eQuator.co.id – SINTANG-RK. Berbicara Kabupaten Sintang, mungkin sudah dikenal seantero Indonesia bahkan di luar negeri dengan Bukit Kelamnya. Bukit yang merupakan batu terbesar kedua di dunia setelah Batu Ayers Rock di Australia.
Hanya saja, apakah ada yang tahu oleh-oleh khas dari Bumi Senentang ini?. Kebanyakan orang, baik dari dalam maupun luar negeri, pasti kebinggunan untuk membeli sanak keluarga buah tangan apabila datang ke Sintang.
Hal itu dikarenakan, memang belum adanya produk yang benar-benar dikenal menjadi oleh-oleh khas dari wilayah bagian timur Kalimantan Barat ini.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sintang dan Tempat Aksi Kreatif Sintang (Takin), membuat suatu program yang dinamakan Lapak Sintang. Dimana tujuannya untuk mewadahi produk atau jasa para pelaku ekonomi kreatif/UKM yang nantinya akan jadi brand pusat oleh-oleh Sintang.
“HIPMI sebagai organisasi kader yang menciptakan pengusaha -pengusaha muda baru dan menperjuangkan aspirasi ekonomi dalam rangka mendorong, membangun ekonomi kerakyatan, membangun kewirausahaan. Nah makanya, dalam hal ini HIPMI bersama Takin membuat sebuah langkah kongkrit,” ujar Ketua HIPMI Sintang, Mardiyansyah, kemarin.
Dalam Lapak Sintang ini, kata Iyan, pihaknya mengandeng pelaku UKM yang disebut pelaku ekonomi kreatif, baik kuliner, fasion, fotografer, seni pertunjukan musik, kriya dan yang mempunyai jasa lain sebagainya. Dimana nanti akan berkumpul semua di Lapak Sintang.
“Dengan begini, kita harapkan, saat orang berkunjung ke Sintang, tidak kebingungan lagi untuk mencari oleh-oleh. Karena sudah kita sediakan di Lapak Sintang,” terangnya.
Ide ini kata Iyan, memang harus dibangun segera, mengingat sudah sangat lama dicanangkan. Ditambah lagi, Sintang ke depan banyak event-event besar yang akan mendatangkan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.
“Untuk opening Insyallah kita targetkan April ini sudah terbentuk. Tentu dengan event ke depan yang akan ada di Sintang, kita dapat mengenalkan, ini loh oleh-oleh khas Sintang,” terangnya.
Sejauh ini kata Iyan, sudah ada 40 orang yang tergabung di Lapak Sintang, baik dari kuliner, fesyen, fotografer, kriya dan lainnya. Bahkan juga telah menjalin kerja sama dengan Lapas Kelas II B Sintang, untuk membantu pemasaran karya-karya yang dibuat warga binaan di Lapas tersebut.
“Untuk d Lapas itu, mereka banyak memiliki produk seni yang sangat tinggi nilainya. Makanya kita bantu untuk promosikan di Lapak Sintang juga,” jelasnya.
Tentu kata Iyan, perjuangan Lapak Sintang juga masih panjang, karena nanti ada yang namanya standarisasi. Jadi yang selama ini produk yang masih belum ada izin, atau belum ada dari sisi label halal, dan lainnya itu akan dibantu.
“Dengan adanya Lapak Sintang ini, kita wadahi pelan-pelan. Akan kita petakan mana yang akan kita mulai dulu, apakah dari sisi perizinan, atau lainnya. Jadi kita mengunakan satu perahu dan saling bekerjasama,” bebernya.
Di Lapak Sintang ini, bukan hanya menerima titipan prodak saja, melainkan programnya juga ingin membangun UKM naik kelas. Dimana akan diadakan diskusi, sharing, bahkan pelatihan bagaimana membangun brand lokal menjadi brand nasional.
“Tentu Lapak Sintang ini juga melihat dari sisi bisnisnya, dengan terbukanya bandara, rencana pemekaran Provinsi Kapuas Raya, dimana Sintang jadi titik centralnya,” kata dia.
Hal tersebut, menurut Iyan merupakan salah satu potensi peluang untuk megembangkan Kota Sintang dari sisi pelaku UKM. (pul)