Maut Mengintai di Trans Kalimantan

ilustrasi.net

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Kecelakaan lalu lintas (Laka Lantas) yang terjadi tidak hanya menyebabkan luka ringan maupun berat. Banyak nyawa orang telah terenggut di sana. Apa penyebab kecelakaan terus terjadi di jalan yang diberi nama Trans Kalimantan tersebut?

Minggu (24/7) pagi, Rakyat Kalbar mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya. Mengendarai sebuah mobil, jalan luar biasa mulus di sana ditelusuri. Cuaca sempat cerah ketika melewati 2-3 desa.

Tak lama, sekitar pukul 09.15 WIB, hujan turun. Jalanan licin dan penuh tikungan itu memaksa diri untuk berhati-hati untuk tiba ke titik-titik rawan kecelakaan menurut kepolisian dan warga setempat.

Dari Desa Ambawang Kuala hingga Desa Teluk Bakung, Kabupaten Kubu Raya, pengendara seolah terhipnotis. Keinginan luar biasa kuat untuk melaju kencang di jalan tanpa lobang timbul. Satu demi satu kendaraan saling menyalip. Mau itu pengendara roda dua, empat, maupun enam ke atas.

Setakat ini, sejumlah Laka Lantas yang menghebohkan ada di Jalan Trans Kalimantan area Sungai Ambawang. Di KM 54 Desa Teluk Bakung, pernah terjadi tabrakan beruntun menewaskan seorang anggota Brimob dan karyawan salah satu perusahaan sawit. Kemudian, di KM 60,2, terjadi Laka Lantas antara minibus dengan dump truck yang menewaskan tiga penumpang dan seorang bocah laki-laki kritis.

Di pesan WhatsApp (WA)-nya Kepala Satuan Lalu Lintas (Lantas) Polresta Pontianak, Kompol Wahyu Jati Wibowo menyebut terdapat dua titik terawan di Jalan Trans Kalimantan. Tepat di Desa Jawa Tengah KM 19 dan KM 26 Desa Korek.

Di KM 19 Desa Jawa Tengah, terlihat seorang pria berusia 32 tahun di sebuah rumah dan toko yang berada di pinggir jalan. Dia asik mengecat papan nama usaha bengkel las yang digelutinya. Namanya Juhri, tersenyum menyambut kedatangan kru koran ini.

Setelah dijelaskan maksud dan tujuan kedatangan, dia menjelaskan apa yang terjadi di Jalan Trans Kalimantan. Juhri tahu betul sejumlah Laka Lantas yang terjadi.

Kata dia, kecelakaan bukan disebabkan kondisi jalannya. Jalan sudah bagus, rambu ada, penerangan juga. Laka Lantas yang terjadi karena aksi ngebut para pengendara.

“Setiap hari itu ada kecelakaan di sini (KM 19),” ungkapnya. Mengejutkan!

Sambung dia, entah itu kecelakaan biasa atau korban mengalami kerugian materi dan fisik ringan, yang membuat orang cacat, bahkan meninggal dunia. “Kalau luka ringan itu sedikit. Kebanyakan luka parah dan meninggal dunia. Mungkin setahun itu ada ratusan mobil yang kecelakaan. Itu baru mobil, belum motor, bus, dan lain sebagainya,” sebut Juhri.

Saking jamaknya Laka Lantas terjadi di KM 19, masyarakat setempat sudah menganggapnya hal biasa. “Jadi, warga di sini ketika mendengar kecelakaan hanya berpikir orang mana lagi yang akan meninggal dunia. Tapi kita pasti berupaya menolong yang mengalami kecelakaan semampu kita,” tegasnya.

Sebab, ya itu tadi, lanjut dia, orang melintasi Jalan Trans Kalimantan bak kesetanan. “Lihat tuh gimana orang bawa mobil, laju kan? Tak tau lah apa yang dikejar, kadang-kadang saya juga gitu. Tapi sempat berpikir lagi, akhirnya saya pun pelan-pelan,” tuturnya seraya menunjuk dua Kijang Innova yang seperti tengah balapan.

Sebenarnya, warga setempat kerap kesal dengan pengemudi-pengemudi yang melintas di Jalan Trans Kalimantan. “Tapi mau gimana lagi, musibah tidak ada yang tahu. Pada intinya, tanggung jawab saja kalau sudah menabrak di jalan sini. Kasihan korban-korbannya. Kalau tidak mau kecelakaan, pelan-pelan mengendarai kendaraan,” tukas Juhri.

Di KM 19 sendiri terdapat tikungan maut, tak jauh dari patok tanda jarak tersebut. “Tikungan itulah yang sering kecelakaan. Motor sama mobil, mobil sama mobil. Lengkap,” terangnya. Pejalan kaki pun pernah ditabrak pengendara yang melaju kencang.

Padahal, Juhri menyatakan, kepolisian selalu berpatroli di kawasan yang terkenal kerap menelan korban jiwa tersebut. “Dari Polsek sampai Polresta itu ada jaga-jaga di sini,” ungkapnya lagi.

Intinya, dalam pandangan dia, kecelakaan yang terjadi di Jalan Trans Kalimantan disebabkan kelalaian dan hitung-menghitung yang tak akurat saat menyalip. Juga, bisa jadi jalannya kurang lebar.

“Sempit, inikan jalan negara, jalan antarprovinsi, bahkan antarnegara tetangga. Kalau bisa dilebarkan, itu saja,” pungkas Juhri.

Dari KM 19 Desa Jawa Tengah, Rakyat Kalbar menuju titik rawan berikutnya, KM 26 Desa Korek. Hanya mengamati sejenak, perjalanan dilanjutkan ke Desa Pancaroba KM 32 yang terdapat salah satu tikungan paling tajam. Di sini, juga dikatakan warga setempat, sering terjadi Laka Lantas.

Kali ini bertamu di rumah seorang warga benama Kani. Kakek tua yang duduk di teras rumahnya itu membenarkan kecelakaan-kecelakaan yang terus saja terjadi.

“Warga sini saja jadi takut kalau melihat mobil-mobil melintas,” ungkapnya

Bahkan, menurutnya, kecelakaan yang terjadi sering membuat warga emosi. Apalagi kalau korbannya orang setempat. Namun, pria berusia 60-an tahun ini menyebut yang mengalami Laka Lantas lebih banyak pengendara dari dan menuju Pontianak serta kabupaten lainnya.

“Orang bawa kendaraan yang ngebut-ngebut itulah penyebabnya,” tutur Kani.

LALAI BERBUAH FATAL

Faktor human error (kesalahan manusia) diamini Kepala Sub Unit Pendidikan dan Rekayasa (Dikyasa) Lantas Polda, AKBP Sri Riswati, sebagai penyebab Laka Lantas di Trans Kalimantan. “Kondisi jalan kan sudah ada rambu, ada lampu penerangan juga, ada tanda-tanda pembatas jalan,” terangnya kemarin.

Hanya saja, kondisi jalan yang lurus dapat menyebabkan Si Pengendara out of control (lepas kendali). “Sepersekian detik lewat akibatnya bisa fatal,” tambah Sri.

Pihaknya berencana menambahkan tulisan berbentuk imbauan di titik-titik rawan kecelakaan. “Kita banyakin lagi spanduk-spanduk lah. Harapannya, kalau yang lewat sempat membaca bisa lebih hati-hati,” ungkapnya.

Dia juga meminta para pengendara tidak berlebihan menggunakan fasilitas kenyamanan seperti musik atau bahkan penggunaan earphone. “Takutnya itu mengurangi konsentrasi saat berkendara. Kalau di luar kota kan biasanya pada bawa kendaraan dengan kecepatan lebih dari seratus (kilometer perjam,red),” pinta Sri.

Sementara itu, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kalbar, Jakius Sinyor menyatakan, Jalan Trans Kalimantan sesuai standar jalan Nasional. Soal pelebaran jalan, menurutnya, kewenangan Kementerian PU dan Perumahan Rakyat.

“Akan dilihat kembali kebutuhannya. Untuk Jalan Trans kalimantan yang menghubungkan hingga ke Kalimantan Tengah sudah sangat baik,” ungkap Jakius via telpon, Selasa (26/7).

Perkembangan kebutuhan hal tersebut akan terus dipantau hingga lima tahun kedepan berdasarkan aktivitas atau volume Lantas di jalan itu. “Untuk saat ini, apabila dilebarkan tentu banyak masalah yang dihadapi. Terutama bangunan yang ada di pinggir jalan dan masalah sosial lainnya yang harus ditertibkan,” tuturnya.

Dengan sudah tepatnya standar Jalan Nasional, dia menduga kerap terjadinya kecelakaan di Jalan Trans Kalimantan karena kelalaian ataupun kondisi kendaraan yang digunakan. “Mungkin muatannya berlebihan, rem blong, ataupun kecepatan yang tinggi. Kita minta kalau ada rambu-rambu dapat dipatuhi,” demikian Jakius Sinyor.

 

Laporan: Achmad Mundzirin, Ocsya Ade CP,

Marselina Evy, dan Isfiansyah

Editor: Mohamad iQbaL