eQuator.co.id – Pontianak-RK. Saat mengunjungi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA), Menteri Kesehatan RI Nila Farid Moeloek mengapresiasi rumah sakit milik Pemerintah Kota Pontianak itu, Kamis (4/8). Lokasinya di pinggir kota, merupakan suatu inovasi yang bisa menjadi contoh di Indonesia.
“Saya apresiasi sekali, beliau tidak membuat di tengah-tengah kota, tapi agak ke pinggir kota dengan maksud daerah-daerah sekitar ini juga bisa menikmati layanan rumah sakit di sini,” ujar Menkes Nila Farid Moeloek, disela-sela kunjungannya ke RSUD SSMA.
Berdiri di lahan eks Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Jalan Komyos Sudarso Kelurahan Sungai Beliung Kecamatan Pontianak Barat, RSUD SSMA lokasinya tidak jauh di perbatasan antara Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Sehingga Menkes menilai perencanaan rumah sakit milik Pemkot itu termasuk baik. Terlebih, sumber daya manusia dan tenaga medisnya juga sudah memadai. Untuk itu, pihaknya akan mengupayakan RSUD ini sebagai rumah sakit rujukan regional sehingga bisa mendapat bantuan dari pemerintah pusat.
“Baik itu bantuan peralatan kesehatan maupun bantuan lainnya,” ungkap Nila.
Senada dengan Menkes, Wali Kota Pontianak H Sutarmidji SH MHum menuturkan, pihaknya memang akan meningkatkan RSUD SSMA menjadi rumah sakit rujukan regional menjadi tipe B. Saat ini, Pemkot tengah menyelesaikan pembangunan instalasi rawat inap yang terletak di belakang gedung rumah sakit.
“Bangunan di belakang akhir tahun ini selesai. Kalau itu selesai, Insya Allah kita akan lengkapi semuanya termasuk peralatan,” tuturnya.
Menurut Midji, yang akan ditambah di rumah sakit yang masuk dalam Top 35 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2016 se-Indonesia ini yaitu peralatan medis. Bahkan, kata dia peralatan medis tersebut lebih mahal dibandingkan dengan nilai bangunan rumah sakit. Jika gedung senilai Rp43 miliar, sementara biaya untuk membeli peralatan medis bisa mencapai Rp150 miliar hingga Rp200 miliar. Itu pun belum tentu terpenuhi seluruhnya.
“Misalnya CT Scan, yaitu alat pemindai berbentuk lingkaran yang besar, cukup untuk dimasuki orang dewasa dengan posisi berbaring untuk mendiagnosis dan memonitor beragam kondisi kesehatan, dengan jumlah 120-an slices, harganya bisa di atas Rp15 miliar hingga Rp20 miliar,” papar Midji.
Untuk melengkapi peralatan lainnya, Pemkot akan bekerja sama dengan pihak ketiga dalam bentuk Kerja Sama Operasional (KSO).
“Kita akan banyak bekerja sama dengan pihak ketiga seperti alat hemodialisa atau alat cuci darah dan sebagainya, sepanjang tarifnya tidak melebihi tarif yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan,” ucapnya.
Terkait SDM, Midji mengklaim, tenaga medis di RSUD SSMA ini telah memadai. Ada beberapa dokter yang telah menyelesaikan pendidikan spesialisasi dan akan kembali untuk mengabdi di rumah sakit tersebut.
“Karena jauh sebelumnya, semasa saya menjabat sebagai Wakil Wali Kota, saya sudah dorong mereka untuk mengambil spesialisasi. Saat itu ada 18 tenaga medis, sekarang sudah pada pulang semua dan ada yang melanjutkan. Bahkan kita di sini punya ahli bedah syaraf,” jelas Midji.
Laporan: Gusnadi
Editor: Arman Hairiadi