Mengukur Reputasi DahlanIskan19

Oleh: Joko Intarto

Akun Instagram Dahlan Iskan, @dahlaniskan19

eQuator.co.id – Dahlan Iskan membuat akun instagram: dahlaniskan19. Akun itu dibuka Senin 6 November pukul 14:45.

Hingga Selasa pukul 19:00 jumlah followernya baru 2. “Tolong diinformasikan, saya aktif di IG,” kata Pak Dahlan.
Inilah tugas public relations pertama saya terhadap brand dahlaniskan19. Mendorong secepat-cepatnya agar akun itu dikenal publik dan memiliki banyak follower.

Untuk membantu “boosting” akun IG dahlaniskan19, saya buat pengumuman di Facebook saya. Narasinya menanyakan keaslian akun tersebut. Targetnya: publik penasaran lalu membuat rekomendasi tentang asli atau tidaknya akun itu.

Hanya orang yang mengenal Pak Dahlan yang bisa menilai keaslian atau kepalsuan akun dahlaniskan19. Hanya orang yang tahu betul yang akan merekomendasikan akun itu kepada teman-temannya.

Sebagian besar percaya akun dahlaniskan19 adalah akun IG Pak Dahlan yang asli. Tapi ada juga yang meragukannya.
Gaya tulisan Pak Dahlan di IG tersebut dianggap berbeda dari biasanya. “Pak Dahlan kalau menulis gak pakai koma. Hanya pakai titik,” kata seorang teman Facebook saya.

“Pak Dahlan kalau menulis pendek-pendek. Ini kok panjang-panjang? Itu bukan akun Pak Dahlan,” sambung teman Facebook saya yang lain.
Saya justru terus memprovokasi teman-teman yang masih bersikap ragu-ragu. Provokasi merupakan salah satu strategi komunikasi dalam public relations untuk mengetahui tingkat kredibilitas sebuah akun media sosial. Walau pemiliknya bernama Dahlan Iskan sekalipun.

Itulah reputasi media. Dahlan Iskan sebagai brand, tidak ada yang meragukan lagi. Tapi dahlaniskan19 berbeda sama sekali. Dahlaniskan19 adalah brand sebuah akun di IG, yang bisa dibuat siapa saja. Termasuk saya.

Pada saatnya nanti saya tentu akan membuat penjelasan. Tentang akun IG dahlaniskan19 itu. Penjelasan itu pun bagian dari strategi komunikasi dalam public relations.
Tapi penjelasan itu tampaknya tidak mendesak. Pagi ini jumlah follower sudah naik drastis: sudah hampir 2.000 orang dengan jumlah following 0 (nol). Sudah meningkat 1.000 kali lipat dibanding hari sebelumnya.

Kok bisa? Itulah salah satu rahasia yang dipelajari dalam Writing in Action di Disway Institute. Khususnya dalam hal: Membangun reputasi media online di tengah maraknya media sosial.

(Joko Intarto, Direktur Eksekutif Disway Institute, Redaktur Tamu Rakyat Kalbar)