perbuatannya wajar-wajar saja.

“Kalau kita diam, berarti kita mendukung si pelaku untuk melakukan hal itu lagi dan lagi,” tegasnya.

Atas tindakannya mengunggah DM tidak menyenangkan, dia mendapat dua respons. Ada yang merundung, ada yang mendukung. Merespon para perundung, Via menegaskan bahwa perempuan yang baik tak akan terima mendapat perlakuan seperti itu.

“Kalau yang mendukung si pelaku, pasti mereka mikir itu perlakuan yang biasa aja,” ujarnya.

Di sisi lain, dukungan yang diterima Via pun sangat banyak. Publik menilai apa yang dilakukannya sangat baik dan berani. Sejumlah public figure pun mendukungnya. Mulai dari aktivis feminis hingga para artis.

“Saya mengucapkan terima kasih atas dukungannya,” tuturnya, humble.

Apakah akan melapor ke pihak berwajib. Via menjawab tidak. Sebab, apa yang dia lakukan bertujuan sebagai pengingat agar para perempuan Indonesia lebih berani bertindak jika diperlakukan tak sopan.

Kini, alih-alih galau karena insiden DM tak senonoh, Via memutuskan untuk fokus berkarya. Apalagi, dia terpilih membawakan lagu Meraih Bintang yang menjadi salah satu theme song Asian Games.

“Bangga dong, bisa membawa nama Indonesia dan dangdut ke level internasional,” katanya riang.

Perlakuan tak menyenangkan dari pesepak bola pun tak mengurangi semangat Via untuk terlibat dalam acara olahraga. Dia juga mengaku tak ingin membatasi diri jika diminta tampil di acara olah raga, termasuk sepak bola. “Selama tidak mengganggu pekerjaan saya, kenapa nggak?” ujarnya.

Dukungan terhadap pedangdut Via Vallen agar berani melaporkan kasus pelecehan verbal yang dia terima itu memang terus mengalir. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise mendukung agar Via membawa kasus tersebut ke ranah hukum.

Yohana menilai kasus yang menyangkut Via itu memang berkaitan erat dengan harga diri dan martabat seorang perempuan. Bila ada perempuan yang mendapatkan mendapatkan masalah atau kekerasan seksual harus berani untuk melapor. Karena sudah ada undang-undang yang melindungi perempuan.

”Jadi ini memang pelecehan martabat perempuan. Saya juga kalau dapat seperti itu pasti saya marah dan melawan,” ujar Yohana usai Rapat Dengar Pendapat di komisi VIII DPR, kemarin (6/6).

Kementerian tersebut juga sudah melakukan banyak aksi untuk pencegahan. Yang paling sering adalah kampanye bahwa perempuan dan laki-laki setara yang menjadi kampanye global dan didukung PBB.

”Kita sudah minta kampanyekan kemana-mana agar laki-laki juga menghargai harkat dan martabat perempuan,” ujar menteri asal Papua itu.

Sementara itu, Ketua Komnas Perempuan Azriana Manalu menuturkan langkah Via Vallen untuk membuka pelecehan seksual yang dia lakukan itu bisa mendorong korban lain untuk berani berbicara. Sebab, selama ini korban cenderung enggan membuka pelecehan yang mereka terima karena ada banyak kekhawatiran.

”Salah satunya dia tahu kalau dia bersuara belum tentu dia didukung malah mungkin dia akan disalahkan. Dan itu yang dialami oleh Via, dianggap cari sensasi,” ujar dia.

Lebih dari itu, perkara tersebut pelecehan seksual itu harus disuarakan sebagai sebuah kejahatan. Bukan sekadar bisa mencegah berulangnya kejahatan itu kepada orang lain. ”Tapi juga perlu melakukan upaya-upaya masyarakat untuk mengubah cara pandang tentang kekerasan seksual,” kata Azriana.

Selama ini sebagian besar masyarakat memposisikan perempuan sebagai penjaga moral. Karena dianggap perempuan itu simbol nama baik, kesucian, atau simbol lainnya yang berkaitan dengan moralitas. Sehingga bila keluar dari konstruksi itu tdak bisa diterima oleh masyarakat. ”Nah itu yang jadi basis persoalannya,” imbuh alumnus jurusan hukum Universitas Syiah Kuala Banda Aceh itu.

Tapi, kasus pelecehan seksual itu terancam hanya timbul dan tenggelam tanpa proses hingga ke pengadilan. Lantaran, secara sistem hukum tidak mengenal pelecehan seksual. Selama ini yang bisa dibawa ke ranah hukum adalah perbuatan cabul.

”Coba buka KUHP nggak ada pelecehan seksual, yang ada perbuatan cabul,” kata dia. Sedangkan dengan menggunakan undang-undang ITE memerlukan pembuktian yang cukup panjang. ”Kalau dilaporkan harus ada bukti pendukung  yang kadang tidak mudah,” ujar dia.

Meskipun begitu, langkah Via Vallen untuk membuka pelecehan verbal itu tetap bisa dianggap sebagai sebuah kemenangan. Karena banyaknya dukungan yang dia dapatkan. Selain itu, banyak pula korban yang akhirnya berani membuka suaranya karena terinispirasi dari keberanian Via.

”Via tetap akan memenangkan kebisuan yang selama ini diciptakan untuk membuat korban-korban untuk bungkam,” ungkap dia.

Terpisah, musisi yang juga anggota Komisi X DPR Anang Hermansyah meminta publik untuk mendukung langkah Via Vallen, membuka tindakan tidak patut oleh siapapun kepada perempuan. Anang mendukung penuh jika langkah Via ditindaklanjuti hingga proses hukum.

“Tindakan orang tersebut telah merendahkan perempuan dan profesi pekerja seni. Ini harus kita lawan bersama-sama,” kata Anang kepada Jawa Pos.

Anang menilai, peristiwa ini harus menjadi catatan bagi pekerja asing yang bekerja di Indonesia. Para pekerja asing tidak hanya dituntut bisa berbahasa Indonesia. “Mereka juga harus faham kultur Indonesia, budaya ketimuran,” jelas Anang.

Anang juga mendorong kepada induk sepakbola PSSI bersikap. Jika menggunakan perspektif perlindungan perempuan, tindakan oknum tersbut semestinya harus mendapat sanksi. “Ini sebagai wujud komitmen negara memberi perlindungan kepada perempuan,” tandasnya.

Senada dengan Anang, Anggota DPR dari Fraksi PDIP Eva Kusuma Sundari juga mengapresiasi keberanian Via Vallen mengungkapkan kasus pelecehan yang dialaminya.

Sebab, selama ini banyak perempuan yang diam dan tidak berani menyampaikannya ke publik. “Jika mau lebih serius, Via bisa lapor ke polisi. Ini jadi pembelajaran untuk semua pihak bahwa pelecehan seksual tidak bisa diterima,” ujarnya.

Sikap Via yang menentang keras pelecahan itu sangat penting. Menurut dia, Via bisa menjadi ikon atau ambassador untuk stop pelecehan seksual. Penolakan Via bukan sekedar menghukum pelaku pelecahan, tapi juga untuk mendidik semua masyarakat bahwa tindakan tidak terpuji itu harus dilawan.

Eva mengatakan, kasus ini harus menjadi pelajaran berharga, khususnya bagi kaum laki-laki untuk mengubah mindset bahwa perempuan, dan kaum ibu bukan objek seksual belaka. Menghormati perempuan berarti menghormati diri sendiri. “Stop menjadi laki-laki seksis sejak dalam pikiran,” paparnya.

Sementara itu, Eni Maulani Saragih, anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar juga ikut bersuara keras menentang pelecehan yang dialami Via. Apa yang disampaikan pesepakbola itu tidak etis dan melanggar norma. “Harus ditindak. Jika ini dibiarkan maka akan banyak kasus serupa yang muncul dan menjadi pembenaran,” tegasnya.

Dia meminta Via bertindak tegas dengan menempuh jalur hukum agar ada efek jera terhadap pelakunya dan sebagai pembelajaran bagi masyarakat luas.

Menurut dia, media sosial merupakan ruang publik, sehingga tidak boleh sembarang omong, apalagi melakukan pelecehan secara verbal.

Sebagai bangsa yang beragama dan beradab, semua pengguna medsos harus menahan diri dan menjaga etika. “Saya harap pengguna media sosial berpikir jernih dan menjaga etika di ruang publik,” ucap legislator kelahiran Jakarta itu. (Jawa Pos/JPG)