Lenggak lenggok santai di catwalk kala cemooh terhadap kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), tengah gencar-gencarnya, dilakukan sejumlah wanita-pria (Waria) di Sekadau. Dalih mereka, ingin menunjukkan tak semua Waria berkesan negatif.
Abdu Syukri, Sekadau
Mereka menggelar fashion show di Mess Pemkab Sekadau, Desa Sungai Ringin, Sekadau Hilir, Sabtu (27/2). Kontes ‘kecantikan’ itu diikuti puluhan Waria, besutan Seni Kreatif Entertaiment Indonesia Kabupaten Sekadau. Lumayan banyak yang menyaksikannya.
Salah seorang Waria yang ditemui usai kegiatan tersebut, Aura mengklaim pilihannya yang tidak lazim itu diperbolehkan oleh ayah dan ibunya. “Keluarga saya baik-baik saja. Kedua orangtua saya sangat mendukung,” ujar pemenang kontes ‘kecantikan’ tersebut, yang sehari-hari bekerja di salon.
Mengenai penolakan LGBT, Aura mengaku hal itu tidak berpengaruh terhadap dirinya sebab selama ini tidak ada yang menentang keberadaan Waria. Bahkan, ia berharap kontes tersebut bisa berkembang sehingga keberadaan Waria tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat.
“Mudah-mudahan ada lebih banyak event lagi,” pungkas Waria asal Sambas itu.
Ketua Umum Seni Kreatif Entertaiment Indonesia Kabupaten Sekadau, Vafox, menyatakan event perdana tersebut bertujuan menggali keberanian generasi muda Sekadau. “Menunjukkan pada generasi muda di Sekadau bahwa Waria saja berani tampil, masa’ anak muda Sekadau tidak berani padahal punya potensi,” ujarnya.
Bagi dia, tidak semua Waria menunjukkan hal negatif, banyak aksi positif yang bisa dilakukan oleh mereka. Namun, wadah untuk menyalurkan bakat dan kreativitas para Waria minim.
“Mereka memiliki kemampuan, bahkan memberikan hal-hal positif di tengah masyarakat,” ungkap Vafox saat ditanya mengenai keberadaan LGBT yang saat ini masih menjadi perbincangan hangat.
Ia meminta agar Waria diberikan kesempatan dan peluang untuk mengeksplor bakat dan kemampuan untuk bisa berkarya. Menurut Vafox, para Waria itu punya keahlian menata makeup, membuka salon, hingga merancang busana.
“Beri mereka tempat untuk berkreasi. Bahkan, kami pun melakukan pencegahan terhadap narkoba. Kami juga menyatakan perang terhadap narkoba,” tandasnya.
Kontes ini menuai tanggapan, tokoh agama di Sekadau angkat bicara. Pastor Paroki Santo Petrus dan Paulus Sekadau, Kristianus CP menghormati mereka sebagai ciptaan Tuhan. “Sebagai mahkluk ciptaan Tuhan, mereka juga tidak boleh kita musuhi. Mereka juga harus kita hormati, karena pada prinsipnya semua manusia adalah ciptaan Tuhan,” ucap Pastor Kris, kerap ia disapa, saat diminta tangapannya.
Hanya saja, dalam berpenampilan maupun postur tubuhnya, para Waria memiliki sedikit perbedaan. Pastor Kris menganggap perbedaan itu sebagai sebuah keunikan ciptaan Tuhan. Namun, ia berharap perbedaan itu tidak menimbulkan persoalan.
“Karena itu, mereka jangan semau hati dalam berpenampilan. Harus bisa menjaga diri, tahu kapan menunjukkan eksistensi. Harus tepat tempat dan waktunya,” pintanya.
Ia mengingatkan agar para Waria bisa menjaga nilai sosial, adat istiadat, dan kebiasaan di tempat mereka berdomisili. Jangan sampai karena teledor menjaga hal itu malah muncul permasalahan. “Kunci kalau ingin mendapat penghormatan dari masyarakat, juga harus menghormati norma-norma yang berlaku,” ulas dia.
Dikatakannya, menjaga penampilan di tengah masyarakat memang harus dilakukan untuk menghargai yang lain. “Intinya pandai-pandailah menempatkan diri. Jangan berlebihan,” demikian Pastor Kris. (*)