Menebar Artikel, Menuai Order

Oleh: Joko Intarto

eQuator.co.id – Saya baru siap-siap mengisi pelatihan news photography saat Pak Yono dari Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) Bank Indonesia menelepon, Sabtu pagi (27/4). ‘’Bisa ke kantor Bank Indonesia hari Kamis, 2 Mei 2019 yang akan datang?’’ tanya Pak Yono.

‘’Siap!’’ jawab saya singkat dan tegas.

‘’Apa yang bisa saya bantu?’’ tanya saya. Kebiasaan. Jawab duluan, mikir belakangan.

‘’Kami minta Pak Joko sharing pengetahuan tentang program sociopreneur dalam konteks pemberdayaan ekonomi berbasis dana syariah masyarakat,’’ jawab Pak Yono.

Sebenarnya permintaan itu sudah pernah disampaikan Pak Yono, November tahun lalu. Saat saya menjadi barista senior Bank Indonesia, dalam acara Indonesia Sharia Economic Festival 2018 di Surabaya.

Selama pameran ekonomi syariah terbesar di Indonesia itu, saya memang membuat reportase setiap hari. Tentang sisi-sisi unik program pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis dana syariah.

Selain itu, saya juga sering menulis tentang program-program pemberdayaan ekonomi yang dijalankan lembaga amil zakat. Baik itu program Lazismu, Lazisnu, Baitul Mal Hidayatullah maupun Laz Al-Azhar.

Memang hanya menulis itulah hobi saya. Rupanya Pak Yono memperhatikan. Dari situlah Bank Indonesia mengundang saya untuk berbagi informasi dan pengetahuan dari berbagai narasumber tersebut.

Meski demikian, saya tidak langsung percaya. Saya pun ‘mengetes’ Pak Yono untuk menyebutkan dua artikel saya yang diingatnya. Ternyata Pak Yono hafal luar kepala. ‘’Hotel sapi di Gunung Kidul dan produksi bamboo coffee filter di Ciburial, Bandung Barat,’’ jawabnya.

Hotel sapi adalah istilah yang saya buat sendiri untuk program peternakan sapi yang dikembangkan Lazismu di Gunung Kidul. Konsep programnya adalah membangun kandang penggemukan sapi di atas lahan wakaf milik Muhammadiyah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa Klembun Lor, Kecamatan Playen. Kandang itu menerima titipan sapi dari masyarakat untuk digemukkan dengan sistem bagi hasil atas keuntungan.

Adapun bamboo coffee filter adalah program pemberdayaan perajin di dusun Ciburial, Kabupaten Bandung Barat. Konsepnya memodifikasi produk kukusan nasi yang old style menjadi kukusan mini untuk menyaring kopi yang life style. Modifikasi itu berhasil meningkatkan nilai tambah produk kukusan sehingga harganya lebih mahal walau ukurannya jauh lebih kecil.

 

Gagasan produksi bamboo coffee filter memang berasal dari saya dan sahabat saya Jos Granados. Tetapi program pemberdayaan yang dikemas dengan nama Desa Berdikari merupakan inisiatif Laz Al-Azhar dengan pendanaan dari Bank Indonesia.

Semangat literasi!