TIBA di bandara Haikou saya sedikit panik. Jadwal pesawat saya berikutnya ke Shantou pukul 12.50. Kok di layar sudah tidak ada nama Shantou.
Lalu saya pelototi layar yang berbahasa Mandarin. Tidak ada juga jadwal ke 汕头。Tidak ada keterangan delay atau cancel. Jangan-jangan saya salah beli tiket.
Saya pun lihat boarding pass: aneh. Ternyata boarding pass saya bukan jurusan Shantou. Di situ terbaca: 揭阳。Jieyang.
Lalu saya lihat jam keberangkatan pesawat ke Jieyang itu: 12.50. Saya lihat pula nomor penerbangannya: rahasia.
Dua-duanya sama dengan jadwal pesawat ke Shantou.
Maka otak saya berputar: mungkin Jieyang adalah nama bandara Shantou. Maka saya tenang kembali. Langsung menuju ruang tunggu.
Setelah mendarat di tujuan saya baru tahu: Jieyang bukan nama bandara Shantou. Jieyang adalah nama kabupaten tetangga Shantou.
Rupanya bandara lama Shantou sudah tutup untuk penerbangan komersial. Sudah kembali sepenuhnya menjadi bandara militer. Yang komersial dialihkan ke bandara baru di Jieyang: 50 km dari Shantou.
Saya pun lebih paham apa maksud bandara baru itu dibangun di Jieyang: bisa melayani tiga kabupaten sekaligus. Yakni Shantou, Jieyang, dan Chaozhou. Bandara itu hampir persis di titik tengah segitiga mereka.
Saya pernah ke Shantou, tapi baru sekali ini ke Jieyang dan Chaozhou. Saya suka makanan khas Tiuchu, tapi baru sekali ini ke kampung halaman asal orang Tiuchu. Tiuchu bahasa Mandarinnya adalah Chaozhou.
Tiga kabupaten bertetangga tersebut memang spesial. Punya bahasa sendiri: bahasa Tiuchu (Teochew). Rasanya perusuh Disway seperti Juve Zhang dan Liam Then pandai berbahasa Tiuchu. Saya tidak bisa sama sekali.
Saya memang sering ke Pontianak. Karena itu saya sering makan masakan Tiuchu. Lebih separo orang Tionghoa di Kalbar adalah suku Tiuchu. Terutama di Pontianak. Hanya di luar kota Pontianak yang didominasi suku Hakka: Singkawang sampai Putussibau.
Saya punya teman baik di Pontianak: Junaini KS. Sejak di majalah TEMPO. Lalu sama-sama memimpin Pontianak Post. Istri Haji Junaini wanita Tionghoa suku Tiuchu. Mertuanya lahir di Chaozhou ini.
Junaini sendiri sudah tiga kali ke Chaozhou. “Bahasa di Chaozhou persis seperti di Pontianak,” kata Junaini. Tentu ia terbalik.
Suku Tiuchu dan Hakka memang mendominasi Kalbar. Seperti Sumut didominasi suku Hokkian dan di Bangka suku Kanton.
Kalau di Thailand yang lebih banyak suku Hakka (客家). Perdana Menteri Thaksin Shinawatra adalah orang Hakka.
Tapi ada 5 juta orang Tiuchu di Thailand. Persentase Tiuchu juga besar di Kamboja. Perdana Menteri Hun Sen adalah orang Tiuchu.
Hun Sen lebih hebat dari Presiden Soeharto. Ia mengalahkan Pak Harto: berkuasa 35 tahun di Kamboja. Bahkan penggantinya pun masih anak sulungnya: tahun lalu.
Maka selama di tiga kabupaten Tiuchu ini saya selalu menikmati masakan Tiuchu: ringan bumbunya, sedap rasanya. Sedikit pula minyaknya.
Kapan lagi bisa ke resto Tiuchu di pusatnya suku Tiuchu. Saya pesan mi Tiuchu, chor mian, tanpa babi. Juga 菜頭粿. Lalu 炸豆腐. Tambah 炸牛肉丸. Terakhir 鱼丸面. Lain hari lagi nasi goreng Tiuchu.
Saya selalu menelan sedapnya, dengan permintaan maaf karena Anda hanya menelan air liur belaka. (Dahlan Iskan)