Makan Malam Terakhir Felix, Si Jago Geografi

MELAYAT FELIX. Rumah Duka Yayasan Bhakti Rahayu, di Jalan Haji Abbas, Pontianak, ramai dikunjungi rekan, guru, dan keluarga Felix, Senin (23/1). I Gde Kharisma Yudha Dharma-RK

Hati siapa tak hancur ketika orang yang sangat disayangi mendadak tiada. Apalagi, dia yang terkasih itu masih sangat muda, punya prestasi, dan meninggalkan dunia dalam sebuah peristiwa tragis.

I Gde Kharisma Yudha Dharma, Pontianak

eQuator.co.id – Kini hanya tersisa duka yang mendalam bagi Hadi. Ia ditinggal begitu cepat oleh anaknya, Felix, yang baru berusia 17 tahun dalam kecelakaan lalulintas di Jalan Sultan Hamid II, sekitar pukul 20.00, Minggu (22/1).

Di Dokkes Polda Kalbar, Hadi terlihat merangkul putrinya yang berumur 15 tahun, Ria, sambil menangis. Mereka terduduk menunggu jenazah Felix dan ibunya, Aminah Lasmin (59 tahun), dibersihkan untuk kemudian dibawa pulang. Ya, dalam peristiwa tragis itu, Felix sedang dibonceng Aminah.

Mereka sekeluarga tinggal di komplek Villa Ria Indah, Tanjung Hulu, Pontianak Timur. Seperti diberitakan eQuator.co.id sebelumnya, kecelakaan tersebut juga merenggut nyawa pengendara sepeda motor lainnya, Ho Tjie Min (59 tahun), warga Selat Sumba, Siantan Hulu. Dan Joung Sung Sen, warga Siantan.

Malam itu, pilu di hati Hadi begitu mendalam. Tak banyak yang bisa dikatakannya.

Kemarin (23/1), Rakyat Kalbar mendatangi tempat Felix dan Aminah disemayamkan, Rumah Duka Yayasan Bhakti Rahayu, di Jalan Haji Abbas 1 No. 155, Pontianak. Kesedihan Hadi masih luar biasa, namun sudah bisa bercerita.

Ia menuturkan, mereka sekeluarga baru saja pulang sehabis makan malam bersama. Kemudian pergi belanja kebutuhan imlek di supermarket Mitra Anda. Menggunakan dua sepeda motor, Hadi berboncengan bersama Ria, sedangkan Aminah bersama Felix.

Ketika di jalan pulang, mereka terpisah. Hadi dan Ria duluan tiba di rumah, sedangkan istri dan putranya belum juga sampai.

Setengah jam berlalu, Hadi mulai khawatir. Ia menelpon Felix. Tapi, yang menjawab di ujung lain seluler itu malah orang yang tak dikenalnya. Betapa terkejutnya Hadi ketika dikabari orang tersebut bahwa istri dan putranya meninggal dalam sebuah kecelakaan.

Hadi bercerita sambil mengusap air mata yang terus menetes di pipinya. Betapa tidak, dua orang tercintanya dipanggil Yang Maha Kuasa dalam waktu bersamaan.

“Felix itu anaknya rajin belajar, sering ikut kejuaraan, kemaren di Jogja, terus Palembang, abis itu Jakarta. Istri saya, ibu rumah tangga yang baik, perhatian sekali sama anak-anaknya,” tuturnya.

Saat itu, Hadi didampingi anaknya yang lain, Gunawan Suryasantoso. Dia abang Felix yang bekerja sebagai sales di toko bangunan.

Kata Gunawan, keluarga tidak terima dengan kejadian ini. “Sampai sekarang yang nabrak ndak ada datang ke sini, ucapan turut berduka cita pun ndak ada, kayak ndak ada rasa pedulinya sama korban,” tukasnya.

Lanjut dia, saat kecelakaan terjadi, yang membawa motor adalah Aminah. “Ibu kalau sudah berpergian harus dia yang bawa, ndak mau dia Si Felix yang bawa,” ungkap Gunawan. Suaranya bergetar.

Para korban meninggal dunia setelah tertabrak Avanza KB 1477 PB yang dikemudikan Pinus (41 tahun) warga Sribang, Senakin, Landak. Saat itu, dua sepeda motor menuju ke arah tol Landak. Mereka bersenggolan sehingga melaju ke arah berlawanan.

Pada waktu bersamaan, Avanza melaju dan tak dapat menghindari para pengendara motor hingga menabraknya. Pengemudi mobil selamat dalam peristiwa nahas itu, mengalami luka di bagian rusuk dan pinggang.

SANTO PETRUS BERDUKA

Felix, anak kelima dari enam bersaudara, murid kelas XII di SMA Santo Petrus Pontianak. Ia dikenal cukup aktif dalam setiap kegiatan dan memiliki sikap baik yang diacungi jempol oleh teman-teman dan pendidik di sekolahnya.

Masih di Haji Abbas, paman Felix, Ali menyebut Felix itu anak yang cerdas. Selalu mendapatkan prestasi dan menerima beasiswa.

“Dia juga sering ikut perlombaan mewakili kota Pontianak di ajang nasional,” tuturnya.

Hal ini diakui Nuri Simarona, Wakil Kepala Sekolah Santo Petrus bidang Kesiswaan. Bulan Juli tahun ini merupakan tahun ke-20 ia mengabdi di sekolah tersebut.

Nuri pun sangat kehilangan dengan kepergian Felix. Menurut dia, Felix adalah anak yang sopan. Berkarakter baik serta berprestasi tinggi. Khusunya di ilmu sosial seperti geografi dan ekonomi.

“Kemarin dia bersama timnya juara satu dalam ajang Economic And Acounting Competition 2016 yang digelar oleh Trisakti School Of Management di Jakarta,” tutur Nuri di taman Santo Petrus.

Saat Olimpiade Sains bidang Geografi yang pertama kali diadakan secara nasional, Felix membawa nama Kalbar di pundaknya meskipun tidak meraih medali.

“Padahal minggu ini kita mau menyerahkan beasiswa ke dia, mengundang orangtuanya. Mamanya (almarhum Aminah) juga sering hadir ke sekolah,” ungkap Nuri.

Senada, Kepala Sekolah Santo Petrus, Pastor Rudi Saleh. Ia menyayangkan terjadinya peristiwa nahas yang menewaskan Felix itu.

Pihak sekolah telah mengadakan doa bersama. Teman-teman sekelas Felix telah melayat ke Haji Abbas.

“Kami sedih sekali mendengar berita kepergian Felix apalagi dia salah satu siswa yang telah mengharumkan nama sekolah, sumbangsihnya luar biasa,” ucap Pastor Rudi.

Sahabat sejak kelas sebelas, Christian Kenny, masih syok dengan kepergian Felix. “Dia itu baik sama aku, kita sering belajar sama-sama,” tuturnya.

Rekan satu timnya dalam sebuah ajang perlombaan, Erika Tio, menyebut Felix sosok pendiam. Lebih banyak bekerja daripada berbicara.

“Kita sudah dua kali sama-sama ikut Olimpiade Sains di tingkat nasional, saya di bidang ekonomi dan dia di geografi. Semoga keluarga diberikan ketabahan atas kepergian Felix dan ibunya,” kenang Erika. (*)