eQuator.co.id – Pontianak-RK. Banyak kawula muda Indonesia, termasuk Kota Pontianak yang mengidam-idamkan menjadi seorang entrepreneur. Dengan kepercayaan diri yang tinggi seorang enterpreneur mampu menciptakan sesuatu yang spektakuler dan bermanfaat bagi orang lain.
Untuk menumbuhkan minat kawula muda menjadi entrepreneur, BPD Hipmi Kalbar bekerjasama dengan Bakorda Hipmi Perguruan Tinggi Kalbar serta di support Pon TV dan Harian Rakyat Kalbar mengadakan
acara “Klinik Bisnis” di Alila Café and Resto Jalan Putri Daranante, tanggal 8 April 2016 lalu. Yang menjadi narasumber Klinik Bisnis yang bertema “True Success Alila Café” yaitu Citra Nova Dewi, selaku owner Alila Café and Resto
Dijelaskan Citra, Alila Café and Resto cikal bakalnya warung Mak Kundil. Lokasi lama ada di depan lokasi baru di Jalan Sultan Abdul Rahman. Rumah makan itu mengusung konsep tradisional.
“Layanan Prasmanan jam 08 – 15.00. Lalu selepas jam 15.00 menggunakan system taking order,” katanya pada acara yang ditayangkan di PON TV dengan Presenter Alwa Rerizia ini.
12 Maret 2005, Citra memutuskan untuk mengekspansi usaha rumah makan keluarganya itu. Mengusung konsep cafe and resto, maka jadilah Alila Café.
“Alila dari bahasa sanksekerta artinya kejutan. Alila dibaca dari belakang dan dari depan tetap Alila,” ungkap Citra terkait pemilihan nama cafe miliknya.
Ibu tiga anak perempuan dan lulusan FKIP Untan Jurusan Bahasa Inggris ini menjelaskan, dalam sistem layanannya Alila menggabungkan dua konsep. Prasmanan (buffet) ambil sesuai selera dan taking order ambil sesuai daftar menu. Perubahan lain yang Citra buat di usahanya dengan menyediakan live music.
“Ketika mulai café, perubahan pertama yang dilakukan adalah dengan memutar musik. Jumat dan sabtu malam ada live music. Jumat, akustik. Sabtu full band,” ungkapnya.
Nilai lain yang Citra gunakan sebagai diferensiasi point usahanya, No alcohol. ‘The real café with zero alcohol’ jadi slogan yang dipilihnya untuk Alila Cafe.
“Slogan “we’re real café with zero alcohol” selalu dikumandangkan juga oleh para tamu yang tampil di Alila Café. Banyak orangtua merasa anaknya lebih save jika nongkrong di Alila Café,” tandas Citra.
Hambatan yang dijumpai oleh Citra berkaitan dengan minimnya tempat usaha.
“Karena keterebatasan tempat produksi, Alila dibagi menjadi dua. Juli 2013, kami buka Alila cabang prasmanan,” pungkasnya.
Citra memiliki tafsiran berbeda dalam melihat persaingan. Menurutnya, saingan merupakan teman dan saudara.
“Adanya teman-teman bisnis di sekeliling kita malah jadi nilai plus,” lugasnya.
“Contoh Pasar Sudirman, jadi destinasi belanja. Begitu juga dengan kuliner. Daerah ini, dengan banyaknya café dan resto menjadi destinasi kuliner di Pontianak” timpal Citra dengan tersenyum.
Citra berpendapat, yang namanya lidah tidak ada yang loyal tentang selera makan. Tetapi menjaga konsistensi usaha membuatnya dapat bertahan hingga lebih dari sepuluh tahun.
“Meskipun kami mengubah menu namun tetap dengan pakem tradisional melayu,” jelasnya.
“Konsumen kami adalah saudara kami,” sambung Citra. (evy)