-ads-
Home Bisnis Kumpulkan Racunnya Tak Mudah, Cari Seliter Bisa Berburu Besar-besaran

Kumpulkan Racunnya Tak Mudah, Cari Seliter Bisa Berburu Besar-besaran

Melirik Bisnis Kalajengking yang Disebut Presiden Bisa Bikin Kaya

SANGAR. Satu dari sekian banyak jenis Kalajengking, Asian Forest Scorpion paling diminati pehobi hewan eksotik. Selain ukurannya besar, jenis ini terkenal mudah dirawat dan punya tampilan sangar. Wahyu Ramadhan-Radar Banjarmasin
SANGAR. Satu dari sekian banyak jenis Kalajengking, Asian Forest Scorpion paling diminati pehobi hewan eksotik. Selain ukurannya besar, jenis ini terkenal mudah dirawat dan punya tampilan sangar. Wahyu Ramadhan-Radar Banjarmasin

eQuator.co.id – Kelakar Presiden Joko Widodo bahwa berbisnis kalajengking dapat meraup untung gede cukup menghebohkan. “Jadi, mau kaya, cari racun Kalajengking,” gurau Jokowi. Bahan racunnya disebut-sebut bernilai jual tinggi di pasaran. Namun, ternyata, bisnis itu tak semenarik yang dikatakan.

Sudah beberapa bulan ini, Fuji Hendra Irawan,  terpaksa berhenti bisnis kalajengking. Warga warga Jalan Sultan Adam, Kompleks Mahligai, Banjarmasin Utara, Kalimantan Selatan, ini mengatakan tidak ada keuntungan yang diraih dalam beberapa bulan terakhir.

“Harganya turun banget, terjun bebas, sementara setop beternak kalajengking,” tutur Fuji, kepada Radar Banjarmasin (Jawa Pos Group), Sabtu (5/5).

-ads-

Dia mengatakan, harga kalajengking bervariasi. Kalajengking lokal, yang baru menetas dijual kisaran Rp20 ribu-Rp30 ribu. Beda dengan impor. Rp200-300 ribu bahkan sampai lebih.

Tapi karena harganya turun drastis sampai 50 sampai 75 persen, dia akhirnya berhenti. Memilih beternak Tarantula.

Tarantula impor yang diternakkan Fuji adalah jenis Hapalopus sp colombia. Saat ini harga Tarantula masih tetap stabil di pasaran hewan eksotik. Satu ekor bayi Tarantula ukuran 1 cm dijual seharga Rp175 ribu. Pastinya nilai itu sangat menggiurkan.

Tapi berapa ekor bisa terjual setiap bulan, Fuji mengaku tidak pasti, tergantung pesanan. Karena orang lokal kurang banyak peminatnya. Pelanggan Fuji ternyata lebih banyak berasal dari luar Kalsel. Malang, Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

“Kalau satu juta setiap bulan, bisa saja. Digunakan untuk keperluan sehari-hari di rumah,” ujarnya.

Dia mengatakan, bisnis  kalajengking tidak seperti yang dikatakan presiden. Bisnis ini sedikit susah. Karena untuk mengumpulkan racunnya  tidak semudah yang orang kira. Satu ekor kalajengking hanya mampu maksimal menghasilkan racun sebanyak 0,2 mg. Racun itu dapat diambil tiga kali dalam seminggu. Artinya kalau mau dapat satu liter, pasti ada perburuan besar-besaran terhadap kalajengking.

“Kalau orang hobi tentu tidak sama pemikirannya dengan penjual, tidak memikirkan populasi. Karena kalau diburu tentu jumlahnya akan menipis,” ujarnya.

Diakuinya, mungkin saja manfaat racun kalajengking sama dengan racun ular. Sama-sama bermanfaat untuk bidang kesehatan. Racun ular dijadikan sebagai serum penangkal bisa ular. Sehingga harganya sangat mahal. Harganya mencapai puluhan juta.

“Saya pernah tanya sama seorang dokter harga serum penawar racun ular itu 1 vial Rp60 juta-Rp80 juta,” pungkas Fuji.

Pebisnis hewan lainnya, Budi Manto Wongso, menyebut apa yang diutarakan oleh orang nomor satu di negeri ini juga sifatnya hanya guyon saja. “Saya rasa itu sebatas gurauan, itu kan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, beda dengan ular, bisanya dapat diambil tiap hari, kalau kalajengking tidak,” jelasnya.

Apalagi sekarang penjualan hewan seperti ini sangat menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Makanya Budi sekarang lebih fokus jualan ikan Louhan dan predator.

Ketika masih jualan kalajengking, lanjut dia, ada yang dari lokal dan impor. Dia tidak beternak, tapi mengambil di tempat peternak. Harga jual Rp200 ribu-Rp300 ribu. Pengakuannya, ia hanya mengambil untung antara 10 sampai 20 persen saja.

“Tidak banyak ambil untung, yang penting bisa terjual,” ujar Budi.

Ia sudah cukup lama menggeluti penjualan hewan seperti ini di Kalsel. Bisnis ini masih belum begitu banyak pelakunya. Dia mengaku lebih banyak menjual ke luar daerah. Apalagi  kalau pembelinya dari luar negeri, hewan lokal Indonesia bisa ditawarkan dengan harga tinggi.

“Kalau harga hewan lokal di jual di luar negeri jadi mahal, begitu juga sebaliknya, dari luar negeri di jual di Indonesia jadi mahal,” tandasnya. (Radar Banjarmasin/JPG)

Exit mobile version