eQuator.co.id – Sungai Raya. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Kabupaten Kubu Raya tak kunjung mereda. Seratus lebih petugas gabungan dikerahkan untuk menjinakan api.
Kendati personel Manggala Agni, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI/Polri dan Damkar diturunkan untuk melakukan pemadaman, namun kebakaran lahan belum bisa di hentikan secara total. Rabu siang (21/2), kebakaran lahan kembali meluap di Jalan Wonodadi 2 dan Sekunder C. Bahkan api mendekati perumahan warga di Kompleks Ardenia Ratri. Agar api tidak meluas, dua mobil water canon Polda Kalbar dan pemadam swasta dikerahkan.
Pantau Rakyat Kalbar, api sekitar 20-30 meter di belakang rumah warga. Tampak petugas berusaha keras memadamkan api di lahan gambut itu. Api melahap semak belukar dan pakis yang beberapa dari bagiannya sudah mati dan kering sehingga mudah terbakar. Kepulan asap pekat membuat sulit bernapas, ketika angin bertiup si jago merah ini semakin menampakan wujudnya.
Beberapa orang lainya membuat blokade. Semak belukar diratakan menggunakan sebatang kayu sampai tumbuhan liar tersebut tumbang. Tujuannya agar api tidak semakin ganas menjalar.
Deru suara mesin pompa air, menyedot air dari sumur warga komplek tersebut bentangan slang mengalirkan air ke titik api. Tak ketinggalan beberapa unit mobil pemadam kebakaran terparkir di depan rumah warga mengalirkan air dari dalam tengkinya ke api yang menyala.
Jauh dari lokasi, water canon milik kepolisian sedang mengisi tangkinya.
Asap semakin mengepul, abu dari tumbuhan yang terbakar berterbangan kemudian jatuh kembali. Sementara itu, di udara tampak jelas pesawat akan menuju Bandara Supadio alias mendarat.
Kebakaran lahan ini membuat warga setempat khawatir. Pasalnya, api kian mendekat ke pemukiman warga setempat. “Sangat khawatir, soalnya kan dekat dengan rumah, waktu malam kemarin masih agak jauh, dari tadi malam tu dah gemetar, soalnya api mulai agik,” kata Siti yang rumahnya tidak jauh dari titik api.
Siti memiliki dua anak, anak pertamanya laki-laki telah berusia empat tahun, sementara anak keduanya baru usia lima bulan. Hal yang paling dikhawatirkannya adalah dampak lingkungan dari Karhutla itu.
“Itu lah takut anak kena Ispa. Belum ada keluhan, paling cuma batuk -batuk,” ujar ibu yang sudah tiga tahun tinggal di perumahan ini. Diungkapnya, tahun sebelumnya belum pernah terjadi kebakaran lahan sampai mendekati rumahnya.”Tahun sebelumnya tidak ada seperti ini. Ini baru pertama kali kebakaran,” ucap Siti.
Kekhawatiran juga dirasakan Mirza Aditia, salah seorang warga setempat. Senada dengan Siti, dirinya pun takut api akan merembet rumah-rumah warga. Masyarakat setempat sudah melakukan berbagai upaya dengan harapan rumah mereka tidak menjadi keganasan api.
“Antispasi ya, blokir supaya tidak cepat merambat, jadi kita buat kayak jalan gitu, rumputnya rebah biar tidak terlalu cepat menyambar apinya,” ujarnya.
Menurut dia, kebakaran siang itu mulai sekitar pukul 11.30 WIB. Saat itu dia masih berada di kantornya. Mendapat informasi kebakaran dia pun begegas pulang.
“Yang hari ini mulai jam setengah 12. Tadi istri yang beritahu lewat WA, maka langsung jemput anak dan langsung ke sini,” ungkapnya.
Menurut dia, tahun lalu tidak ada kebakaran seperti ini. Dia tidak mengetahui siapa pemilik lahan dan berapa luas lahan yang hangus itu.
“Tidak tahu juga siapa pemilik lahannya,” ucap Mirza.
Kapolresta Pontianak Kombes Pol Purwanto mengatakan, penanggulangan Karhutla ini dilakukan TNI, Polri, BPBD, Damkar dan masyarakat peduli api.
“Penanggulangan sudah bagus. Kemarin atau beberapa hari yang lalu di daerah sini sudah padam, namun karena lahan gambut begitu kena angin naik lagi apinya,” ujarnya kepada wartawan di lokasi kebakaran lahan.
Belum diketahui siapa pemilik lahan diperkirakan sekitar 20 hektare yang hangus terbakar tersebut. “Belum kita diketahui milik siapa karena pada dasarnya lahan yang tidak terawat,” ucapnya.
Dia mengungkapkan upaya memadamkan api bukan tanpa halangan. Sulitnya mendapatkan sumber air dan sempitnya jalan menuju lokasi kebakaran menjadi hambatan yang dihadapi di lapangan. “Kendala di lapangan masalah air, jalan masuk sempit mobil Damkar susah masuk,” ujarnya.
Dikatakan Purwanto, Polresta telah mengamankan tiga orang yang diduga melakukan pembakaran lahan.”Yang diamankan masih dalam proses penyelidikan, yang diamankan itu masyarakat,” tutup Kapolresta.
Terpisah, Kepala BPBD Kubu Raya, Mochtar mengatakan, sebelumnya lahan yang terbakar di Jalan Wonodadi 2 sudah mereda. Namun akibat cuaca yang panas, ditambah kencangnya angin memicu hidupnya api di lahan gambut tersebut. “Yang diwonodadi itu sebenarnya sudah padam, tapi kami tidak mengetahui, api itu datang dari mana. Dua tempat ini yang masih besar. Saat ini, petugas kita bersama unsur Polri dan TNI, sedang melakukan pemadaman sekarang,” terangnya saat di hubungi melalui sambungan telepon, Rabu (21/2).
Mochtar belum bisa merinci secara pasti luas lahan yang terbakar di Jalan Wonodadi 2 tersebut. Namun dua tempat tersebut diperkirakan sekitar 100 hektare lebih. Keterbatasan alat menjadi kendala bagi BPBD untuk memetakan luas lahan yang terbakar.
Sebelumnya Bupati Kubu Raya Rusman Ali mengatakan, data dari BPBD, ada 95 desa di wilayahnya yang rawan Karhutla. Sedangkan yang menjadi langganan Karhutla terdapat ada belasan desa. Untuk itu, dirinya pun meminta Satgas Peduli Api yang sudah dibentuk di beberapa desa rawan Karhutla bertindak cepat. Baik dalam melakukan pencegahan maupun penanggulangan. “Jangan tunggu api membesar dahulu. Kalau sudah ada tanda-tanda kebakaran, cepat padamkan,” tukasnya.
Dia juga mengajak seluruh masyarakat Kubu Raya supaya saling menjaga lingkungan dari kebakaran. Saling mengingatkan untuk tidak membakar lahan di musim panas. “BPBD juga saya minta untuk meningkatkan koordinasi dengan instansi lainnya dalam melakukan penanggulangan kebakaran lahan, supaya api bisa cepat di padamkan,” Bupati.
Pengaruhi Ekonomi Kalbar
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Pontianak Andreas Acui menilai dengan terganggunya penerbangan akibat kabut asap tentu berdampak pada geliat ekonomi Kalbar.
“Meski saat ini masih sebatas terlambat mendarat namun hal itu tentu berdampak pada terganggunya kelancaran penerbangan lainnya dan aktivitas penumpang yang sudah terjadwal. Secara ekonomi tentu bisa saja banyak agenda dan rapat bisnis tertunda atau batal kalau terlambat,” tuturnya, Rabu (21/2).
Ia berharap kabut asap bisa segera berkurang. Jangan sampai kabut asap melumpuhkan penerbangan seperti beberapa waktu. Jika Bandara sempat lumpuh banyak kerugian yang dialami. Aktivitas orang dan kelancaran barang akan terhambat. “Sedikit banyaknya pasti ada multi efek buruk terhadap ekonomi kita kalau bandara lumpu. Kita bersyukur kemarin juga sudah hujan,” katanya.
Kabut asap kata dia, tidak terlepas dari kelalaian dalam pengelolaan lingkungan yang menjadi tanggung jawab sosial masyarakat di Kalbar. Soal asap bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi juga tanggung jawab masyarakat dalam mengelola lingkungan. “Adanya asap selain mengganggu penerbangan juga menurunkan nilai kemampuan mengelola lingkungan di mata masyarakat internasional,” tutur Acui.
Sementara itu, Kepala BPBD Kalbar TTA Nyarong mengatakan, pihaknya saat ini sudah meminta kepada pemerintah kabupaten/kota menetapkan status siaga darurat bencana asap akibat Karhutla.
“Untuk saat ini sudah ada pemerintah kabupaten yang menetapkan status siaga yang meliputi Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, Bengkayang, Sanggau, Sekadau, Sintang, Sambas, Landak, Melawi dan Pemerintah Provinsi Kalbar,” papar Nyarong.
Sebelumnya, Selasa (20/2) pagi, sejumlah pesawat dari berbagai maskapai pada penerbangan pagi yang menuju Bandara Supadio terlebih dahulu harus berputar-putar di atas udara Kubu Raya dan Pontianak. Sebab jarak pandang ke landasan terbatas. Sekitar pukul 08.00 WIB aktivitas di Bandara baik yang mendarat maupun berangkat baru normal kembali.
Laporan: Ambrosius Junius, Syamsul Arifin, Gusnadi
Editor: Arman Hairaidi