eQuator.co.id – Pontianak-RK. Progres pembangunan Jembatan Kapuas 3, dan jalan tol Pontianak-Singkawang, on the track. Dua mega proyek itu sudah masuk dalam Rancangan Pembangunan Jangka Mengah Nasional (RPJMN).
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan, yang pada Selasa (20/8) mengikuti pembahasan RPJMN yang digelar di Balikpapan, Kalimantan Timur. Yang diikuti lima kepala daerah se-Kalimantan.
“Di pertemuan itu, untuk pembangunan-pembangunan seperti Jembatan Kapuas (JK) 3, jalan tol Pontianak-Singkawang, insya Allah sudah masuk di RPJMN,” tuturnya, diwawancarai usai mengkuti rapat paripurna pandangan fraksi-fraksi terhadap RPJMD Kalbar, di kantor DPRD Kalbar, Kamis (22/8).
Dengan demikian, ia menyatakan, realisasi pelaksanaannya tinggal menunggu waktu saja. “Bisa saja tahun 2020 mulai dikerjakan,” ucap Norsan.
Sedangkan untuk rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), dijelaskannya, saat ini pemerintah dan stakeholder terkait terus melakukan kajian-kajian mendalam. Ia mengisyaratkan, potensi pembangunan PLTN di Kalbar tersebut sangat berpeluang untuk direalisasikan.
“Rencana kita itu, pembangkit listrik tenaga nuklir juga akan kita usulkan masuk di RPJMN, mudah-mudahan itu bisa terwujud, kalau pelabuhan internasional saat ini tengah dibangun,” terangnya.
Untuk Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kalbar, yang saat ini tengah dibahas bersama Legislatif, garis-garis besarnya, lanjut dia, tetap memprioritaskan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas indeks pembangunan manusia (IPM).
“Dalam RPJMD kita, tetap berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sekarang kan di angka 5.06 persen, nah untuk 2023 target kita di RPJMD pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh di angka 6,15,” papar mantan Bupati Mempawah dua periode ini.
Imbuh Norsan, “Kemudian, IPM yang sekarang di angka 66,26 persen, peringkat ke 28 dari seluruh provinsi, target kita nanti akan meningkat di angka 70,01 persen”. Ia yakin, dengan kerja yang efektif dan efesien, pada 2023 IPM Kalbar bisa masuk 10 besar se-Indonesia.
MAAF KALTENG
Di luar itu, tiga gubernur dan dua wakil gubernur se-Kalimantan yang duduk bersama pada Selasa (20/8), merupakan momen langka. Yang memicu atmosfer luar biasa di tengah rencana pemindahan ibu kota negara pengganti Jakarta. Apalagi hadir Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro.
Di rapat konsultasi regional Pulau Kalimantan dalam penyusunan rancangan awal RPJMN 2020-2024 yang berlangsung di Hotel Novotel Balikpapan, dibahas juga mengenai rencana pemindahan ibu kota negara. Yang menurut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah saatnya pusat pemerintahan dipindah untuk mengurangi beban Jakarta.
Gubernur Kaltim Isran Noor dalam pidatonya sempat menyinggung tanda Kaltim lah yang lebih diunggulkan. Kala Kaltim diminta lebih dulu dipanggil maju ke podium untuk memaparkan tanggapan kepala daerah soal draf RPJMN 2020-2024.
“Harusnya Kaltim terakhir menyampaikan tanggapan ini. Tapi ini dipanggil pertama. Mungkin tanda (dipilih sebagai ibu kota negara). Jadi maaf Kalteng,” canda Isran disambut tawa dan tepuk tangan peserta rapat. Selebihnya, Isran menunjukkan sisi diplomatisnya.
Dalam penentuan lokasi ibu kota negara, di mana pun ibu kota negara nantinya di Kalimantan, tak menjadi masalah bagi Kaltim. Dirinya, sebagai kepala daerah dan pemerintah Benua Etam mendukung sepenuhnya. Karena Kalimantan secara utuh memang tepat jadi ibu kota negara.
“Di mana pun ibu kota nanti (di Kalimantan), kami dukung sepenuhnya,” ucap Isran.
Kandidat lainnya, dari Kalteng, juga tampil santai. Gubernur Kalteng Sugianto Sabran yang meski awalnya mendukung Kaltim sebagai ibu kota negara menegaskan posisi daerahnya. Dia meminta maaf kepada Isran Noor. Yang beberapa kali bercanda menunjukkan keunggulan Kaltim.
“Kalteng memang tak pernah meminta (jadi ibu kota negara). Tapi Kalteng punya sejarah yang baik tahun 1950. Usaha dan doa sudah ada. Tinggal menunggu takdir Allah,” kata Sugianto yang juga disambut tawa dan tepuk tangan peserta rapat.
Kepada pewarta, Sugianto menyatakan kesiapan daerahnya. Sejumlah kekurangan Kalteng disebut bukan menjadi halangan. Seperti struktur demografi yang homogen, meski di lapisan masyarakat masih terdapat pro dan kontra. Namun dia pastikan akan menjembatani setiap aspirasi terutama yang tinggal di pedalaman.
“Memang ada kekhawatiran. Seperti di Kaltim pun, apakah semua masyarakatnya terutama di pedalaman bahagia ibu kota pindah ke sini (Kaltim),” ungkapnya.
Untuk kebakaran lahan gambut pun bukan alasan. Karena Sugianto menyebut, di luar gambut pun yang terbakar sebagian besar adalah lahan tidak produktif.
Artinya, jika pembangunan terus terjadi di Kalteng, maka potensi mengurangi dampak munculnya titik api. “Buktinya antara 2016 hingga 2018 kebakaran tak separah di 2015. Dan 2019 ini kami kelola dan alhamdulillah dengan bantuan Allah turun hujan seperti sekarang ini,” sebutnya.
Sikap tegas mendukung Kaltim diucapkan Gubernur Kaltara Irianto Lambrie. Secara historis Kaltara memang sebelumnya bagian dari Kaltim.
Posisi daerahnya jika memang Kaltim dipilih, akan menjadi beranda belakang ibu kota negara. Pun kedekatan Kaltim dan Kaltara tak hanya soal batas, melainkan pribadinya yang lama mengabdi untuk Kaltim.
“Untuk ibu kota nanti, kami dukung berada di Kaltim. Bagaimana pun Kaltara dulu bagian Kaltim,” ujar Irianto.
Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan netral. Sejak awal, Kalbar bukan kandidat. Namun dengan adanya pemindahan ibu kota di Kalimantan, dia mendukung demi tercapainya kemajuan pembangunan khususnya infrastruktur yang selama ini tertinggal.
“Di Kaltim atau Kalteng, kami mendukung sepenuhnya,” kata Ria.
Sementara itu, Wakil Gubernur Kalsel Rudy Resnawan meminta penentuan lokasi ibu kota bisa dilakukan sebelum Oktober. Karena akan memengaruhi pembahasan anggaran yang bakal dilakukan provinsi. Di akhir pidatonya, dia menyinggung Kaltim.
Menyebut Kaltim yang dipimpin Isran Noor masih malu-malu mengutarakan keinginan dipilih jadi lokasi ibu kota negara. “Kaltim walaupun pengin (menjadi ibu kota negara), tapi kelihatannya malu. Kenapa malu-malu? Malu dengan saudara tuanya (Kalsel),” kata Rudy membuat suasana rapat konsultasi kembali riuh.
Laporan: Abdul Halikurrahman, Kaltim Post/JPG
Editor: Mohamad iQbaL