Mendag Sebut Daging Beku Lebih Efisien dan Higienis

Kunjungi Pasar di Pontianak

BERCENGKERAMA. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita (baju batik) didampingi Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono (berbaju putih) ngobrol santai dengan pedagang di Pasar Flamboyan, Pontianak, Rabu (27/12). Maulidi Murni-RK

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Sehari sebelum kedatangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pembantunya di kabinet mengecek harga-harga di pasar tradisional Kota Pontianak. Ketersediaan barang pokok saat hari besar memang kerap bikin sejumlah otoritas deg-degan. Kalau langka sedikit saja atau mahal, keluhan rakyat bisa bikin pemerintah jantungan.

Itu sebabnya Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, menyempatkan diri ke Pasar Flamboyan, Rabu (27/12). Ia meninjau harga sembilan kebutuhan pokok (Sembako).

Enggar, karib Mendag disapa, didampingi Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Kalbar Muhammad Ridwan, Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, serta Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Pontianak Haryadi Tri Wibowo. Seisi pasar didatangi rombongan, bertanya kepada para pedagang di sana.

Andi, pedagang yang sudah 30 puluh tahun berjualan di Pasar Flamboyan, mengaku harga bawang yang ia jual saat ini tidak tinggi. Stok pun masih mencukupi. Harga Bawang merah, disebutnya, Rp15rb perkilogram. Kemudian diketahui bahwa cabai kering dijual di level Rp36ribu perkilogram.

“Di Flamboyan mudah-mudahan tetap terkendali,” ungkap Andi.

Enggar dan kawan-kawan pun mengecek harga daging ayam dan daging sapi. Sekaligus memantau bangunan pasar yang belum lama direnovasi tersebut.

Mendag menjelaskan, harga pangan se-Indonesia stabil. Disebutnya beberapa harga komoditas menurun, seperti harga daging ayam.

“Semua aman dan stabil, harga ayam menurun akibat banyak pasokan, tetapi harga rendah sudah ada batas. Tidak terlalu jauh,” jelas Enggar.

Terkait harga daging, ia menjelaskan, normalnya di kisaran Rp60 ribu hingga Rp120 ribu. Enggar berharap masyarakat dapat mengkonsumsi daging beku karena jauh lebih efisien dan higienis.

“Sebenarnya untuk daging, lebih higienis yang beku. Tetapi tergantung masyarakat, jika masih memilih daging di pasar tradisional, ya tidak apa-apa,” tuturnya.

Ia mengapresiasi Pemkot Pontianak karena sudah menyiapkan Posko-Posko Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Adanya Posko itu membuat harga tetap stabil, sehingga Disperindag tidak diribetkan dengan ketersediaan barang.

“Semua komoditi ada, meski beberapa, seperti beras, masih diambil dari Jawa” pungkas Enggar.

Semua harga Sembako di Pasar Flamboyan terpantau cukup stabil. Gula pasir dan minyak goreng di bawah harga eceran tertinggi (HET). Khusus cabai rawit saja mengalami kenaikan harga cukup signifikan. Pasalnya, stok cabai rawit untuk kota Pontianak masih mengandalkan dari Pulau Jawa.

“Hanya di bulan Desember ini saja yang cukup naik, dikarenakan cuaca, iklim yang tidak kondusif, ada ombak yang cukup tinggi, artinya ekspedisi agak terkendala,” tutur Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Kota Pontianak, Haryadi Tri Wibowo.

Kata dia, harga cabai rawit sebelumnya rata-rata di kisaran Rp30 ribu perkilogram. Untuk saat ini mencapai Rp60 ribu. Tapi ada juga yang dijual seharga Rp50 ribu. Haryadi mengakui, jika semakin sedikit barang, alias terbatas, maka harga biasanya dinaikkan pedagang. Namun, ia memastikan hal itu masih normal.

Sesuai arahan kementerian, nantinya bersama Dinas Pertanian serta instansi lain akan mendorong petani lokal menanam cabai rawit mengantisipasi keterbatasan stok. Menurut Haryadi, jumlah petani cabai rawit lokal masuk dalam kategori cukup. Selama ini, kabupaten tetangga Pontianak, seperti Mempawah dan Kubu Raya, menyumbang cabai rawit. Cabai rawit lokal juga datang dari Pontianak bagian utara.

Selain cabai rawit, harga telur juga ada kenaikan. Tapi tidak besar, sekitar Rp100. Gula premium pun naik Rp100 – Rp200.

“Untuk daging sapi, ada harga Rp125 ribu, Rp120 ribu, Rp80 ribu, Rp60 ribu juga ada, itu tergantung kualitasnya. Artinya tidak ada kenaikan yang berarti, masih terkendali,” ucapnya, memastikan.

Barang-barang yang masuk Pasar Flamboyan, yang merupakan pasar induk, dikatakan Haryadi, datang pada dini hari langsung dikirim ke 13 kabupaten/kota lainnya di Kalbar. Sehingga pada pagi hari, stok yang ada di Pasar Flamboyan memang berkurang.

Khusus pasar ikan di Flamboyan, Haryadi menjelaskan, akan dibangun ulang. “Kenapa sampai mendapatkan bantuan, karena Beliau (Mendag) melihat Pasar Flamboyan merupakan inovasi terbaik se-Indonesia. Nantinya juga akan ditambah kios, namun yang paling diutamakan pedagang ikan yang sudah ada. Saat ini kurang lebih sekitar 200-an,” paparnya.

Bagi Wakil Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, kunjungan Mendag ke Flamboyan merupakan berkah bagi Kota Pontianak. “Beliau sekaligus meninjau rencana pembangunan pasar ikan yang belum tuntas, menyesuaikan dengan Pasar Flamboyan yang baru, saya minta 2018 dianggarkan,” ucapnya.

Ia menyatakan Menteri Enggar memuji langkah Pemkot Pontianak mengendalikan harga dan menata pasar tradisional. Dimana daftar harga secara digital terpampang di setiap pasar.

Selain itu, Edi menyebut, ada warung penyangga yang terdapat di Kota Pontianak. Warung penyangga ini dipantau setiap hari. Tujuannya untuk menstabilkan harga. Jadi, stok barang selalu ada dan jadi acuan pedagang lain.

“Kalau misalnya bawang putih harganya Rp16 ribu satu kilo, nah kalau ada yang naikin, dia tetap 16 ribu. Sehingga yang lain bisa rugi,” ujarnya menjelaskan fungsi warung penyangga.

Soal beberapa kebutuhan bahan pokok seperti cabai rawit yang didatangkan dari luar, Pemkot Pontianak, lanjut Edi, selalu berupaya mendorong para petani atau rumah tangga menanam cabai untuk menstabilkan harga kala cuaca tidak mendukung. Usai memantau harga di Flamboyan, rombongan menuju Pasar Tengah dengan agenda serupa.

Laporan: Rizka Nanda, Maulidi Murni

Editor: Mohamad iQbaL