-ads-
Home Headline Menelisik Aksi Plus-plus di Balik Tirai Panti Pijat

Menelisik Aksi Plus-plus di Balik Tirai Panti Pijat

Setelah beberapa menit dipanggil dan pagar rumahnya diketuk, akhirnya penghuni rumah berlantai dua itu nongol. Tanpa membukakan pagar, dari teras rumahnya, seorang pria paruh baya berkata dengan lantang.

“Ada perlu apa cari saya,” tanya dia.

Pria yang enggan menyebutkan namanya ini tak mau berkomentar terkait keberadaan kebugaran di wilayahnya. “Kenapa memangnya? Kenapa nanya saya? Tanyalah warga di sana,” celetuknya ketika ditanya soal prostitusi berkedok pijat tradisional di Kebugaran Berseri.

-ads-

Tim Rakyat Kalbar kemudian menuju panti pijat di Jalan KH Wahid Hasyim, Pontianak Kota. Kebugaran Bunga Ayu namanya. Di sana, tamu tidak ditawari untuk memilih terapis.

Dari depan, panti pijat yang belum lama ini dirazia polisi tampak sepi. Namun, di dalam, terlihat sejumlah terapis berseragam merah muda.

“Pijit mas, ayo naik ke atas,” ajak seorang terapis.

Don Juan lagi yang terpilih untuk menikmati pijitan, diarahkan ke lantai dua, ke kamar bersekat kayu triplek yang dilindungi tirai berwarna coklat. “Masuk sini mas,” ujar perempuan yang mengenakan kacamata bergagang hitam itu.

Usai mengantar awak redaksi ke salah satu bilik, dia turun ke lantai bawah. Dari atas, terdengar dia bertanya yang sepertinya ditujukan kepada para terapis.

“Giliran siapa?” tukasnya.

Selang beberapa menit, salah seorang terapis masuk ke bilik tempat Don Juan menunggu. “Ayo buka bajunya. Buka semuanya ya,” tutur perempuan berkulit putih itu. Dia mengenalkan dirinya sebagai Tiara.

Setelah busana diperetelinya, Don Juan diminta berbaring di atas kasur berukuran 2 meter x 70 centimeter. Di Kebugaran Bunga Ayu ini, terapisnya tak banyak basa basi. Sejak awal prosesi pijat, kata-kata rayuan sudah dilontarkan.

“Di sini saya kawin setiap hari,” ucap Tiara.

Ia tak canggung bercerita mengenai dirinya. “Saya punya anak satu. Umurnya 3 tahun lebih,” ungkapnya.

Entah kebetulan atau apa, Tiara mengaku berasal dari Purwokerto, Jawa Tengah. “Di sini dari Jawa semua. Tapi kebanyakan Semarang (Jateng). Hanya beda kampung saja,” beber perempuan berusia 30 tahunan itu.

Exit mobile version