eQuator.co.id – Kali pertama muncul, PayTren menuai banyak tanggapan, baik positif maupun negatif. Kegiatan operasional financial technology (fintech) itu bahkan sempat dibekukan selama setahun oleh Bank Indonesia. Namun, PayTren tidak berhenti berkembang. Berikut perbincangan wartawan Jawa Pos Virdita Rizki R. dengan founder PayTren Yusuf Mansur.
Bagaimana perjalanan bisnis PayTren?
Dengan izin Allah, PayTren berjalan sangat mulus karena doa dari banyak orang. Banyak harapan positif, dukungan dari banyak orang, mitra pengguna, alim ulama, orang tua kami, dan pemerintah. Kalau kami lihat, untuk ukuran perusahaan yang tidak ada angel investor, masih murni saham kami 100 persen, ini perusahaan boleh dibilang ajaib. Tidak berdarah-darah, tidak rugi, tidak ada utang. Mulai 2013, growth-nya sangat fantastis, hingga saat ini sudah 2,6 juta pengguna. Pada saat di-suspend saja, kira-kira setahun yang lalu, pertumbuhan jumlah pengguna masih 1.000 orang per hari. Nah, ketika tanggal 1 (Juni) kami launching e-money, pertumbuhannya mulai bergerak 15–30 kali lipat. Mulai nih 15 ribu sehari, 30 ribu sehari. Itu belum termasuk dari pengguna iPhone. Di iOS belum on, baru nanti September. Kalau itu sudah, mungkin bisa mencapai 100 ribu pengguna per hari. Target 10 juta pengguna aktif hingga Desember 2018 mudah-mudahan bisa tercapai.
Animo masyarakat terhadap PayTren cukup bagus. Apa faktornya?
Pertama, umat merindukan adanya pengusaha, khususnya di bidang fintech, cashless digital, online payment, e-commerce, dan marketplace yang orisinal Indonesia. Mulai SDM-nya, para pemikirnya, programmer IT-nya, sampai pendanaan itu orang Indonesia. Tidak ada orang asing. Kita sama-sama tahu, sedikit-sedikit asing. Hampir semuanya asing. Ketika diberi tahu kalau mau size-nya gede harus pakai asing, kami bertahan. Enggak ah, Indonesia Insya Allah bisa kok. Jangan lupa, orang lain datang ke kita untuk belajar, tetapi kita bayar. Makanya, kita mau belajar sendiri.
Bagaimana promosi PayTren agar dikenal masyarakat?
Prinsipnya Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Jadi, saya minta karyawan, nasabah, pelanggan, mitra, pembeli, dan pemesan sama Allah. Dulu DNA kami MLM. Nah, di sinilah kami dicurigai orang money game, skema Ponzi lah. Alhamdulillah, kami urus semuanya, perizinannya. Yang membuat kami tersenyum, dari sisi regulator, kami lolos. Sebab, kami memang tidak berskema Ponzi dan money game. Pejabat BI waktu itu cerita kepada saya. Salah satu yang membuat lama sekali dapat izin adalah kecurigaan money game. Setelah lakukan cek dan ricek, ternyata bukan money game, lalu dilanjutkan.
Alhamdulillah, kami di posisi sekarang dapat e-money. Sejak kami dapat e-money, tidak boleh e-money ini di-MLM-kan. Akhirnya, kami punya dua, yakni PayTren MLM dan PayTren e-money. PayTren MLM yang dulu dikenal sampai sekarang tidak kami tutup. PayTren e-money-nya free. Siapa pun bisa download, tidak usah bayar. Isi deposit pakai saja langsung.
Sistem apa yang membuat PayTren mendapat sertifikat syariah dari MUI?
Kalau dari segi aplikasi yang udah live, hampir tidak kelihatan syariah dan tidak. Tetapi, ketika bicara dapur, kelihatan sekali. Syariah itu secure. Misalnya, e-money yang selama ini dikenal itu kartu. E-money yang saya punya bisa kartu, bisa handphone. Ada dua e-money, chip based dan server based. Yang chip based seperti kartu tol itu tidak bertuan. Tidak syariah seharusnya. Kenapa tidak bertuan? Kalau kartu itu rusak, bisa dipakai tidak? Tidak. Padahal, ada isinya. Hilang tidak? Hilang. Apalagi kalau kartunya hilang, rusak saja tidak bisa. Nah, syariah tidak begitu. Tetapi, kalau server based bisa mengadu, bisa terbitkan kartu baru dengan saldo yang ada. PayTren semua syariah. MLM syariah, e-money syariah. Satu-satunya e-money yang akan dapat dari MUI. Aset manajemennya syariah. Tidak boleh menaruh saham di tempat nonsyariah. Kami pionir, full-fledged dari lahir benar-benar syariah, yang lain baru UUS (unit usaha syariah). Koperasi juga syariah.
Target PayTren?
Hingga akhir Desember 2018, untuk PayTren payment gateway ini, 10 juta pengguna dengan target pengelolaan dana harapannya masing-masing orang Rp 2 juta. Jadi, omzetnya Rp 20 triliun. Mudah-mudahan dalam waktu kurang dari 5 tahun bisa menjangkau 60 juta orang kalangan menengah di Indonesia. Kalangan menengah Indonesia itu rata-rata menghabiskan uang Rp 5 juta per bulan. Rp 300 triliun, itulah kuenya. Inilah yang diincar orang asing. Banyak orang yang tidak suka sama PayTren. Jangan tidak suka sama PayTren, PayTren ini Indonesia. Kalau tidak suka sama PayTren, berarti kan pakai orang lain. Duit dialokasikan ke mereka, data juga dialokasikan ke mereka.
Apa yang dilakukan dengan perputaran dana tersebut?
Banyak banget. Apalagi kalau bisa sampai Rp 300 triliun. Negara atau bangsa bisa memberikan tugas kepada PayTren untuk membeli ulang aset Indonesia. Contoh, kalau sudah ada dana pengelolaan segitu kan bisa bayarin utang negara di tol, di bandara, di pelabuhan. Kita belum bicara valuasi, baru bicara dana kelola. Jangan lupa, kami baru bicara tentang PayTren payment gateway. Belum nanti Paytren insurance, perbankan, PayTren yang kita punya, yakni aset manajemen. Dari aset manajemen, mudah-mudahan bisa kelola yang setara PayTren payment gateway.
Ke depan, PayTren ekspansi ke produk apa saja?
Perbankan, insurance, remittance, money changer, lebih murah jika dibandingkan dengan money changer yang lain. Ini kali pertama lagi nih yang syariah. Nanti ada PayTren pariwisata. Insya Allah kami akan layani kota, kabupaten, dan provinsi untuk pembayaran pajak, pajak kendaraan bermotor, daftar SIM, dan sebagainya sampai nanti ke penjara, lapas, ketuk palu hakim, kejaksaan, sampai nanti buku nikah. Dana inilah yang diincar orang-orang luar. Kita juga diawasi setiap tanggal 15 report ke BI dan OJK seperti malaikat. Kalau ada yang bilang PayTren mahal karena size-nya masih kecil. Kalau size-nya besar, harga bisa ditekan. DNA saya bukan pengusaha. DNA saya bukan kapitalis, tetapi tetap ustad.
Kapan target tersebut dapat tercapai?
Kami run through saja. Jalan saja. Mudah-mudahan kurang dari 5 tahun bisa menyelimuti keseluruhan aspek apa pun yang terjadi di negeri ini. Jangan lupa banyak yang juga ingin masuk ke Indonesia dan menguasai semuanya.
URUS SENDIRI DOKUMEN PERIZINAN
Yusuf Mansur belajar dari nol tentang fintech, regulasi, dan bisnis saat mendirikan PayTren. Dia juga turun tangan langsung guna memastikan semuanya berjalan lancar. ’’Kami tidak pernah ngorder. Tidak pernah nunjuk konsultan. Mulai surat pengantar hingga the end itu kami sendiri. Ke OJK, BI, BKPM, Kemendag, semua kami sendiri,’’ tuturnya.
Bahkan, Yusuf Mansur sendiri yang mengantarkan dokumen ke BI saat mengurus perizinan PayTren. ’’Saya ketok, assalamualaikum, Mbak. Oh iya, taruh situ. Dia (petugas, Red) sambil ngerapiin surat-surat yang masuk. Lalu, saya bilang taruh di sini, ya,’’ kenangnya.
Nah, saat petugas BI itu mengiyakan sambil melihat ke arah Yusuf Mansur, dia kaget. Petugas tersebut tidak menyangka Yusuf Mansur sendiri yang mengantarkan dokumen ke BI. ’’Lho, kok Ustad langsung sih yang ngantar? Gini-gini mah kurir aja,’’ kata Yusuf menirukan ucapan petugas BI kala itu.
Dia sengaja melakukan itu agar bisa memberikan contoh kepada generasi muda di Indonesia. Jika memang menginginkan sesuatu, sebaiknya dikerjakan sendiri. ’’Pengin apa-apa do it yourself and your team. Supaya kita percaya diri dan bertambah ilmunya,’’ ujarnya.
Dia juga menjalani fit and proper test di OJK. Diuji mengenai Undang-Undang Antiterorisme, antidumping, maupun money laundry. ’’Saya belajar seperti orang mau ujian skripsi dan mereka mengapresiasi,’’ tuturnya.
Hal itu sempat membuat pegawai BI dan OJK heran. Bahkan, dikira tidak ada pekerjaan lantaran setiap dipanggil selalu Yusuf Mansur sendiri yang datang. Menanggapi hal itu, Yusuf Mansur menyatakan bahwa dirinya memang sengaja meluangkan waktu agar bisa hadir. (Jawa Pos/JPG)