eQuator – Jakarta-RK. Sebelum pemilihan presiden tahun lalu, putri Bung Karno, Rachmawati Soekarnoputri sudah menyampaikan sinyalemen bahwa akan ada konspirasi dan kolaborasi kecurangan untuk mendukung kemenangan salah satu pasangan.
Belakangan ini, setelah kasus #PapaMintaSaham muncul ke permukaan, sinyalemen Rachma itu pun terbukti. “Sejak sebelum Pilpres 2014 sudah diprediksi ada konspirasi dan kolaborasi megaskandal Freeport-gate. Di mana aset kita akan digadai atau konon akan dijual kepada pihak asing oleh penguasa antek asing jika kita tidak sanggup membayar utang,” ujar mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden ini dalam perbincangan dengan redaksi.
Selain kasus Freeport juga ada megaskandal lain yang sudah didiamkan sejak 2003. Yakni Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang merugikan negara tak kurang dari Rp600 triliun.
“Untuk yang terakhir ini baru JK (Jusuf Kalla) yang buka mulut agar megakorupsi yang menyedot uang rakyat dan negara Rp640 triliun itu dibuka. Negara dirugikan oleh aksi mengelentorkan BLBI kepada obligor hitam dan pengemplang pajak,” lugasnya.
“Lebih aneh lagi, bukannya mengembalikan uang negara yang diambil pengemplang BLBI, saat berkuasa Megawati malah melindungi mereka. Dengan memberikan Surat Keterangan Lunas (SKL) dan menerbitkan release and discharge. Ini harus diusut,” tegasnya.
“Lalu, mengapa Jokowi memilih bungkam soal BLBI? Bagaimana dengan janjinya memberantas korupsi?” seru Rachmawati.
Dia mengingatkan, dana yang digelontorkan kepada koruptor penerima BLBI sejatinya adalah uang yang diperoleh lewat pajak rakyat. Menurutnya, melihat perkembangan pemerintahan Jokowi sampai sejauh ini, sulit mengangankan Indonesia akan bebas dari jerat utang. Juga sulit membayangkan tambang tembaga dan emas di Papua kembali ke pangkuan ibu pertiwi. “Solusi dari persoalan ini adalah pemimpin baru. Kita semua menunggu,” ujar Rachma. (rmol)