Menemukan Ide Adalah Mencari Masalah

Beny Thanheri tampil sebagai pembicara dalam Klinik Bisnis ke-29 di Raja Uduk, Jalan Yusuf Karim, Kelurahan Saigon, Kecamatan Pontianak Timur, Kamis (1/12) lalu.

eQuator.co.id – Berbincang sejenak dengan Beny Thanheri, kita bisa langsung mengenal seperti apa sosoknya. Sikapnya ramah, bicaranya lugas dan terkesan cepat, ditambah bahasa Melayu yang kental. Ia seolah tidak pernah kehabisan ide tentang segala hal.

Dalam Klinik Bisnis gelaran ke-29, Kamis (1/12) malam, Beny menjabarkan bagaimana kreativitas menjadi sangat vital dalam berbisnis. Di acara yang dilangsungkan di Raja Uduk, Jalan Yusuf Karim, Kelurahan Saigon, Kecamatan Pontianak Timur tersebut, dia menceritakan bagaimana pengalamannya mengubah ide kreatif menjadi pundi-pundi rupiah. “Mencari ide itu artinya mencari masalah,” ujar Beny.

Menurutnya selama manusia masih menemui banyak masalah, maka akan selalu ada peluang untuk dijadikan ide bisnis. “Cari semua masalah yang ada di sekitar kita, list sebanyak mungkin, itu semua bisa jadi ide,” ujarnya.

Namun ia mengingatkan, tidak semua bisnis bisa dieksekusi saat itu juga. Ide-ide yang ada harus memperhatikan kemampuan. Jika tidak ada keseimbangan antara ide dan kemampuan, maka dibutuhkan penyesuaian. Ia mencontohkan, seorang pengusaha tidak mempunyai modal. Maka ia bisa memulai usaha tanpa modal, ataupun menjalankan usaha dengan meminjam modal bank atau orang lain. “Tapi saran saye sih janganlah, kalau bisa kita sendiri dululah mulainya,” ujarnya.

Menurutnya, tidak masalah memulai dari kecil dan sesuai dengan kemampuan yang ada. Setelah itu, biarkan usaha tersebut berproses. Dia mengingatkan, berbisnis harus dibarengi keuletan. Keberhasilan pasti akan diraih pada saatnya. “Yang penting jangan sampai kita putus asa, lajakkan jak terus, pasti Allah kasik momen suksesnya kita nantinya,” ujarnya.

Beny mencontohkan, banyak pengusaha gagal dan menemukan jalan buntu. Bahkan semua strategi sudah dicoba, namun tidak menemukan jalan keluar. “Tapi karena dia ulet, ikhtiar, man jada wa jadda, akhirnya Allah bilang, udahlah kasik lah die sukses, kirekire gitulah kalau bahase kite,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, tidak ada bisnis yang langsung sukses. “Kadang bisnis kesatu gagal, kedua gagal, ketiga gagal, ternyata bisnis kelima baru dia berhasil,” ujar Beny.

Tak ada yang bisa memastikan. Menurutnya, kesuksesan bisnis sangat kontekstual dan tergantung dengan berbagai faktor dan kondisi. “Yang penting jalankan saja, yang penting kita berusaha,” tambahnya.

Beny meyakinkan, memulai bisnis ketika masih kuliah adalah pilihan yang tepat. Dia menganggap dirinya yang baru berwirausaha ketika memasuki semester 7 perkuliahan terbilang terlambat. “Kalau sudah sarjana baru mencari bisnis, apalagi udah nak kawin, itu sudah susah, suasana sudah beda,” ujarnya.

Dia mengingatkan, bagi yang ingin berbisnis agar terus belajar. Salah satunya dengan berkumpul dengan komunitas atau belajar dengan orang-orang yang sudah menjalankan bisnis. “Agar kita bisa mempelajari kesuksesan dan kegagalan mereka,” ungkapnya.

Menurutnya, dari pada kita sendiri yang merasakan kegagalan tersebut, alangkah baiknya kita belajar dari kegagalan orang lain.

 

Foto dan Narasi: Iman Santosa