eQuator.co.id – Presiden Trump berduka. Di hari Idul Adha kemarin. Itu hari paling menyedihkan. Baginya. Selama jadi presiden Amerika. Yang belum dua tahun lamanya.
Pengacaranya bisa dinyatakan berbuat kriminal. Kini mantan pengacaranya. Michael Cohen.
Ia mengaku menggunakan dana kampanye. Untuk menutup mulut wanita bayaran. Yang main seks dengan Trump. Dua wanita.
Di hari yang sama ada kejadian duka lainnya. Mantan kepala kampanyenya dinyatakan terlibat kejahatan. Perpajakan. Perbankan. Ia Paul Manafort.
Cohen ternyata tidak bisa jaga mulut. Sekarang ini. Uang tutup mulut itu semula diakui uang pribadi.
Memang ia mengaku uang itu dari Trump. Katanya. Dan kata Trump. Sebagai honor pengacara.
Sudah ketemu jalan untuk lolos. Beres.
Kalau betul uang honor memang bukan kriminal. Suka-suka Cohen menggunakan honornya. Kalau betul.
Tapi ternyata tidak begitu. Cohen tidak kuat menghadapi bukti. Pembicaraan teleponnya berhasil disadap FBI.
Rumah Cohen juga pernah digeledah. Juga kantor pengacaranya. Banyak barang diangkut dari sana.
Akhirnya Cohen angkat suara. Semuanya. Mengakui kebenaran sejati. Yang penuh resiko.
“Semua itu atas perintah Trump,” katanya. Akhirnya.
Kiamat. Untuk Trump. Sementara ini. Ada UU Pemilu di Amerika. Dana kampanye hanya boleh untuk kampanye. Apalagi dana itu dihimpun dari publik.
Bencana Trump ini benar-benar datang tidak tepat waktu. Menjelang masa kampanye pilpres.
Stormy Daniels tiba-tiba membuka aib. Hubungannya dengan Trump. Hubungan badan. Saat istri Trump baru melahirkan.
Trump baru tahu dari sahabatnya. Kalau ada kegawatan. Ia mendengar kabar itu: Daniel, si gadis majalah Playboy itu, menyerahkan bukti-bukti. Ke sebuah tabloid. Untuk mendapat uang.
Koran kuning itu sendiri aneh. Tidak pernah memuatnya. Padahal membelinya dengan mahal.
Tabloid itu rupanya sudah merasa membeli info itu. Membayarnya ke Daniels. Terserah bos tabloid itu. Untuk berbuat: memuatnya atau tidak.
Aman. Sementara.
Meski tidak tersebar, Trump tetap gentar. Pengacaranya diminta menyelesaikan. Maksudnya, menutup mulut dua cewek itu.
Diambillah dana yang siap saat itu. Yang likuid. Dana kampanye.
Trump memang kaya raya. Tapi belum tentu ada uang di dompetnya.
Ini benar-benar bencana. Hari-hari mendatang adalah hari yang menegangkan.
Trump sendiri sudah dipanggil tim jaksa. Tim khusus untuk urusan ini.
Sebagian pengacaranya bilang: penuhi saja. Agar bisa membeberkan kejadian sebenarnya.
Tapi sebagian menyarankan lain: jangan penuhi. Khawatir terpancing. Terperangkap. Salah jawab.
Rudy Giuliani termasuk yang terakhir itu. Pengacara baru Trump tersebut berkeras: jangan layani. Mantan walikota New York itu tidak sekedar pengacara. Melainkan juga teman baik Trump. Sesama dari partai Republik.
Memenuhi panggilan atau tidak kini tidak perlu diperdebatkan lagi. Cohen sudah bicara. Giuliani harus bekerja keras. Berpikir keras. Cari jalan. Agar kliennya bisa lolos.
Lubang kali ini tidak lebar. Kalau bisa lolos, Trump memang si Donald. Kali ini lubangnya lubang sari rapet. (dis)