Mahasiswa Desak Pertamina Atasi Kelangkaan Gas Subsidi

AKSI DAMAI. PMII Kota Pontianak unjuk rasa di Kantor Pertamina Marketing Operation Region VI Kalimantan Cabang Pontianak, Jalan Letjen Sutoyo, Jumat (13/12). Abdul Halikurrahman-Rk

eQuator.co.id – Pontianak-Rk. Puluhan orang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Pontianak berunjuk rasa di kantor Pertamina Marketing Operation Region VI Kalimantan Cabang Pontianak, Jalan Letjen Sutoyo, Jumat (13/12) sekitar pukul 09.00 Wib. Massa mendesak Pertamina segera menyelesaikan persoalan kelangkaan gas elpiji 3 kilogram  di Kalbar.

Koordinator Aksi, Muammar Kadafi mengatakan, kelangkaan gas bersubsidi ini lantaran ada dugaan permainan mafia. Sengaja melakukan penimbunan untuk kepentingan pribadi. Mengingat

Pertamina sudah menambah stok gas ukuran melon tersebut. Dengan demikian, mestinya kelangkaan tidak terjadi lagi. “Namun faktanya hari ini, LPG 3 Kg langka. Pangkalan-pangkalan antre panjang,” ucapnya.

PMII Kota Pontianak mendesak Pertamina segera mengambil langkah nyata. Guna menyelesaikan persoalan kelangkaan gas bersubsidi tersebut. Mereka memberi waktu seminggu kepada Pertamina.

Andai masih terjadi kekosongan stok di pangkalan atau antrean panjang memperoleh elpiji 3 kg, maka mereka mengancam mendatangi Pertamina lagi. Mereka juga meminta kepada Satgas Pangan melakukan pengawasan pendistribusian gas bersubsidi. Mereka berharap aparat menindak tegas oknum-oknum yang curang.

“Kalau dalam seminggu ini masih terjadi stok kosong di pangkalan, antrean panjang, kita akan turun aksi lagi. Kita akan mendesak DPRD memanggil pihak terkait,” ucapnya.

Aksi mahasiswa, ini berlangsung tertib. Mereka disambut langsung oleh Menejer Sales Ekskutif Pertamina Marketing Operation Region VI Kalimantan Cabang Pontianak, Sandi Rahadian. Sandi memastikan, tututan mahasiswa tersebut sudah ditampung dan siap ditindaklanjuti pihaknya.

“Selain itu, beberapa tuntutan tadi juga ada yang sudah kita jawab,” ucapnya.

Soal kelangkaan gas bersubsidi kata Sandi, sejatinya sudah ditangani. Begitu pula dengan pengawasan pendisitribusiannya telah dilakukan. Pengawasn melibatkan instansi pemerindah daerah terkait serta aparat kepolisian. Bahkan siang kemarin pihaknya berencana kembali mengundang Diskumdag, Polsek, dan Camat se Kota Pontianak.  “Kita akan rapat gabungan untuk menyelesaikan persoalan kelangkaan ini,” jelasnya.

Dipaparkan dia, mengantisipasi kebutuhan elpiji 3 Kg di momen perayaan Natal dan tahun baru ini, Pertamina telah menyiapkan penambahan alokasi. “Tinggal pendisribusiannya saja nanti akan kita kawal dan awasi secara ketat,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, kuota LPG 3 kg yang didistibusikan Pertamina setiap hari untuk kebutuhan masyarakat Kalbar mencapai 115.000 tabung. Kalau dihitung dalam sebulan mencapai sekitar 3,2 juta tabung.

“Khusus di momen perayaan Natal dan tahun baru, kita menambahkan kuota sebesaar 10 persen, dalam setiap pendistribusian pe rhari, sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah,” pungkas Sandi.

Pengguna Jadi Pengecer

Belakangan ini Kota Pontianak mengalami kelangkaan gas ukuran 3 kg. Salah satu penyebabnya, semakin banyak pengecer yang membeli gas bersubsidi. Kemudian menjualnya lagi dengan harga tinggi.

“Dalam prakteknya banyak pengecer bermunculan, sehingga pangkalan menjual kepada pengecer ini,” ujar Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perdagangan (Diskumdag) Kota Pontianak Haryadi S Triwibowo saat rapat gabungan di Kantor Pertamina Kalbarteng, Jumat (14/12).

Padahal kata dia, pangkalan harusnya menjual ke masyarakat dan harus tepat sasaran atau warga tidak mampu. Tak hanya pengecer mulai bertambah, rumah tangga juga menyimpan tabung gas melon melebihi dari seharusnya. Bahkan beli di pangkalan hingga 5-6 tabung. Kemudian membeli di pangkalan lagi lainnya. “Sehingga bisa sampai 10-20 tabung, ini sesuatu yang tidak benar,” ucapnya.

Pemkot sudah menyampaika surat edaran Wali Kota Pontianak terkait aturan penggunaan LPG subsidi ini. Pelaku UMKM, rumah makan, restoran, hotel tidak boleh gunakan gas 3 kg. Tapi harus LPG ukuran 5 kg atau 12 kg.

Dalam surat edaran itu, seluruh ASN juga tidak diperkenankan menggunakan elpiji 3 kg. Jika ada 10 ribu ASN, artinya ada 10 ribu tabung yang mereka gunakan. Apalagi kalau satu rumah ada dua tabung, jadi ada 20 ribu tabung.

“Ini baru ASN, belum lagi BUMD dan kelompok menengah ke atas lainnya. Kalau mereka tahu elpiji subisidi ini diperuntukkan untuk rakyat miskin tentu mereka malu menggunakan,” terangnya.

Pihaknya mendata ada sebanyak 12 agen penyalur LPG dan 298 pangkalan se Kota Pontianak. Dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan operasi pasar untuk kesiapan Natal dan tahun baru. Mengingat permintaan gas mengalami peningkatan.

“Tentunya bekerjasama dengan Pertamina kita akan lakukan OP dalam menjelang natal dan tahun baru,” jelas Haryadi.

Sementara itu, Marketing Branch Manager Pertamina Kalbarteng, Teuku Johan Miftah mengatakan, dalam beberapa waktu terakhir, terjadi fenomena baru terkait penyaluran gas 3 kg. Sehingga sulit dijumpai. Diantaranya, mulai beralihnya pengguna menjadi pengecer.

“Dimana LPG 3 kg ini dijadikan mata pencarian masyarakat, sehingga yang tadinya hanya pengguna ini malah menjual,” terangnya.

Padahal kata Johan, pihaknya telah menyalurkan gas bersubsidi berdasarkan ketentuan yang belaku. Bahkan tidak segan-segan melakukan tindakan tegas apabila ditemukan pelanggaran.

“Kita selalu komitmen terkait hal ini, bahkan tidak hanya menjelang Natal kita lakukan penambahan, dihari biasa kita juga tingkatkan pasokan,” tuturnya.

Saat ini Pertamina menyuplai sebanyak 22 ribu tabung gas per hari se Kota Pontianak. Jenjelang natal dan tahun baru ini, pihaknya akan menambah stok sekitar 11-15 persen. Sebab perayaan hari besar permintaan pasti naik. “Artinya kita tetap komitmen menyalurkan ke masyarakat dan kita imbau masyarakat untuk tidak panik,” pungkasnya.

 

Laporan: Abdul Halikurrahman, Nova Sari

Editor: Arman Hairiadi