eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Jam 6 pagi kemarin, di halaman Kantor Bupati Melawi tumpah ruah 8.259 ‘Kartini’. Jalan protokol Kota Nanga Pinoh pun macet bukan kepalang, hingga polisi akhirnya memberlakukan lalu lintas satu jalur. Kumpul-kumpul perempuan berkebaya ini yang dilanjutkan dengan Gerak Jalan Kebaya akhirnya memecahkan rekor Muri.
Awalnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Melawi melalui Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) hanya menargetkan 5000 perempuan berbusana khas Kartini saja yang ikut kegiatan tersebut. Rupanya, antusiasme para ‘Kartini’ menjebol target itu.
“Ini berkat dukungan dan kerja sama pemerintah dan masyarakat Melawi serta semua lini,” ujar Ketua TP-PKK Melawi, Ny. Nurbetty Eka Mulyastri Panji, Kamis (21/4).
Astrid, sapaan karib Ny. Nurbetty, menyatakan Gerak Jalan Kebaya ini membuktikan kesetaraan gender, perempuan setara dengan pria. “Terima kasih juga kepada pihak terkait lainnya yang menjadi sponsor dan sudah berpartisipasi dalam kegiatan ini,” tuturnya.
Gerak Jalan Kebaya dalam peringatan Hari Kartini ke-137 ini diramaikan berbagai kalangan. Mulai dari pelajar, pegawai pemerintah, Ibu-ibu Bhayangkari dan Persit Kartika Chandra Kirana, Polwan serta Kowad. Tepat jam 7 pagi, Bupati Melawi Panji melepas secara langsung kegiatan itu.
Di tengah keterbatasan anggaran karena APBD 2016 tak kunjung cair duitnya, gerak jalan yang finish jam 8 pagi di Pasar Kuliner Nanga Pinoh itu bukan satu-satunya kegiatan. Ada Festival Busana Melawi plus pemberian hadiah kepada pemenang peragaannya, juga pengundian doorprize kepada para peserta gerak jalan itu sendiri.
Perwakilan dari Museum Rekor Dunia-Indonesia (Muri), Ari Andriani mengesahkan rekor tersebut. Kata dia, sebelumnya rekor Gerak Jalan Kebaya adalah 2000 orang.
“Ini tidak hanya bisa masuk rekor Nasional, tapi kami perwakilan dari Muri mengukuhkan ini juga masuk rekor dunia. Kami memberikan penghargaan pemerakarsa kepada penyelenggara dan pendukung yakni kepada Bupati Melawi, Ketua TP-PKK, Kepala Kantor Tim Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana, serta bank yang menjadi sponsor,” ungkapnya.
Terkait rekor Muri tersebut, Bupati Panji juga berterima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung kegiatan. Termasuk para peserta. Kata dia, Kartini lahir tanggal 21 April. Menjelang umur 12 tahun, setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Kartini mulai dipingit. Ia kemudian berjuang dengan tulisan-tulisannya agar perempuan tidak dianggap sebagai kaum lemah.
“Perjuangan Kartini ini hendaknya tidak terhenti dan terus diperjuangkan. Bagaimanapun, itulah yang ingin kita ingatkan pada hari ini. Sehingga tidak ada kaum yang dianggap lemah di negeri ini. Kita semua punya hak yang sama, punya tanggung jawab sama dalam membangun Negara, bangsa, dan daerah kita,” paparnya.
Laporan: Dedi Irawan
Editor: Mohamad iQbaL