eQuator.co.id –Pontianak-RK. Ternyata, saat Setya Novanto (Setnov) mengaku sakit, dia masih bisa membuat kebijakan politik. Pada 24 September 2017, Ketua Umum Partai Golkar yang tersandung kasus KTP-el itu meneken persetujuan mengusung pasangan Sutarmidji-Ria Norsan (Minor) untuk perhelatan pemilihan Gubernur Kalbar (KB 1) 2018.
Dalam surat bertajuk “Pengesahan Pasangan Calon Kepala Daerah Provinsi Kalimantan Barat” bernomor R-461/Golkar/XI/2017 tersebut, Setnov menandatanganinya bersama Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Idrus Marham. Pertimbangan persetujuan dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar ini didasari tiga hal.
Pertama, petunjuk pelaksanaan DPP Partai Golkar nomor: Juklak 6/DPP/GOLKAR/Vl/2016 tanggal 15 Juni 2016 tentang Penetapan Pasangan Calon Gubernur, Bupati, dan Walikota dari Partai Golongan Karya. Kemudian, Laporan DPD Partai Golkar Kalbar yang disampaikan dalam Rapat Tim Pilkada Pusat pada tanggal 3 Juli 2017 dan 1 Agustus 2017 di kantor DPP Partai Golkar.
Pertimbangan terakhir: hasil rapat Tim Pilkada Pusat yang dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 2017 dan 1 Agustus 2017, yang dihadiri oleh unsur Pimpinan DPD Partai Golkar Kalbar. Dengan pertimbangan tersebut, mewakili DPP Partai Golkar, Setnov dan Idrus Marham menginstruksikan Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Kalbar, Ria Norsan, untuk melakukan empat hal (lihat grafis).
Menurut Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Pemenangan Pemilu Wilayah Kalimantan sekaligus Koordinator Wilayah (Korwil) Kalbar, Maman Abdurahman, DPP Partai Golkar memutuskan mengusung Sutarmidji-Ria Norsan untuk bertarung dalam Pilgub Kalbar mendatang berdasarkan tiga rujukan awal. “Yang pertama adalah hasil survei, track record program selama menjabat, dan program kedepan,” ujarnya saat menggelar konferensi pers di Gedung Zamrud, Jalan A. Yani, Pontianak, Sabtu (7/10).
Dalam beberapa survei, Maman menyebut, selain Bupati Mempawah dua periode, Ria Norsan, dan Sutarmidji yang menjabat Wali Kota Pontianak dua periode, ada beberapa nama besar lain yang diusulkan. Antara lain Bupati Landak, Karolin Margret Natasa, Bupati Kayong Utara, Hildi Hamid, mantan Bupati Landak dua periode, Adrianus Asia Sidot, dan mantan Bupati Sintang, Milton Crosby. Nama mantan Wakil Bupati Ketapang, Boyman Harun, juga disebut karena mendaftarkan diri sebagai calon wakil gubernur.
Merujuk pada survei internal partai yang dipercayakan kepada lembaga Indo Barometer, dikatakan Maman, berdasarkan urutan, Sutarmidji jawara dengan elektabilitas 38 persen. Disusul Karolin dengan 23 persen, dan Ria Norsan dengan 16 persen. Kemudian di level 3-5 persen ada Adrianus Asia Sidot, Hildi Hamid, dan Milton Crosby.
Berangkat dari hasil survey tersebut, Golkar melakukan seleksi terhadap tiga nama, yaitu Sutarmidji, Karolin Margret Natasa, dan Ria Norsan. “Kalau berdasarkan hasil survei, seharusnya kita tidak ada pilihan lain mendukung Sutarmidji, namun kita tidak hanya melihat pertimbangan hasil survei, juga ada pertimbangan track record,” terang Maman.
Nah, hasil survei juga merekam respons tingkat kepuasaan publik semenjak figur-figur tersebut menjabat. Ria Norsan 82 persen dan Sutarmidji 78 persen. “Kenapa tidak ada nama Karolin Margret Natasa, karena baru menjabat sebagai bupati, jadi belum bisa diukur,” bebernya.
Kemudian, Golkar menetapkan Sutarmidji dan Ria Norsan berpasangan juga berlandaskan visi pembangunan Kalbar kedepan. “Yang menjadi prioritas Partai Golkar adalah melakukan optimalisasi pembangunan daerah pedalaman,” tutur Maman. Sebab, kata dia, Golkar menyadari betul adanya ketimpangan pembangunan kawasan perkotaan dan pedalaman.
Berdasarkan kajian Golkar, ia melanjutkan, menjadi lambannya pembangunan karena rentang luas wilayah Kalbar luar biasa. Alhasil, solusi percepatan pembangunan daerah pedalaman Kalbar adalah dengan melakukan pemekaran provinsi.
“Dan, kami melihat, berdasarkan diskusi, survei, dan tindak lanjut kami, Sutarmidji dan Ria Norsan sangat berkomitmen mendorong pembangunan pedalaman, khususnya pemekaran Provinsi Kapuas Raya,” tegasnya.
Ia menyatakan, aspirasi masyarakat daerah pedalaman terhadap upaya pemekaran Provinsi Kapuas Raya luar biasa tinggi. Namun memang terkendala proses administrasi.
“Berdasarkan tiga hal inilah, saya mewakili DPP Golkar memutuskan melalui rapat pimpinan Pilkada pusat sebanyak tiga kali, dan melalui proses perdebatan panjang,” ungkap Maman.
Langkah selanjutnya, menurut dia, akan dikoordinasikan secara teknis di internal Golkar dan tim pemenangan. Pihaknya membuka peluang komunikasi dengan semua partai. Yang artinya juga membuka pintu koalisi.
“Kami sudah berbicara dengan semua partai, saya mewakili DPP sudah komunikasi dengan Nasdem, PKS, PKB, dan PPP. Ya, semakin banyak dukungan partai, maka semakin baik,” jelasnya.
Sejauh ini, ia mengatakan, baru satu partai yang menegaskan koalisi dengan Golkar. Yakni Partai Nasional Demokrat (Nasdem).
“Beberapa partai lain masih menunggu putusan penetapan Cagub dan Cawagub Golkar,” tukas Maman. Tutup dia, semoga penetapan ini jadi inspirasi buat masyarakat Kalbar.
Terpisah, Sutarmidji menegaskan sudah didukung 9 kursi di DPRD Kalbar. Sebelum mendaftar ke Partai Golkar, ia menyatakan telah didukung Partai Nasdem, PKB, dan PKS. Nasdem punya 5 kursi, PKB dan PKS masing-masing dua kursi.
Sedangkan Ria Norsan telah didukung 9 kursi di DPRD Kalbar. Sehingga, ketika mereka bergabung, total 18 kursi telah melebihi syarat minimal 13 kursi untuk maju ke Pilgub Kalbar 2018.
Dari sisi elektabilitas, Wali Kota Pontianak ini menyebut, berdasarkan riset dari enam lembaga survei yang terdaftar di KPU, memang menempatkan dirinya, Karolin Margret Natasa, dan Ria Norsan, sebagai tiga besar. “Karena Bu Karol mau maju, tentu saya ajak Pak Norsan koalisi. Kalau kemarin itu Pak Norsan mau maju, juga tentu saya cari yang ke empat. Kan itu rasionya. Jadi kita mencari yang elektabilitasnya tertinggi, pertama, kedua, ketiga, dan empat. Itu aja pertimbangannya,” tutur pemilik akun @BangMidji ini, memberikan keterangan di teras rumah dinas Wali Kota Pontianak, Sabtu (7/10).
Midji meminta pengusungannya bersama Norsan tidak dikaitkan dengan hal-hal lain. Pertimbangan mereka berpasangan, ia menerangkan, karena mempunyai kesamaan visi misi yang ingin dicapai. “Memimpin itu berdasarkan aturan ketatanegaraan. Jadi tidak ada yang perlu dimasalahkan,” katanya.
Ia mengingatkan, partai selalu melihat elektabilitas figur. Seperti dengan halnya dengan Ketua Umum Nasdem, Surya Paloh, ketika melihat hasil survei dari Poltracking dan lembaga survei yang kredibel sehingga memutuskan mengusung dirinya.
Midji juga membeberkan telah bertemu Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar. “Dilihat juga elektabilitas saya di survei bagus, dan akhirnya diberikan dukungan. PKS juga begitu,” tegasnya.
Sebelum Golkar memutuskan, ia pun telah bertemu langsung Setnov dan Idrus Marham. “Kalau PKS, ketika saya melamar, dan melihat elektabilitas, tidak membuka pendaftaran dan begitu juga PKB,” beber Midji.
Terkait masalah hukum yang tengah mendera Setnov, Midji berpandangan hal seperti itu harus dipisahkan. Sebab, yang pertama, azas praduga tak bersalah mesti dikedepankan. Yang kedua, karena pemilihan gubernur di tingkat Provinsi, tentu kader Golkar di tingkat provinsi yang akan dipercaya publik.
“Saya rasa tidak ada yang dikhawatirkan dan lain sebagainya. Orang memandang figur Gubernur dengan Wakilnya. Tapi kalau saya pandang figur yang utama itu elektabilitas. Yang diukur kan calon Gubernur dan Wakil, bukan Ketua Partai. Saya memisahkan dua hal yang berbeda itu,” ungkapnya.
Ia menyatakan, berpasangan dengan Ria Norsan sudah final. Deklarasi menunggu siapa tahu masih ada partai yang mau bergabung dalam koalisi Golkar-Nasdem-PKB-PKS.
“Itu yang akan kita upayakan. Semakin banyak semakin bagus,” tukas Midji.
Salah satu partai yang diharapkannya akan ikut mendukung adalah Hanura. Midji berencana akan menghadap Ketua Umum Partai Hanura yang juga tokoh Kalbar, Oesman Sapta Odang (OSO).
“Dan sebelum deklarasi kami juga akan tetap ketemu Beliau (OSO). Saya akan sowan, saya kan juga melamar di Hanura, mudah-mudahan Hanura juga dukung. Sama juga kita dengan Pak Gub (Gubernur Cornelis), kita akan ngomong,” paparnya.
Sebelum deklarasi yang belum dijadwalkan, ia pun akan mengajak Ria Norsan bertemu dengan tokoh-tokoh Kalbar. Sebab, restu dan pandangan dari banyak pihak sangat dibutuhkannya. Pendapat para tokoh ini bakal jadi landasan dan dasar menyusun visi misi.
“Karena perlu mendengar, banyak termasuk dari daerah. Sebagai komitmen kita kepada mereka, itu harus dijadikan visi misi,” ucap Midji.
Ia menyatakan, supaya situasi politik terus kondusif, yang akan dijual adalah program bagaimana membuat Kalbar lebih maju. Tidak mengedepankan hal-hal selain dari upaya mempercepat kemajuan Kalbar.
“Calon-calon yang ingin maju pada Pilgub nantinya tidak kita anggap sebagai lawan, tetapi sebagai partner membangun Kalbar. Jangan seperti mau perang, tidaklah perlu seperti itu,” tegasnya.
Persaingan, lanjut dia, adalah bagian dari kompetisi untuk mencari orang yang dianggap rakyat bisa memimpin Kalbar. Masyarakat lah yang menentukan pilihan, bukan para elite.
“Kita hanya menyampaikan (kepada masyarakat) nanti akan seperti ini. Yakin tidak dengan kita, jika yakin pilih kita. Ketika kita sudah terpilih, komitmen itu harus diwujudkan, jangan hanya sekedar janji. Nah, janji itu hal-hal yang bisa diimplementasikan. Kalau janji tidak bisa diimplementasikan sama juga mengakali mereka (rakyat),” pungkas Midji.
Isyarat bersatunya Midji dan Norsan ini sebenarnya sudah lama bergaung. Seperti diberitakan Rakyat Kalbar dalam headline edisi 25 Januari 2017 berjudul “Isyarat Deklarasi di Gedung Baru Kejati”, pada peresmian gedung Kejaksaan Tinggi (Kejati) Kalbar yang super megah, Selasa (24/1/2017), tersimpan peristiwa unik.
Kala itu, desas-desus Midji akan menggandeng Norsan untuk bertarung di Pemilihan Gubernur Kalbar 2018 telah bergaung. Dan hari itu, mereka terlihat begitu akrab usai kantor baru para jaksa tersebut diresmikan.
“Pasti berita peresmian gedung kantor Kejati nih kalah besarnya besok (hari ini, red) dengan berita ini,” cetus Sutarmidji di sela-sela perbincangan dengan Norsan, di lobi gedung seraya berjalan bersama menuju lantai empat.
Sontak, tawa menggema dari para pejabat pemerintah se-Kalbar dan awak media yang hendak meninjau gedung baru tersebut. Para pewarta pun mencecarnya.
“Deklarasi keh Pak? Calon gubernur dan wakil keh?” tanya seorang wartawan. Tersenyum simpul, Sutarmidji menjawab pendek, “Suke-suke kitak lah”.
Meski masih bersikap misterius, ketika hendak difoto awak media, Midji mengajak Norsan menunjukkan empat jari. Walaupun tampaknya Norsan mengamini majunya mereka ke pesta demokrasi tersebut, ia menolak untuk berfoto dengan menunjukkan empat jarinya. Akhirnya, tetap tersenyum, Midji dan Norsan berfoto sambil mengacungkan jempol saja.
Laporan: Zainuddin, Maulidi Murni
Editor: Mohamad iQbaL