eQuator.co.id – Di sela-sela agenda yang padat di Surabaya, saya menyempatkan sedikit waktu untuk menemui dr Ananto. Pendiri Museum Kanker Surabaya. Yang juga museum kanker satu-satunya di dunia itu.
Kami janjian bertemu di Museum Kanker, di Jl Raya Kayoon. Tak jauh dari Grand City Mall. Lokasi acara ISEF 2018.
Lumayan. Bisa ngobrol hampir satu jam. Bahkan sempat mengajari dokter yang juga konsultan bisnis itu cara mengoperasikan webinar untuk meeting, training dan seminar online. “Ternyata sangat gampang. Ini akan bermanfaat besar untuk membangun komunikasi yang lebih intensif antara dokter, survivor, pasien dan keluarganya,” kata Pak Ananto sembari tertawa kecil.
Agenda pertemuan saya dengan Pak Ananto memang hanya untuk membahas webinar. Saya menawarkan platform berbasis video conference itu sebagai solusi untuk mengedukasi masyarakat terhadap kanker.
Sebagai institusi satu-satunya di dunia, Museum Kanker Surabaya berpotensi menjadi pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pengobatan kanker yang penting. Namun, peran ini belum bisa ditunaikan secara maksimal. Sebab, masyarakat masih menghadapi kendala untuk mengakses. Terutama yang tinggal jauh dari Surabaya.
“Saya paham sekarang. Berarti lewat webinar ini nanti kita bisa membuat program seminar dan konsultasi secara terencana. Bisa seminggu sekali atau dua kali. Pesertanya bisa siapa saja dari mana saja di seluruh dunia,” kata Pak Ananto, dengan wajah riang, seusai latihan webinar.
Kami sudah janjian cukup lama. Hampir 3 bulan lalu. Tapi waktunya tidak pernah cocok. Sama-sama sibuk. Baru Selasa lalu itulah bisa bertemu. Walau hanya satu jam. Cukup untuk mendiskusikan beberapa rencana.
Sebelum pulang, Pak Ananto mengajak saya berfoto bersama. Di depan papan informasi yang menyala terang. “Lihat papan itu. Pada tanggal 1 Desember 2018, sudah 241 ribu lebih yang meninggal karena kanker. Itu data dari tanggal 1 Januari 2018,” jelas Pak Ananto.
Semoga pertemuan ini bisa menjadi jalan kebaikan. Menolong mereka yang terkena kanker. Mencegah kanker berkembang lebih jauh. Bahkan bisa sembuh kembali. (jto)