LAPAN Usul Pecahkan Rekor Lomba Roket Air

Edi Kamtono Minta Event Kulminasi Matahari Dikemas Maksimal

DIRIKAN TELUR. Edi Rusdi Kamtono berupaya mendirikan telur di event kulminasi matahari di kawasan Tugu Khatulistiwa, Sabtu (22/9). Humas Pemkot for RK

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Masyarakat sangat antusias menyaksikan event kulminasi matahari di Tugu Khatulistiwa, 21-23 September. Di waktu tertentu, pada tanggal tersebut matahari tepat berada di garis khatulistiwa.

Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan ‘menghilang’ beberapa detik saat diterpa sinar matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.
Peritiwa unik lainnya, telur bisa berdiri tegak. Seperti yang dilakukan Plt. Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono bersama tamu undangannya di kawasan Tugu Khatulistiwa, Sabtu (22/9). “Peristiwa titik kulminasi matahari ini terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September,” jelas Edi.

Peristiwa alam ini menjadi event tahunan Kota Pontianak. Guna menarik wisatawan berkunjung. “Kulminasi matahari menjadi agenda tahunan tetap Pemkot Pontianak,” ujarnya.

Lantaran menjadi agenda tahunan, ia meminta panitia mengemasnya semenarik mungkin. Agar tidak monoton. Maka inovasi dalam penyuguhannya harus dilakukan.
“Harus ada sesuatu yang baru dan berbeda setiap peringatan kulminasi matahari. Kita akan terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan ini,” paparnya.
Menurutnya, Tugu Khatulistiwa sebagai titik terjadinya kulminasi matahari. Sehingga menjadi brand Kota Pontianak. Apalagi satu-satunya yang di lintasi garis khatulistiwa tepat di wilayah kota hanya di Pontianak.
“Berbeda dengan negara-negara lain yang juga di lintasi garis khatulistiwa, posisinya tidak tepat di wilayah kota. Itulah istimewanya kulminasi di Pontianak,” paparnya.
Edi mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dan menyumbangkan pemikiran agar momen kulminasi matahari bisa terlaksana dengan meriah, istimewa serta menjadi daya tarik wisata. “Kemasan acara kulminasi ini selain seni, budaya, juga ada edukasi teknologi,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengundang Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Boscha, Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lembaga penelitian lainnya. Untuk mencari fenomena menarik yang terjadi saat kulminasi matahari.
“Mungkin masih banyak fenomena alam yang terjadi sebagai momen untuk mengedukasi para siswa,” imbuhnya.
Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Pontianak diharapkan mengemas secara profesional event tersebut. Dia berharap inovasi-inovasi terus diciptakan untuk pengembangan yang sifatnya tidak lagi lokal, tetapi sudah internasional. “Harapan kita momentum kulminasi ini bisa semakin ditingkatkan supaya lebih mendunia,” harap Edi.
Sementara Jasyanto selaku perwakilan LAPAN menuturkan, melalui kegiatan ini pihaknya ingin memperkenalkan fungsi Balai LAPAN sekaligus memberikan edukasi teknologi. Edukasi teknologi ini adalah memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada masyarakat bahwa fenomena lintasan kulminasi yang terjadi di Kota Pontianak ini tidak semua daerah punya. Sehingga sangat langka.
“Makanya kita manfaatkan momen ini dengan mengekspos kegiatan ini, sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan,” terangnya.
Untuk lebih memeriahkan kulminasi matahari ke depan, ia mengusulkan supaya agenda ada pemecahan rekor MURI berupa lomba roket air. Diikuti sebanyak 2 ribu peserta.
“Saya yakin dengan adanya event itu, kulminasi matahari akan semakin menarik dan meriah,” pungkasnya.
Menurutnya, lomba roket air tidak hanya digelar secara nasional. Tetapi hingga tingkat internasional. Setiap tahun pihaknya mengirimkan utusan juara lomba roket air nasional mengikuti lomba tingkat dunia. Dimana jumlah peserta sekitar 38 negara.

Tahun 2016, perwakilan Indonesia berasal dari Kota Pontianak. Yakni Alfian Febriansyah, siswa SMKN 4 Pontianak. Dia  berhasil meraih juara dua lomba roket air internasional di Manila, Filipina.

 

Laporan: Gusnadi

Editor: Arman Hairiadi