Mendikbud: Guru Harus Seperti Pesilat

Mendikbud Muhadjir Effendy (kanan) (Charlie Lopulua/Indopos/Jawa Pos Group)
Mendikbud Muhadjir Effendy (kanan) (Charlie Lopulua/Indopos/Jawa Pos Group)

eQuator.co.id – DEPOK-RK. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyatakan keprihatinannya atas kejadian yang menimpa guru-guru di daerah. Meski sudah di-bully dan ada yang mengalami tindak kekerasan, namun tetap sabar.

“Saya senang guru-guru sabar. Namun, kalau terlalu sabar saya juga tidak suka. Guru itu harus baik, tapi kalau terlalu baik juga tidak bagus. Ingat Allah itu tidak menyukai hal-hal yang berlebihan,” kata Menteri Muhadjir saat penutupan rembuknas nasional pendidikan dan kebudayaan (RNPK) 2019 di Pusdiklat Kemendikbud, Bojongsari, Depok, Rabu (13/2).

Dia mencontohkan, bila seorang guru hanya memiliki dua baju. Karena ingin menolong lantas memberikan semua bajunya. Alhasil guru tersebut sudah menganiaya dirinya sendiri. “Itu contohnya saja, jangan karena terlalu baik dikasih semua, akhirnya malah diri sendiri enggak pakai baju,” ucap Menteri Muhadjir yang disambut tawa para kepala dinas pendidikan se-Indonesia.

Guru besar Universitas Muhammadiyah Malang ini menegaskan, dirinya keberatan bila guru dilarang memberikan sanksi kepada siswa. Sanksi wajib ditegakkan kepada siswa yang melanggar aturan sekolah. “Saya keberatan bila guru tidak boleh memberikan sanksi. Yang penting sanksinya dalam rangka mendidik bukan menghukum,” ucapnya.

Guru, lanjutnya, harus seperti pesilat. Tahu bagaimana menghindar saat mendapat serangan. “Kalau guru dianiaya siswa, guru jangan hanya diam dan tidak membela diri. Guru harus menunjukkan wibawanya. Jangan takut dikenakan sanksi. Ada caranya mendidik siswa seperti itu dan tidak sampai kena sanksi. Saya tahu caranya, kalau mau, belajar ke saya,” tutur Muhadjir dan lagi-lagi disambut aplaus peserta rembuknas. (jpnn)