Mencibir tapi Keliru

HOAX

eQuator.co.id – AKUN Facebook Eyandilia Fitri Ahmad mengunggah status bernada cibiran untuk Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita. Cibiran itu terkait statement Enggar tentang kenaikan harga telur di situs reportaserakyat.com. Sepertinya, Eyandilia tipe orang-orang yang malas membaca berita secara utuh.

”Kepada seluruh masyarakat Indonesia karena harga telur naik maka di sarankan untuk bertelur sendiri wkwkwkk,” begitu status yang diunggah Eyandilia Fitri Ahmad di sebuah grup Facebook. Status itu menyertai link berita dari situs Reportase Rakyat yang berjudul, Pemerintah Sebut Kenaikan Harga Telur Disebabkan Anak Ayam.

Banyak netizen terhasut dan ikut berkomentar miring terkait posting-an Eyandilia tersebut. Misalnya, akun Muhammad Anton yang berujar, ”Telor naik karena anak ayam tdk mau bertelor…ha ha ha mentri koplak”.

Sebenarnya, Eyandilia dan netizen lainnya tak perlu mencibir kalau mereka membaca tulisan dari Reportase Rakyat secara utuh. Sebab, dalam tulisan itu, Enggar mengatakan bahwa kenaikan harga telur di beberapa wilayah Indonesia disebabkan melonjaknya harga pakan dan harga DOC (day old chicken/anak ayam).

”Harga pakan ternaknya naik, kemudian harga DOC juga naik,” kata Enggar seperti ditulis Reportase Rakyat. Kutipan Enggar tersebut juga ada pada sejumlah media. Hanya, situs Reportase Rakyat tidak mengutip secara lengkap penjelasan Enggar seperti di banyak media.

Dikutip dari JawaPos.com, Enggar menjelaskan beberapa penyebab kenaikan harga telur ayam. Pertama, harga pakan naik karena dolar terus menguat beberapa waktu terakhir. Menurut dia, selama ini banyak ayam petelur yang diberi makan jagung. Nah, jagungnya harus impor dari luar negeri. Karena itulah, harga telur meningkat. Sebab, biaya yang ditanggung peternak lebih tinggi.

Jawa Pos juga menemukan hasil penelitian mahasiswa program studi agrobisnis program magister pascasarjana Universitas Hasanuddin. Penelitian tersebut berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Jual Telur Ayam Ras (Kasus di PT Bawakaraeng Mitra Abadi, Makassar).

Dalam penelitian itu disebutkan bahwa harga DOC atau bibit anak ayam petelur merupakan salah satu faktor penentu harga telur di pasaran. Bahkan, dalam struktur produksi peternak telur ayam, DOC atau anak ayam merupakan komponen kedua setelah pakan.

Jawa Pos juga menemukan penelitian lain yang dilakukan peneliti di Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kementerian Perdagangan. Di sana juga disebut bahwa DOC petelur menjadi faktor kedua setelah harga pakan dalam penentuan harga telur. Jadi, tidak ada yang aneh dari statement menteri perdagangan. Yang koplak justru orang yang malas membaca berita dan mudah terhasut. Hahaha. (Jawa Pos/JPG)

FAKTA: Statement menteri perdagangan yang menyebut DOC atau anak ayam yang menjadi bibit ayam petelur menyebabkan harga telur tinggi memang benar.