Mental Juara

Oleh: Joko Intarto

eQuator.co.id – Beberapa tahun lalu. Engky Sasono bekerja di anak perusahaan PT Jasa Marga. BUMN operator jalan tol. Jadi pegawai rendahan. Sebagai penjaga gerbang tol. Melayani pembelian tiket bagi para pengguna jalan bebas hambatan itu.

Ada ribuan orang yang bekerja seperti Engky. Pada perusahaan yang sama. Pada posisi yang sama. Pada jam kerja yang sama. Dengan gaji yang kurang lebih juga sama. Tetapi tidak sama hasilnya. Engky sekarang menjadi direktur sebuah perusahaan besar. Kantornya dua: Jakarta dan Denpasar.

Keberhasilan Engky tentu bukan kebetulan. Bukan pula karena faktor ‘’bejo’’ alias keberuntungan belaka. Kesuksesan Engky meningkatkan kapasitas pribadinya, sungguh menarik untuk dipelajari. Untuk menjadi kunci sukses bagi siapa saja. Dalam karirnya.

Transformasi. Itulah kata kunci. Yang membuat saya bisa berkenalan dengan Engky. Yang menginspirasi saya untuk menulis buku baru: ‘’Mental Juara’’. Menghadirkan orang-orang biasa. Dengan prestasi luar biasa. Melalui proses transformasi dirinya.

Perubahan adalah sebuah keniscayaan. Perubahan terjadi setiap saat. Diri kita berubah. Lingkungan kita berubah. Model bisnis berubah. Perilaku konsumen berubah. Semua berubah.

Banyak yang mandek mengantisipasi perubahan. Tapi tidak sedikit yang berhasil. Saya termasuk yang pertama. Saya masuk ke bisnis multimedia terlalu cepat. Celakanya, ketika momentum itu tiba, saya terlambat mengantisipasi perubahan yang supercepat dalam bisnis multimedia. Saya mandek. Gagal.

Ternyata, ada potensi negatif di dalam diri saya yang cukup dominan. Potensi itulah yang membuat strategi bisnis saya jeblok. ‘’Salah satu potensi negatif Anda adalah lambat dalam mengambil keputusan. Terlambat mengantisipasi,’’ kata Pak Dedi Priadi setelah melakukan scanning 10 sidik jari saya, Selasa pagi.

‘’Yes Pak! Benar sekali,’’ sahut saya dengan antusias.

Dedi Priadi bukan dukun. Bukan juga ahli nujum. Pak Pri, begitu dia biasa dipanggil, seorang pakar membaca potensi melalui pola sidik jari. Alumni Harvard University, salah satu perguruan tinggi yang terkemuka di dunia.

Kami bertemu di sebuah kafe di Stasiun Gambir, Senin pagi. Ini bukan pertemuan kebetulan. Kami memang janjian bertemu di sana. Pertemuan yang terlaksana setelah tertunda-tunda selama dua tahun!

Saat berkenalan melalui dunia maya, Pak Pri masih tinggal di Amerika Serikat. Kami berkorespondensi melalui chatting saja.

Sejak berkenalan, saya memang ingin bertemu. Saya ingin menawarkan ‘’sesuatu’’, yakni mengelola ‘’aset’’ berupa pengetahuan tentang potensi di balik pola sidik jari. Awalnya hanya ingin menerbitkan buku dan membuat training online melalui webinar.

Bagaimana prospek bisnisnya? Entahlah. Saya hanya menuruti intuisi. Sepertinya, banyak orang yang membutuhkan media untuk memahami sisi positif dan negatifnya dari pola sidik jari. Saya merasa mendapat energi ketika mengumpulkan informasi tentang Pak Pri yang belum pernah sekali pun saya temui.

Satu setengah jam kami bertemu. Terlalu pendek sebenarnya. Apa boleh buat. Pak Pri harus segera bersiap mengisi sesi training.

Sebelum berpisah, Pak Pri memberi saya hadiah istimewa, yakni analisa potensi dari sidik jari saya. ‘’Hasil lengkapnya dikirim besok melalui email. Kali ini saya sampaikan berdasarkan informasi yang terlihat saja,’’ kata Pak Pri seusai pemindaian.

Sidik jari ternyata menyimpan banyak ‘’data digital’’. Melalui penelitian ilmiah yang panjang, diketahui bahwa pola sidik jari memiliki berbagai informasi yang selama ini tersembunyi. Salah satunya, potensi diri sesesorang, baik potensi positif maupun negatif.

Bila dikelola dengan benar, informasi potensi diri bisa meningkatkan prestasi seseorang dan kinerja organisasi dengan luar biasa. ‘’Jangan lupa, kabari saya segera kalau sudah bisa menjawab tawaran saya,’’ pesan saya kepada Pak Pri sebelum berpisah.

Dalam perjalanan pulang, saya share foto pertemuan di Stasiun Gambir itu kepada 100 orang kenalan. Ajaib, semuanya merespon dengan positif. Ada yang menyesal karena terlambat memperoleh informasi untuk roadshow seminar. Ada juga yang meminta saya mengajak Pak Pri menjadi tamu di program talkshow televisi.

Kali ini, saya tidak boleh terlambat lagi! (jto)

 

*Admin www.disway.id dan founder www.jagaters.id