eQuator.co.id – Kuching-RK. Barang-barang ilegal yang tak pernah berhenti masuk ke Indonesia melalui perbatasan Entikong-Tebedu (Malaysia) sudah jadi rahasia umum. Selama berpuluh-puluh tahun.
Jiran sendiri sangat cerdas, mereka telah siap menghadapi datangnya barang ilegal dari Indonesia sejak dulu. Sementara, barang mereka dengan leluasa menembus Indonesia tanpa halangan berarti meski banyak diantaranya diduga bercap ilegal.
Ribuan kontainer dari Malaysia cukup berhenti di Tebedu Inland Port menanti truk dari Indonesia yang mengambil barang tersebut. Berbeda dengan pemeriksaan di sana, di Pos Lintas Batas Entikong, Sanggau, barang-barang itu dicek sambil lalu. Seadanya.
“Kita tidak mengetahui kalau barang-barang kita yang masuk ke Indonesia itu ilegal. Karena bagi kita barang itu legal saja, kita tidak tahu di Indonesia seperti apa,” tutur Menteri Pembangunan Infrastruktur dan Komunikasi Sarawak, Negara Bagian Malaysia, Dato Sri Michael Manyin, usai penyambutan rombongan Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang, di Pullman Hotel Kuching, Senin (4/4) .
Kata Manyin, barang-barang yang masuk ke Kalbar dari negaranya itu beragam. Mulai dari makanan-minuman kemasan, kosmetik, elektronik, daging, Sembako, dan lain sebagainya.
“Bagi kami ini legal. Ya kita tidak tahu seperti apa di Indonesia dalam menerima barang-barang kami, ilegal atau legal. Kami tidak mengenal (barang,red) ilegal (sudah diperiksa,red),” terangnya.
Dijelaskan Manyin, barang-barang dari negaranya yang masuk ke Indonesia itu dibawa menggunakan kontainer 20 feet. Hanya sampai Tebedu-Malaysia.
“Kita tidak masuk ke Indonesia. Tetapi transportasi Indonesia masuk ke tempat kita mengambil barang-barang itu dari kontainer dan membawanya ke Kalbar. Adanya pakai truk maupun pickup,” ungkap dia.
Imbuhnya, “Ini yang menggunakan truk maupun mobil pickup ini melewati Entikong, di mana di Entikong ada security (petugas keamanan) Indonesia”.
Barang-barang jiran yang masuk ke Indonesia super banyak. “Sebulan itu sekitar 2000 kontainer yang dimasukkan,” beber Manyin.
Sejak 1961, mengantisipasi masuknya barang ilegal dari Kalbar ke Sarawak, lanjut dia, pihaknya punya sistem keamanan yang disebut Custom Immigration Quarantine (CIQ).
“Kita sangat siap mengantisipasi barang-barang haram (ilegal) dari Indonesia. Kita benar-benar melakukan pengecekan, kesiapan kita yakni adanya pelabuhan darat yang kita miliki,” ujarnya.
Ia menjelaskan, CIQ merupakan sebagai kontrol keluar-masuk barang antarnegara. “Sehingga tidak ada lagi barang-barang ilegal yang masuk. Kalau Malaysia sudah siap sejak lama, jadi barang dari Indonesia yang masuk bisa lebih terkontrol, tapi kalau di Indonesia kan masih belum,” sebut Manyin.
Bagaimana dengan sistem keamanan di Entikong? Pertanyaan ini mencuatkan senyum di bibirnya.
“Truk-truk ambil barang di Tebedu dari kontainer. Kemudian masuk lagi ke Indonesia (Entikong), diperiksa, tapi seadanya. Cek-cek sudah, tidak detail, terus jalan lagi,” jelas Manyin sambil menggoyangkan tangan pertanda memberi izin masuk, mempraktikkan gaya petugas pemeriksaan di Entikong mengarahkan truk yang membawa barang Malaysia masuk ke Kalbar.
Pejabat tinggi Sarawak yang mengurus masalah perbatasan negaranya ini juga mengetahui pasar barang-barang Malaysia di Kalbar. “Terutama daerah perbatasan (Sanggau, Bengkayang, Sintang, Kapuas Hulu, dan Sambas,red), kemudian Singkawang sampai di Pontianak,” paparnya.
Bicara soal untung rugi, Manyin mengakui negaranya meraup laba gila-gilaan. Ya, kalkulasi saja untung perkontainer diperkirakan mencapai Rp500 juta-Rp1 miliar dikalikan 2000. Sedangkan Indonesia juga gila-gilaan (ruginya). Pajak tak bisa dipastikan diperoleh, belum lagi kalau ‘tanpa sengaja’ Narkotika dikamuflasekan dalam kotak susu, permen, beras, maupun gula.
“Kami mengalami keuntungan yang besar atas barang-barang masuk ke Indonesia,” tukas dia.
Maka dari itu, ia memuji Joko Widodo atas proyek perbatasan yang sedang dikerjakan saat ini. “Jokowi (Presiden RI,red) sudah betul. Membangun proyek jalan, kemudian menyiapkan pelabuhan darat di Entikong. Itu akan menghasilkan keuntungan bagi dua Negara. Tidak hanya Malaysia lagi yang untung,” seloroh Manyin.
Terkait Narkotika yang masuk ke Kalbar kerap dari Negaranya, dia sedikit mengelak. Manyin justru menyatakan kecemasan Narkotika masuk ke Malaysia dari Indonesia.
“Kita juga khawatir kalau Dadah (Narkotika,red) masuk ke Malaysia, maka dari itu kita benar-benar menjaga perbatasan ini dari barang-barang ilegal,” pungkasnya.
Senada, Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta Odang, menyatakan proyek yang diperintahkan Jokowi di Border Entikong tersebut benar-benar akan berdampak baik bagi Indonesia, khususnya Kalbar. “Semua pihak kita harapkan mendukung proyek tersebut, dimana sedang dikerjakan TNI. Mudah-mudahan dengan proyek ini selesai, keuntungan yang selama ini dirasakan Malaysia juga dirasakan Indonesia,” tuturnya.
Sementara itu, Kapolda Kalbar Brigjen Pol Arief Sulystianto yang ikut rombongan Wakil Ketua MPR belum ingin berkomentar. “Nanti saja, tunggu di Indonesia (Kalbar),” ujarnya singkat.
Laporan: Achmad Mundzirin
Editor: Mohamad iQbaL