eQuator.co.id – Kamar indekos berukuran 4×3 meter persegi itu jadi perhatian setelah Densus 88 Mabes Polri menemukan bom jenis rice cooker dengan berat 3 kg. Sehari sebelum beraksi, Dian Yulia Novi sang ’pengantin’ bom bunuh diri sudah mengirim surat wasiat kepada orangtuanya di Cirebon, Jawa Barat. Seperti apa ?
Deny Iskandar-Jakarta
Suasana akhir pekan yang biasanya sepi di Jalan Raya Bintara VIII RT 04/09, Kelurahan Bintara Jaya, Kota Bekasi berubah Sabtu malam (11/12). Warga berdatangan hendak melihat rumah kos milik Opung Mangun tempat Dian dicokok polisi. Warga makin penasaran tatkala di salah satu kamar kos di sana ditemukan bom berdaya ledak cukup tinggi.
Menurut kepolisian, bom rice cooker itu rencananya akan diledakan Minggu (12/12) saat pergantian penjaga di Istana Negara. Minggu (11/12), kamar kos yang ditempati Dian sudah tak berpintu lagi. Pasalnya, bom itu sudah disposal atau diledakkan oleh pihak kepolisian. Bahkan, tembok bagian luar kamar terlihat hancur berikut jendela kamar.
Sedangkan, bagian dalam terlihat banyak puing keramik berserakan. Bukan hanya kamar yang ditinggali Dian mengalami kerusakan. Kamar kos lain yang bernomor 105 juga ikut terkena ledakan. Pintu tidak ada, serta tembok kamarnya retak. Dian kali pertama tinggal di rumah kos itu diantar seorang lelaki yang disebut-sebut sebagai suaminya.
Sesama penghuni indekos mengaku tidak begitu mengenal Dewi. Sebab, wanita berperawakan gemuk itu sehari-hari selalu menggunakan cadar. Belakangan, Dian diketahui ’calon pengantin’ yang hendak meledakkan bom. Itu ketika kepolisian menemukan surat yang dikirimkan Dian ke kantor Pos Bintara Jaya kepada orangtuanya yang tinggal di Cirebon, Jawa Barat.
Dalam surat itu, ditulis bahwa dia hendak melakukan aksi amaliah atau bom bunuh diri di Istana Negara bersamaan dengan kegiatan car free day, Minggu (11/12). Namun, usai mengantar surat, Dewi langsung ditangkap tim Densus 88 Mabes Polri tanpa perlawanan. Sementara dua pria yang mengantar Dian pulang ke kamar kosnya, Nur Solihin dan Agus Supriyadi juga dibekuk di jembatan Kalimalang, Jalan KH Noer Ali, Bintara Jaya.
Tetangga kos yang tinggal bersebelahan dengan Dian menyebut bila wanita itu baru empat hari tinggal di lantai dasar rumah kos tersebut. Dia menempati kamar dengan nomor pintu 104. Masing-masing kamar kos itu sewanya mulai Rp 650 ribu, Rp 750 ribu sampai Rp 900 ribu. Dian menempati kamar kos dengan harga Rp 650 ribu tanpa fasilitas.
Ati, 49, pengelola kamar kos berlantai II itu mengatakan, saat Dian baru pindah ke kesana diantar lelaki yang diakuinya sebagai suami. ”Baru empat hari dia tinggal di kosan ini. Dan pada pindahan dia diantar suaminya,” terangnya.
Ati juga mengaku, sempat ditanyai lelaki yang disebut Dian suaminya. ”Saya ditanya, kalau untuk bisa sampai ke daerah Jawa, cari busnya dimana. Saya bilang di Pulogebang,” katanya.
Sementara itu, Kapolres Metro Bekasi, Kombes Umar Surya Fana mengatakan, bom yang ditemukan di kamar kos Dian Yulia Novi tidak dirakit di Bekasi. ”Jadi Bekasi hanya jadi tempat transit Dian yang hendak meledakkan Istana Negara. Bom tidak dirakit disini,” katanya.
Kepolisian mengamankan sejumlah barang bukti setelah melakukan olah tempat kejadian perkara pada Minggu (11/12). Ada lima tas barang bukti yang dibawa pihak kepolisian dari kamar kos Dian tersebut. (*/INDOPOS/JPG)