eQuator.co.id – Kamis (30/6) pagi, sebuah rumah di Gang Lanjut, Jalan Parit Bugis, Desa Kapuas, Kecamatan Sungai Raya, Kubu Raya dipadati warga berkopiah dan berjilbab dengan wajah penuh duka.
Mereka baru saja pulang dari pemakaman Bripka Dede Rahmad. Anggota Patroli Kota (Potka) Polsek Sungai Raya itu meninggal setelah dilindas truk tronton membawa alat berat yang dikawalnya. Musibah tragis akibat rem blong itu terjadi di turunan Jembatan Landak arah menuju Siantan, Pontianak Utara, Rabu (29/6) sekira pukul 19.30.
Tak hanya sanak keluarga, kerabat dan tetangga, proses pemakaman juga dihadiri pihak keluarga Rahmad Kurnia, 38, sopir tronton. Namun tidak untuk pihak perusahaan yang meminta kawal tersebut. Hal ini menjadi kekesalan pihak keluarga almarhum.
“Jangankan untuk bertanggungjawab, nongolkan batang hidung saja tidak ada,” kesal Evi Sri Mulyanti, 32, putri pertama Bripka Dede.
Evi menjelaskan, pihak keluarga tak menuntut apa-apa. Namun, hanya ingin merasakan rasa kemanusiaan dari pihak perusahaan. “Disaat butuh pengawalan, bapak ditelepon. Disaat seperti ini mereka tak ada,” katanya.
Pihak keluarga pun hingga saat ini tak mengetahui perusahaan apa yang meminta pengawalan Bripka Dede tersebut. Karena diketahui, Bripka Dede pergi mengawal atau menjemput truk tronton dari arah hulu, bukan mengawal pergi.
“Saya ada dengar bapak ditelepon untuk menjemput, bukan mengantar. Makanya kami tak tahu apa nama perusahaannya. Bapak sering diminta pengawalan. Pernah sehari, sampai tiga perusahaan yang minta di waktu yang sama,” kata Evi.
Peristiwa memilukan menjelang lebaran ini tak disangka-sangka pihak keluarga. Karena beberapa hari belakangan ini pun tak ada tanda-tanda kepergian sang ayah.
“Bapak tak ada pesan sebelum pergi. Cuma agak emosian tiga hari terakhir ini. Tak sabaran saja,” ujarnya.
Sesekali mengelap air matanya, wanita berjilbab ini bercerita. Awalnya keluarga mengetahui Bripka Dede meninggal, setelah mendapatkan informasi dari calon menantunya, anggota Polresta.
“Calon adik ipar saya beritahu, katanya dengar dari HT Polantas, ada anggota polisi Patko yang meninggal terlindas tronton,” cerita Evi.
Evi masih belum mengetahui yang dimaksud adalah ayahnya. Malam itu juga Evi segera menghubungi pihak keluarga lainnya untuk mencari siapa anggota yang terlindas itu. Pada akhirnya Evi harus menarik napas panjang dan melafaskan ‘lInnalillahi Wainnaillaihi Rajiun‘ setelah dinyatakan, korban lindas truk tronton adalah ayahnya.
Bripka Dede meninggal diusia 57 tahun. Ia meninggalkan empat anak yang masing-masing dipanggil, Cece, Aa’, Teteh dan Adek serta dua cucu dari Evi. Sebelum meninggal pun Bripka Dede, sempat melihatkan gelagat aneh.
“Sebelum pergi mengawal tronton, gelagat ayah aneh. Tak biasanya. Dia sempat minta cium cucu ponakannya. Kata si cucu, ndak ah bau. Kakek wangi kok, kata ayah,” kisah Evi.
Selesai dimandikan di RS Yarsi, korban dipulangkan ke rumah duka Kamis (30/6) pukul 03.30. Dan dimakamkan sekira pukul 10.00. Air mata Evi masih terus berlinang. Terlebih disaat ia menceritakan kondisi ibunya, Ningsih, 52, saat ini. Meskipun tabah, sesekali ibu menangis histeris mengenang ayahnya.
“Ibu tak tahu kondisi ayah meninggal sebenarnya seperti apa dan dia selalu. Ibu sempat melihat wajah ayah sebelum dimakamkan,” katanya.
Sosok Bripka Dede
Didin Silvia Gunawan, 30, anak kedua Bripka Dede juga tak kuasa menahan tangis saat ditemui di rumah duka. Ia dan ketiga saudaranya masih tinggal satu rumah bersama orangtuanya. “Bapak suka ngumpul keluarga. Tak mau sepi. Makanya anak-anaknya masih tinggal serumah,” ujar Didin.
Aa’ sapaan Didin ini merupakan anggota Polsek Rasau Jaya. Ia bertugas di Satuan Intelkam dan berpangkat Brigadir. Ia juga tak menyangka bakal ditinggal ayahnya secepat itu. Bripka Dede kelahiran Garut ini, menjadi figur panutan seorang ayah dan seorang polisi bagi Aa’. Meski mendidik anak dengan keras, semua anaknya sangat berbakti dan menghormati orangtua.
“Pesan bapak, anak-anaknya harus disiplin dan jujur. Saya belum mampu ikut bapak. Karena bapak benar-benar disiplin, jam berapa pun diperintahkan tetap turun. Kadang saya marah juga kalau bapak turun malam. Kata bapak mumpung orang masih percaya sama kita. Jaga kepercayaan itu,” ujarnya.
Kadang, lanjut Aa’ bercerita, belum sempat ganti baju saja, Bripka Dede pergi lagi dikala ada telepon permintaan pengawalan. “Luar biasa bapak ini. Bapak juga menanam padi di depan rumah. Dia tak mau menyia-nyiakan waktu luang,” terangnya.
Bahkan sebelum meninggal pun Bripka Dede tengah disibukan gotong-royong membangun jalan gang. Ia merupakan penggeraknya dan semua warga mendukung. Tahun ini merupakan tahun Bripka Dede pensiun. Sebelumnya ia berencana bersama keluarga ingin pulang ke Bengkulu, tempat ia dibesarkan bersama keluarganya. “Ini semua kehendak Allah SWT,” ujarnya.
Musibah ini juga dibahas di sosial media. Banyak yang tak mengerti dengan UU ITE, sembarangan dalam mengumbar foto-foto korban. Tanpa disadari itu menyinggung perasaan keluarga. “Yang masih ada di sosial media tolong dihapus, kalau masih ada rasa manusiawinya. Dan jangan ada yang posting lagi,” pinta Aa’.
Karena, kata Aa’, ia tak mau membuat pihak keluarga lainnya tambah sedih. Apalagi sang ibu yang kini mengidap penyakit komplikasi. “Foto-foto itu tak layak, bukan foto senang tapi musibah. Coba dibalikan, korban merupakan keluarga yang memposting. Bagaimana,” kesalnya.
Kronologis
Kapolresta Pontianak, AKBP Iwan Imam Susilo menjelaskan, kecelakaan ini bermula saat mobil truk tronton bernomor pelat B 9569 CJ yang dikendarai Rahmad, dari arah Jalan A Yani 2 akan menuju ke Jalan Budi Utomo, Pontianak Utara.
Sesampainya di turunan Jembatan Landak, tiba-tiba angin kompresor habis, sehingga menyebabkan rem blong. Mengetahui rem blong, Acep Setiawan selaku kernet, kemudian berteriak ke arah Bripka Dede yang sedang bertugas mengawal, untuk segera menepi. “Namun tidak didengar dan tetap dalam posisi mengawal,” katanya.
Sopir truk tronton kemudian berusaha menghindari Bripka Dede yang mengawal, namun masih tetap tak terelakkan. “Hingga akhirnya tetap tertabrak, disusul menabrak dua unit sepeda motor serta dua unit mobil dari arah berlawanan, sehingga mengalami kerusakan,” jelas AKBP Iwan.
Rahmad Kurnia, merupakan sopir kelahiran Pematang Siantar. Ia diketahui sebagai warga yang tinggal di Jalan SMA 5, Kelurahan Batulayang, Pontianak Utara. “Bripka Dede Rahmad merupakan anggota Patko Polsek Sungai Raya. Saat kejadian ia tengah mengawal dengan menggunakan sepeda motor dinas jenis Yamaha King berpelat nomor 2405-27,” paparnya.
Korban selanjutnya dibawa ke Rumah Sakit Yarsi, sementara sopir dan kernet diamankan di Polsek Pontianak Utara. “Kini sopir tengah diperiksa,” tegasnya.
Kecelakaan tersebut, praktis menyebabkan kemacetan total. Karena jalan tersebut merupakan jalur utama. Sehingga kendaraan yang akan masuk dan keluar Kota Pontianak, tertahan lama. Terlebih warga yang sibuk menonton dan merekam foto.
Kondisi kemacetan ini, berangsur-angsur lancar setelah dilakukan pengaturan oleh anggota unit Lalu Lintas dan unit Sabhara Polsek Pontianak Utara, Polsek Pontianak Timur dan dibantu Satuan Lalu-Lintas Polresta Pontianak. (*)
Ocsya Ade CP, Pontianak