Dari Turki, Dwi Lindawati dari tim redaksi Jawa Pos Radar Malang melanjutkan perjalanannya ke Madinah dan Makkah. Menjalankan umrah di kota suci sejak 8-14 November 2018 lalu, banyak keajaiban yang dirasakan. Apa saja?
Dwi Lindawati, Arab Saudi
SETELAH melakukan perjalanan dari Turki, penulis bertolak menuju Madinah melalui Bandara Internasional Turki. Butuh waktu sekitar 4 jam perjalanan menggunakan pesawat dari Turki menuju Madinah. Saat itu, kami beruntung karena mendapatkan kelas bisnis yang cukup wah beserta fasilitasnya. Perjalanan 4 jam pun terasa begitu cepat karena kami begitu menikmati perjalanan itu.
Setelah sampai di Madinah sekitar pukul 03.00 waktu Madinah, rombongan menuju bus yang tengah disiapkan. Ustad Ali Nurul Hak, pendamping rombongan, menyarankan agar setelah tiba di Hotel, semua anggota menuju ke Masjid Nabawi untuk ibadah salat Subuh. Namun, sayangnya Subuh kali pertama di Madinah terlewatkan karena kaki penulis kesakitan akibat perjalanan jauh selama di Turki.
Tapi, selama 3 hari berada di Madinah ada pengalaman yang mengesankan. Yaitu ketika rombongan menuju Raudhoh. Saat itu, penulis mengikuti rombongan untuk antre ke makam Rasullah SAW. Begitu memasuki Masjid Nabawi, penulis melihat begitu banyak umat Islam yang tengah mengular agar bisa masuk menuju makam nabi.
Mereka terbagi-bagi dalam rombongan. Untuk antre, mereka tidak boleh terpisah dari rombongannya. Begitu banyak orang yang antre ziarah ke makam Rasulullah SAW. Nah, ketika tengah antre sambil berzikir, tiba-tiba ada seorang ustadah yang memanggil dan membimbing penulis untuk ke Raudhoh.
Penulis bersama ibu pun mengikuti instruksi dan bimbingan dari ustadah tersebut. Ternyata penulis dibimbing untuk mempersingkat waktu menuju Raudhah. ”Alhamdulillah,” batin penulis. Bisa mempersingkat waktu untuk antre sehingga diberi kesempatan menunaikan salat di makam Rasulullah SAW. Selama berdoa, terasa ada keajaiban. Sebab, kebanyakan orang yang berkerumun diusir karena waktunya bergantian. Sementara penulis dibiarkan berlama-lama berdoa dan salat di makam Rasullah SAW.
Setelah selesai ke makam Rasulullah SAW, penulis pun bertanya-tanya. Kenapa bisa mempersingkat waktu untuk menuju ke makam. Ternyata ustadah tersebut mengira penulis adalah anak kecil, sehingga bisa melalui jalan pintas. Sebab, memang itu jalur khusus anak-anak agar tidak mengantre lama. Ya, meski penulis merasa beruntung, tapi merasa lucu juga. Mungkin karena fisik penulis yang seperti anak-anak sehingga dianggap anak kecil. Tapi, penulis merasa bersyukur akan itu karena ada ribuan jamaah yang antre di sana. Jika dipikir-pikir akan memakan waktu lama untuk bisa masuk ke makam Rasulullah. (*/Radar Malang)