eQuator.co.id – Malaysia telah sepakat untuk memperketat pengawasan perairan Sabah, Malaysia. Hal itu akan diwujudkan dengan membuatsafety point di sejumlah pulau kecil di sekitar perairan Sabah.
Janji tersebut disampaikan oleh Menteri Besar Sabah, Dato Musa Aman saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, di Kota Kinabalu, kemarin (8/11). Dalam pertemuan tersebut, Menteri Besar Sabah juga didampingi oleh Komandan Eastern Sabah Security Command (ESSCOM), Mayjen Wan Abdul Bari. ESSCOM adalah armada Malaysia yang bertanggung jawab atas keamanan di wilayah perairan Sabah.
Dama Dato Musa Aman menuturkan, dapat memahami sepenuhnya keprihatinan tersebut. Ia pun sepakat bila harus ada peningkatan mekanisme pengamanan perairan yang ada saat ini. pernyataan tersebut juga turut diamini oleh Komandan Eastern Sabah Security Command (ESSCOM), Mayjen Wan Abdul Bari.
Oleh karena itu, keduanya setuju untuk menggunakan pendekatan baru untuk pengamanan. Antara lain dengan mewajibkan pemilik kapal melengkapi kapal dengan peralatan Automatic Identification System (AIS), melakukan sosialisasi langkah pengamanan pelayaran kepada majikan dan para ABK kapal, serta membangun mekanisme quick responseyang lebih baik.
”Kedua pejabat juga berencana membuat safety point di sejumlah pulau kecil di sekitar perairan Sabah,” ujar Menlu dalam keterangan resminya, kemarin (8/11).
Sayang, belum ada penjelasan detil soal rencana-rencana tersebut. Kendati demikian, pemerintah mengapresiasi komitmen pihak Malaysia guna menjaga keamanan WNI.
Lawatan Menlu di Malaysia ini tidak akan dilanjutkan ke Filipina, meski basis penculik berada di sana. Meski begitu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Arrmanatha Nasir memastikan bila komunikasi dan koordinasi intensif terus dilakukan dengan Filipina.
”Ibu Menlu sudah bicara dengan penasehat perdamaian presiden duterte juga terkait dengan penculikan terakhir,” ujarnya.
Selain itu, ada alasan khusus mengapa Menlu cenderung melakukan kunjungan marathon di Malaysia. Pria yang akrab disapa Tata itu menjelaskan, sudah ada 3 kejadian penculikan terakhir yang terjadi di perairan Sabah. ”Makanya dipandang perlu untuk meminta perhatian khusus Malaysia, pemilik kapal, dan nelayan Indonesia di Sabah terkait masalah keamanan di perairan Sabah,” paparnya.
Retno sendiri memang sengaja datang untuk kembali menyampaikan permintaan yang pernah disampaikan sebelumnya. Yaitu, agar pemerintah Malaysia memberi jaminan keselamatan WNI yang bekerja di kapal-kapal penangkap ikan Malaysia. Apalagi setelah terulang kembali penculikan terhadap dua WNI pada 5 November lalu.
Sementara itu, Kapuspen TNI Brigjen Wuryanto mengatakan bahwa rencana pemerintah mengajak sejumlah negara kawasan Asean, yakni Singapura, Filipina, dan Malaysia untuk melakukan patroli bersama di perairan yang rawan dengan aksi perompakan dari kelompok Abu Sayyaf, masih sebatas wacana. Singkat kata, belum ada langkah nyata untuk mencegah terulangnya lagi penculikan terhadap WNI yang melintas di perairan yang rawan tersebut.
“Sampai saat ini belum ada perjanjian kerja sama itu,” kata Wuryanto saat dihubungi Jawa Pos, kemarin.
Wuryanto menjelaskan bahwa pengamanan perjalanan kapal-kapal ikan di perairan tersebut masih dilakukan oleh pihak otoritas masing-masing negara. TNI lanjutnya, tidak dapat melakukan operasi apapun, seperti berpatroli di wilayah negara lain.
“Jadi Indonesia, Malaysia, Filipina masing-masing Angkatan Lautnya melakukan patroli sendiri-sendiri. Kita melakukan patroli juga, tapi ya di wilayah sendiri,” ujarnya.
Termasuk dalam hal menerjunkan kekuatan bersenjata ke Filipina untuk membebaskan WNI yang disandera Abu Sayyaf, menurutnya hal tersebut belum memungkinkan untuk dilakukan. “Kami memang sedang memperketat patroli di laut, tapi itu dalam koridor patroli rutin saja,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan (Menhan) Jenderal TNI (Pur) Ryamizard Ryacudu menyatakan memang ada rencana untuk mencanangkan patroli bersama yang melibatkan Singapura, Malaysia, dan Filipina. Itu dilakukan terkait makin tidak terkontrolnya kelompok Abu Sayyaf di perairan sekitar negara-negara tersebut.
“Kami akan rancang tahun depan. Dan ada latihan patroli di Kalimantan, Malaysia, dan Filipina,” ujar Menhan. (mia/dod)