Menikmati Keramahan di Sanggar Genjah Arum

Dari Bengkel Foto JPG (4-Selesai)

Fotografer se-Nusantara berfoto bersama jajaran Redaksi Radar Banyuwangi (JPG), Pemkab Banyuwangi, dan para Penari Gandrung, di Sanggar Genjah Arum, Kamis (31/3) malam.
Seorang peserta Bengkel Foto JPG diajak menari oleh Penari Gandrung di Sanggar Genjah Arum, Banyuwangi, Kamis (31/3) malam.
Seorang peserta Bengkel Foto JPG diajak menari oleh Penari Gandrung di Sanggar Genjah Arum, Banyuwangi, Kamis (31/3) malam.

eQuator.co.id – Keramahan warga dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi luar biasa. Kehadiran peserta Bengkel Foto Jawa Pos Group (JPG) di sana betul-betul disupport. Bahkan, Pemkab siap mengakomodir Bengkel Foto berikutnya. Semata-mata karena sumbangsih JPG dalam pembangunan Banyuwangi yang signifikan.

Ocsya Ade CP, Pontianak

Tubuh-tubuh lelah di Gunung dan Kawah Ijen disegarkan dengan tegukan Kopi Osing di coffee shop keren, kawasan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Kamis (31/3) malam. Namanya, Sanggar Genjah Arum.

Sebelum itu, kami diajak melihat-lihat rumah dinas Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas. ‘Rumah rakyat’ Banyuwangi itu ramah lingkungan. Selain interior dan eksteriornya banyak memanfaatkan material alam setempat, Sang Surya pun jadi sumber listrik.

Beramah tamah sejenak dengan bupati, ketika hari semakin gelap, perjalanan yang dinanti-nanti pun tiba. Begitu sampai di depan Sanggar Genjah Arum, musik pengiring Tarian Gedokan menyambut kedatangan 28 fotografer plus para Pimpinan JPGNewsroom yang super gaul.

Pemilik Sanggar Genjah Arum, Setiawan Subekti, membuatkan kami kopi spesial. Saya langsung menyeruput kopi buatan pengusaha perkebunan plus ahli kopi internasional itu. Pak Iwan, begitu dia akrab disapa, langsung tersenyum begitu melihat ekspresi penuh nikmat kami yang baru saja meneguk tegukan pertama kopinya.

Ini memang bukan coffee shop biasa. Sanggar itu punya sembilan rumah adat Osing yang masih terjaga dengan baik. Osing adalah nama suku yang mendiami Bumi Blambangan alias Banyuwangi. Rumah Osing bisa dipindahkan kemana saja, tanpa paku, tapi pasak. Tidak berat untuk menjunjung dan memindahkannya.

Tatanan eksterior, interior, plus benda-benda kuno di sanggar milik Iwan seperti menceritakan Kemiren pada 50 tahun lalu. Sembilan rumah Osing ditata apik di lahan seluas kurang lebih 7.000 meter persegi. Masing-masing punya perabotan otentik Banyuwangi, juga aneka barang kuno yang usianya mencapai lebih dari 50 tahun. Rumah-rumah Osing ini usianya beragam, ada yang hampir seabad atau lima generasi.

Tercatat empat macam rumah adat khas Suku Osing, meliputi Crocogan, Tikel, Tikel Balung, dan Serangan. Tiap rumah dibagi jadi tiga ruangan utama, yakni balai atau serambi, ruang tengah dan kamar, juga dapur. Rumah ini pun disebut-sebut tahan gempa bumi.

Tempat duduk di Sanggar Genjah Arum ada di bagian balai rumah Osing. Menu utamanya, tentu saja kopi hitam dan aneka gorengan yang disajikan di nampan tradisional.

“Ini bukan kafe ya. Jangan cari cappucino atau coffee latte, itu semua ada di Starbuck. Di sini cuma ada kopi, mau ngopi ya di sini,” seloroh Iwan.

Keunikan Sanggar Genjah Arum serta sikap humble pemiliknya yang berusia 57 tahun terbukti efektif mendatangkan banyak pengunjung. Bupati Abdullah Azwar Anas sendiri selalu membawa tamunya untuk ngopi sore atau malam di sini, termasuk kami.

Pun tak heran kalau banyak pengunjung yang betah berlama-lama. Sekadar ngobrol dengan Iwan maupun menikmati hiburan Tarian Gandrung. Ini yang seru, penarinya ayu-ayu. Hmmm.

Keakraban adalah hiasan lain sanggar itu. Kalau tak ingat istri di rumah, mungkin tak mau pulang. Apalagi masing-masing dari kami ditarik untuk ikut menari. Gelak tawa pun pecah di detik-detik perpisahan fotografer se-Nusantara yang bergoyang. Ada rasa bangga bisa menari dengan tiga gadis penari yang tak lain mahasiswi-mahasiswi yang pernah mengharumkan nama Indonesia di negara lain dengan tariannya.

Dalam kesempatan itu, Wakil Bupati Yusuf Widyatmoko juga memberikan buku ‘Jelajah Pantai Timur Jawa’ yang ditulis Bayu Saksono dari Jawa Pos Radar Banyuwangi kepada kami. Ia menunjukkan bahwa Banyuwangi memiliki sejuta keindahan destinasi wisata yang terus dijaga.

Singkat cerita, waktu terus berjalan. Kamipun harus meninggalkan Banyuwangi. Melalui Redaksi Radar Banyuwangi, Bupati menyampaikan pesan. “Teman teman semua, ada salam dari Bupati. Beliau menyampaikan banyak terima kasih atas foto-foto yang sudah termuat di media masing-masing. Semuanya keren. Bupati berharap hasilnya dapat dipajang di Kantor Pemkab Banyuwangi,” kata Rendra, Fotografer Radar Banyuwangi.

Direktur JPGnewsroom Bambang Janu juga berpesan agar hasil Bengkel Foto diterapkan di koran masing-masing. “Semoga kita akan bisa lebih baik lagi, Aaamiin,” ujarnya. (*/selesai)