eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kawasan Tugu Khatulistiwa disesaki para pengunjung dan tamu undangan yang ingin menyaksikan fenomena kulminasi matahari, Kamis (21/3). Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari. Yakni fenomena alam ketika natahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala. Sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda di permukaan bumi. Peristiwa ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni 21-23 Maret dan 21-23 September. Uniknya lagi, saat kulminasi matahari, di sana telur berdiri tegak.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengatakan, tepat pukul 11.49 WIB, tidak ada bayangan di kawasan Tugu Khatulistiwa dikarenakan peristiwa kulminasi. Ditandai juga dengan mendirikan telur. Selain itu, peringatan tahunan juga dikemas dengan nama Pesona Kulminasi Matahari. Dimeriahkan dengan pagelaran seni dan pameran. “Ini merupakan suatu berkah yang harus kita manfaatkan potensinya sebagai even ekonomi kreatif dan kita ciptakan inovasi untuk mengajak warga kota dan seluruh dunia berkunjung di sini merasakan sensasi titik kulminasi di Kota Pontianak,” ucapnya.
Edi berharap fenomena alam kulminasi matahari yang hanya terjadi di Kota Pontianak ini, benar-benar bisa dioptimalkan dalam upaya menarik kunjungan wisatawan ke Kota Pontianak.
“Ke depannya harus ada inovasi-inovasi pengembangan yang sifatnya tidak lagi lokal tapi bisa go International dan saya yakin dengan keberadaan Tugu Khatulistiwa yang pas di pinggiran Sungai Kapuas bisa menjadi daya tarik sendiri yang bisa kita tingkatkan untuk bagaimana mendatangkan wisatawan-wisatawan mancanegara,” tuturnya.
Pihaknya juga akan membenahi kawasan Tugu Khatulistiwa agar lebih representatif. Apalagi, sambung dia, pada 25 Juni hingga 5 Juli 2019 akan digelar Seleksi Tilawatil Quran (STQ) Tingkat Nasional yang dipusatkan di Tugu Khatulistiwa. Di kawasan ini akan dibangun venue yang bisa menjadi museum.
“Dengan infrastruktur yang bagus dan representatif, saya yakin banyak pengunjung akan merasa lebih nyaman dan lebih menyenangkan berada di Tugu Khatulistiwa,” terangnya.
Terpisah, Kepala LAPAN Pontianak, Muzirwan mengatakan, pihaknya menyediakan teropong untuk melihat matahari di Tugu Khatulistiwa. Pada saat kulminasi, kata dia, semua orang berusaha melihat hasil dari matahari yang tidak memberikan bayangan terhadap manusia. Oleh karena itu pihaknya mencoba memperlihatkan matahari kepada masyarakat melalui teropong. “Supaya masyarakat bisa melihat matahari secara langsung,” tuturnya.
Secara riset, sambung dia, agak susah menghubungkan antara kulminasi dan gravitasi. Tapi karena yang dikenal masyarakat pada saat kulminasi, telur bisa berdiri.
“Menurut masyarakat ada keseimbangan antara belahan bumi Utara dan Selatan. Tapi saat ini secara keilmuan masih belum bisa dibuktikan adanya pengaruh tersebut. Kulminasi matahari yang pernah mencoba untuk mendirikan hanya ada di Kota Pontianak ditempat lain tidak ada,” ucapnya
Ia juga mengatakan bayangan itu memang saat kulminasi jelas tidak ada. Marena matahari itu sejajar. Makanya pada saat kulminasi matahari lurus terhadap bumi. Di tempat lain juga ada. Tapi kota yang dilewati kulminasi hanya Kota Pontianak.
Kulminasi tidak memberikan efek yang besar walaupun efeknya sangat panas karena matahari lebih dekat karena atmosfer memiliki dinamika yang besar. Tapi pada saat kulminasi akan terjadi pertanda pergantian musim dari penghujan ke kemarau.
“Dinas Pariwisata juga sudah terlihat cukup gencar dalam memperkenalkan kulminasi ini,” pungkasnya. (Riz)