-ads-
Home Happy Wednesday Memulai 2017 Bersama Princess Leia

Memulai 2017 Bersama Princess Leia

Oleh: AZRUL ANANDA

eQuator.co.id – Apa yang Anda selesaikan pertama pada awal 2017 ini? Kalau saya: Tertawa dan merenung bersama Princess Leia Organa (lewat bukunya).

 

Terus terang, saya tidur waktu jam menunjukkan waktu tepat tengah malam, menandai berakhirnya 2016 dan dimulainya 2017. Sempat bangun sebentar-sebentar, karena bunyi petasan begitu meriah di dekat rumah, tapi kemudian langsung tidur lagi.

-ads-

Pagi itu, alarm saya siapkan pukul 03.30. Niatnya bangun, lalu pukul 04.00 mau sepedaan sebentar, muter ringan 50 km selama 1,5 jam. Lalu mandi dan berangkat ke airport untuk –akhirnya– liburan bersama keluarga.

Lagi pula, itu memang kebiasaan saya kalau hendak terbang dan harus menuju airport sebelum pukul 07.00. Bangun, iya. Sepedaan, batal. Mungkin gara-gara tidurnya kurang enak, beberapa kali terbangun mendengar petasan. Ya sudah, lanjut ke program selanjutnya.

Pergantian tahun ini agak beda dengan beberapa sebelumnya. Tidak lagi liburan bersama seluruh keluarga besar. Karena berbagai urusan, tidak semua bisa pergi. Karena berbagai urusan, juga tidak bisa pergi sebelum tahun baru. Keluarga adik saya ke satu negara, sedangkan keluarga saya memilih ke negara yang toiletnya dikenal paling hangat dan bersih sedunia.

Khusus untuk perjalanan yang tidak terlalu jauh, saya sudah menyiapkan bekal khusus. Ya, beberapa majalah sudah saya beli, secara fisik maupun digital. Ada majalah sepeda, film, mobil, dan Mainbasket.

Fungsinya untuk bacaan appetizer selama di pesawat, plus saat naik kereta peluru antar-kota. Main course-nya: The Princess Diarist. Buku tulisan Carrie Fisher, bintang pemeran Princess Leia Organa dalam serial Star Wars, yang baru meninggal pada 27 Desember lalu karena serangan jantung.

Buku 272 halaman itu menjadi ’’sesuatu’’ pertama yang saya tuntaskan pada awal 2017 ini. Resmi tuntas setelah mulai serius dibaca di pesawat pada 1 Januari, berlanjut di perjalanan kereta pada tengah hari, 2 Januari.

Dan ini bukan buku sepele. Membaca bab-bab awalnya seperti menatap cermin, membaca kolom-kolom Happy Wednesday sendiri. Agak ngalor-ngidul, ke sana kemari, mengenang, merasakan, menyentuh, menukik, meninju, menghantam, dan yang terpenting: Menggelitik menghibur.

Bagian tengahnya memang sempat terjun ke alam kelam, masuk ke bagian terdalam. Tapi lantas kembali terbang ke atas. Di bagian akhir kembali ke sana kemari, menyentuh, menukik, meninju, menghantam, dan menggelitik menghibur.

Princess Leia mungkin merupakan sosok fantasi banyak cowok generasi saya. Atau generasi sedikit sebelum saya, atau sedikit sesudah saya.

Ketika Star Wars (kini berjudul Episode IV: A New Hope) pertama keluar pada 1977, sosok ini langsung jadi ikon pop culture. Cantiknya imut, dengan model rambut ’’earphone’’.

Princess Leia semakin membuat banyak cowok gemetaran pada Episode VI: Return of the Jedi (1983). Saat dia mengenakan gold metal bikini, beraksi mencekik dan membunuh makhluk gendut Jabba The Hut.

Carrie Fisher adalah Princess Leia. Peran yang selalu melekat padanya ke mana pun dia pergi, walaupun ada puluhan film lain yang telah dia bintangi.

Dan karena Star Wars itu begitu berpengaruh dan mengglobal, mau tak mau, suka tak suka, Carrie Fisher akan selalu menjadi Leia. ’’Star Wars adalah pekerjaan saya dari dulu sampai sekarang. Star Wars tidak bisa memecat saya, dan saya tak akan pernah bisa mengundurkan diri,’’ tulisnya di buku tersebut.

Siapa Fisher dan siapa Leia, katanya, mungkin sudah tidak jelas. ’’Ambil saja tengah-tengahnya. Tidak jauh dari situ,’’ tandasnya.

Mengenai image seksi Leia di mata penggemar laki-laki, setelah puluhan tahun Fisher mengaku sudah sangat terbiasa. Dia bahkan menyindir lucu, bahwa sudah bukan rahasia kalau image-nya dengan gold metal bikini itu merupakan sumber inspirasi masturbasi satu generasi! Wkwkwkwkwk…

Buku The Princess Diarist ini ditulis Leia, eh Fisher, saat berusia 60 tahun. Diterbitkan hanya lima pekan sebelum dia meninggal pada akhir 2016 lalu.

Itu membuat saya agak merinding karena buku ini seperti pengakuan terakhirnya sebelum dia meninggal. Bahkan, pengakuan ’’dosa’’ terbesarnya merupakan inti utama buku ini.

Pengakuan bahwa pada 1976, saat tiga bulan syuting Star Wars pertama di Inggris, dia terlibat affair bersama bintang utama lain, Harrison Ford.

Waktu itu dia masih berusia 19 tahun, mengaku sedang ’’mekar-mekarnya’’ sebagai perempuan. Sedangkan Ford sudah 33 tahun, dan waktu itu sudah menikah dan punya dua anak.

Dalam Star Wars, Harrison Ford memerankan Han Solo, seorang penyelundup yang kemudian jadi jagoan, dan menjadi kekasih dan suami Princess Leia.

Tidak ada satu pun yang tahu, selama 40 tahun ini, kalau ternyata Leia dan Solo, maaf Fisher dan Ford, ternyata memang menjalin hubungan khusus.

Secara detail, hubungan ini dituliskan di bagian tengah The Princess Diarist. Bagaimana kali pertama mereka berhubungan (melibatkan alkohol). Bagaimana mereka benar-benar bersama saat weekend, lalu saat Senin sampai Jumat bertingkat seperti rekan kerja profesional menuntaskan film besutan George Lucas tersebut.

Lewat deskripsi. Lewat puisi. Lewat catatan-catatan pendek. Fisher mencoba menggambarkan betapa rumitnya hubungan ini. Bukan cinta. Tidak ada masa depan. Tapi benar-benar seperti dua jiwa yang harus dan butuh bersama. Benar-benar complicated.

Empat puluh tahun lamanya Fisher menyimpan ini. Dan dia mengaku menghubungi dulu Harrison Ford sebelum membeberkannya dalam buku ini. Dengan pertimbangan, setelah 40 tahun, tidak akan ada lagi yang disakiti.

Buku pun terbit. Pengakuan dosa disampaikan.

“Affair saya dengan Harrison adalah sebuah one-night stand yang berlangsung sangat panjang. Saya lega saat itu berakhir. Dan saya sangat tidak menyetujui diri saya sendiri,’’ tulis Fisher.

Lalu, Carrie Fisher terkena serangan jantung dalam penerbangan dari London menuju Los Angeles. Lantas meninggal pada 27 Desember 2016 lalu…

Tidak banyak orang yang sadar, termasuk saya sebagai penggemar berat Star Wars, bahwa Fisher adalah seorang penulis berbakat.

Ini merupakan bukunya yang ketujuh. Buku-buku sebelumnya cukup laris, bahkan ada yang difilmkan. Semua berdasar pengalaman pribadi, karena Fisher memang punya hidup yang unik. Punya banyak bahan tulisan yang luar biasa.

Ayah ibunya adalah Eddie Fisher dan Debbie Reynolds, penyanyi dan aktris kondang. Saat Carrie Fisher masih balita, ayahnya meninggalkan sang ibu untuk bersama aktris kondang lain Elizabeth Taylor.

Fisher juga punya gangguan jiwa, dia terdiagnosis mengidap bipolar disorder. Mood-nya bisa bergeser begitu cepat, dari hepi ke sedih. Narkoba sempat menjadi bagian besar dalam hidupnya.

Dia pernah menikah dengan penyanyi kondang Paul Simon. Setelah bercerai, menjalin hubungan dengan agen kondang Hollywood, Bryan Lourd. Mereka punya anak, kini aktris Billie Lourd.

Hebohnya, Bryan Lourd lantas meninggalkan Carrie Fisher untuk menjalin hubungan –dan kemudian menikah– dengan seorang laki-laki. Hidup yang luar biasa bukan?

Fisher tidak pernah lulus SMA. Dia drop out di kelas 11 untuk terjun di dunia entertainment. Tapi, dia mengaku sangat suka membaca (bahkan gila membaca), dan sangat suka menulis sejak masih kecil.

Menurut Fisher dalam buku terakhirnya ini, menulis seperti membantu meluapkan segala hal yang mengganggu di dalam kepalanya. Mungkin tidak membantu menyelesaikan masalah, tapi minimal membantu mengurangi beban di kepala.

Nah, saat syuting Star Wars pada 1976 itu, dia banyak menulis catatan, menyusun diary. Baru-baru ini, saat berbenah di rumah, dia menemukan banyak catatan tersebut. The Princess Diarist pada dasarnya adalah pengembangan dari coretan-coretan itu.

Membaca bagian tengah buku ini, yang berisi coretan-coretan itu, rasanya seperti membaca tulisan remaja perempuan yang sedang galau. Anda punya anak perempuan yang remaja? Kalau dia menulis diary, isinya mungkin seperti bagian tengah buku ini!

Bisa bagus, bisa gawat. Hehehe…

Sempat masuk dalam ke gua yang begitu gelap di dalam kepala Fisher, bagian akhir buku kembali mengajak kita ke dunia yang lebih terang. Senang rasanya membaca dan membayangkan betapa ’’serunya’’ interaksi Fisher dengan para penggemar Star Wars di berbagai penjuru dunia. Bagaimana dia berpikir menyaksikan begitu banyak orang antre untuk mendapatkan tanda tangannya, atau berfoto dengannya.

Bagian paling aneh? Melihat cewek berdandan memakai gold metal bikini ala Leia. Bahkan melihat COWOK berdandan memakai gold metal bikini ala Leia.

Bagian paling menyenangkan? Melihat begitu banyak anak kecil perempuan berdandan putih ala Leia. Tapi, ketika hendak berfoto, ada anak kecil yang justru menangis tidak senang. Karena dia tidak mau berfoto dengan Leia yang sudah tua dan gemuk (ini tulis Fisher sendiri). Maunya dengan Leia yang masih muda dulu.

Bagaimana menjelaskan kepada anak kecil kalau film Star Wars yang dia tonton (atau dipaksakan untuk ditonton oleh orang tuanya) sebenarnya disyuting 40 tahun lalu? Wkwkwkwkwk…

Asli, rasanya seperti membaca lagi tulisan-tulisan Happy Wednesday sendiri (yang lucu-lucu, bukan yang jelek-jelek). Karena kolom ini kebanyakan basisnya memang dari pengalaman hidup sehari-hari.

Hanya, setelah tuntas membaca The Princess Diarist, saya jadi berpikir, kapan ya waktu paling baik menceritakan kisah paling dalam dan rahasia dalam hidup saya?

Misalnya waktu remaja, belajar berpacaran, belajar gonta-ganti pacar (huh?), dan lain sebagainya?

Princess Leia alias Carrie Fisher menunggu sampai dia berusia 60 tahun untuk bercerita. Tahun 2017 ini saya akan mencapai angka 40.

Hmmm… Semoga saya betah terus menulis Happy Wednesday. Semoga Anda tidak pernah bosan membaca Happy Wednesday. Karena mungkin kita harus menunggu 20 tahun lagi untuk edisi spesial tersebut! Wkwkwkwkwk…

Happy New Year! (*)

Exit mobile version