Kerja sarungan, hasil karungan. Pameo sederhana itu tepat untuk menggambarkan kehidupan Yuda Taufiqurrahman.
NUR WACHID, Ponorogo
eQuator.co.id – DARI YouTube, warga Desa Ngrukem, Kecamatan Mlarak, itu sanggup memenuhi kebutuhan keluarga dan membiayai kuliahnya hingga pascasarjana. Konsistensinya dalam menampilkan musik jalanan di akunnya mengantarkannya meraih penghargaan silver play button dari YouTube internasional.
Ruang kerja Mas Jidat –sapaan Yuda Taufiqurrahman- hanya kamar seukuran 4×5 meter. Di dalamnya penuh beragam alat musik. Mulai gitar akustik-elektrik, keyboard, biola, ukulele, hingga harmonika. Sebuah meja di sebelahnya juga dipenuhi alat pengambilan gambar. Dari kamera, laptop, hingga mixer. Di atas meja itu, terpajang sebuah plakat 40×20 sentimeter berwarna silver bertuliskan presented to YudaMedia HD For Passing 100.000 subscribers. Di bawah tulisan itu tercantum tulisan YouTube dengan permukaan timbul. Sementara di atas tulisan itu tertera kaca cekung berbentuk logo khas YouTube. Penghargaan itu hanya diberikan kepada pemilik akun yang memiliki lebih dari 100 ribu subscribers. Mas Jidat, satu-satunya pemilik akun di eks Karesidenan Madiun yang mendapatkan penghargaan prestisius itu. ‘’Sekadar memilih konten yang pas untuk diunggah itu tidak mudah. Butuh konsistensi dan kedisiplinan tingkat tinggi,’’ katanya.
Mahasiswa semester akhir pascasarjana jurusan Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang itu mengaku konsisten mengunggah video tiga tahun setelah merintisnya sejak 2009 silam. Sebelumnya, youtuber 26 tahun itu kerap gonta-ganti konten unggahan. Mulai tutorial android, kebudayaan, review kuliner, wisata, hingga budaya. Semuanya terbukti tidak cocok dengan karakter Mas Jidat. ‘’Yang sering disalahartikan itu bahwa youtuber kerjanya hanya ngevlog, padahal tidak sesempit itu. Video yang kita unggah harus yang berkarakter. Juga, ada trik khususnya,’’ lanjut Mas Jidat.
Setelah lama bertualang menjelajahi beragam konten, Mas Jidat akhirnya menemukan kecocokan dari dalam dirinya sendiri. Keahliannya bermain alat musik menjadi modal untuk meng-cover lagu. Namun, itu pun hanya berlangsung setahun. Hingga dirinya mantap bekerja di balik layar sebagai produser musisi jalanan di Malang. Tepatnya saat dia kuliah di Kota Malang, 2016 lalu. Dia pun berhasil memproduseri musisi jalanan seperti Sabian Nanda dan Morning Viber. Berkat Mas Jidat, keduanya laris manis manggung di berbagai kota. Bahkan, sempat dikontrak bermain di salah satu stasiun televisi ternama. ‘’Jadi, mereka bukan pengamen ya. Waktu itu, saya menemukan musisi yang bermain di keramaian menggunakan sound system lengkap. Akhirnya kepikiran untuk fokus ke musisi sejenis ini,’’ ujar suami Belliny Shinta itu.
Kedisiplinan Mas Jidat dalam memublikasikan video ke YouTube tak diragukan. Setiap dua-tiga hari sekali, dia pasti mengunggah video dengan konsep. Kejelian menggunggah video yang disukai penonton turut menjadi kunci keberhasilan Mas Jidat. Ke depan, dia berencana mengangkat musisi jalanan dari kota asalnya. ‘’Ternyata saya lebih nyaman bekerja di balik layar. Membuat musisi jalanan lebih dikenal banyak orang menjadi kepuasan tersendiri bagi saya,’’ ucapnya. (*/Radar Madiun)