eQuator.co.id – Pontianak-RK. Pasca pemilihan legislatif, internal Partai Demokrat mulai bergejolak. Salah seorang kader partai berlambang mercy itu, Hengky Luntungan, mendesak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mundur dari kursi Ketua Umum. Presiden ke-6 RI itu dinilai gagal memimpin partai.
Hengky yang merupakan anggota Forum Komunikasi Pendiri dan Deklator (FKPD) Partai Demokrat juga menuding SBY telah membuat sistem dinasti. Jabatan struktur dibuat di luar hasil kongres.
Salah satunya, Lembaga Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma). Yang diketuai Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY. Yang tak lain adalah anak sulung SBY.
‘Dosa’ SBY yang disebutkan Hengky memantik komentar dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat, Hinca IP Pandaitan. Hinca menegaskan, pembentukan lembaga Kogasma, pemenangan pemilu 2019 yang dipimpin AHY, merupakan lembaga yang sah dan legal.
“Sudah sesuai dengan spirit Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat, tertuang dalam Surat Keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat. Bernomor: 92/SK/DPP.PD/II/2018,” tuturnya dalam keterangan kepada media ini, Kamis (4/7).
Dalam surat keputusan itu, kata Hinca, Kogasma dibentuk oleh DPP Partai Demokrat sebagai respon atas kebutuhan partai. Guna menyukseskan perjuangan menuju Pemilu 2019.
Karena itu, lanjut ia, mengingat Undang-Undang nomor 2 tahun 2011, tentang Partai Politik, dan AD/ ART Partai Demokrat serta program umum partai Demokrat tahun 2015-2020, maka rapat pengurus DPP Partai Demokrat pada tanggal 9 Februari 2018, menetapkan terbentuknya lembaga Kogasma tersebut. “Untuk itu, tudingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang menilai Kogasma ilegal, merupakan tudingan yang keliru dan tidak berdasar,” tegas Hinca.
Ia juga menepis tudingan yang menyatakan Kogasma Partai Demokrat tidak memberi dampak apapun terhadap hasil pemilu 17 April 2019 lalu. “Itu adalah cara pandang yang misleading dan tidak tepat,” tekannya.
Hinca mengklaim, Kogasma Partai Demokrat yang dipimpin AHY justru berhasil menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Yaitu, membentuk kekuatan soliditas kader dan partai. Di tengah ketatnya kompetisi pemilu.
Terbukti, ia menyatakan, hasil pemilu menunjukkan Demokrat lolos ambang batas parlementary threshold dan presidential threshold. Dengan raihan suara partai mencapai 7,7 persen.
Dari fakta-fakta itu, Hinca menandaskan, beragam statement dan manuver politik oleh kelompok yang mengatasnamakan FKPD, yang menyudutkan SBY, sejatinya tidak berdasar. “Untuk itu, demi kemaslahatan partai dan soliditas kader Partai Demokrat, kami menempuh penegakan disiplin partai, dengan cara-cara internal,” bebernya. Dengan langkah-langkah ini, Hinca berharap, isu ‘kegaduhan’ di internal partai Demokrat, tidak berkembang luas dan bisa segera diselesaikan.
Terpisah, Deputi Kogasma Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra menilai gerakan segelintir kader yang menginginkan SBY mundur dari jabatan ketua umum, merupakan bagian dari usaha pihak luar yang berusaha mengganggu Partai Demokrat. “Ada pihak luar yang berusaha test the water. Seberapa solid Partai Demokrat di bawah SBY dan pemimpin muda AHY,” ungkapnya, diwawancarai Rakyat Kalbar, Kamis (4/7) malam.
Pria kelahiran Pontianak yang sempat berlaga di Dapil Kalbar pada Pileg 2019 lalu ini pun menduga ada gerakan-gerakan segelintir pengacau untuk mengadu domba. Karena tidak senang dengan Partai Demokrat yang tetap solid dan berhasil meraih suara 7,7 persen tersebut.
“Mereka berharapnya Demokrat hancur lebur dan gagal lolos ambang batas parlemen,” ujarnya.
Menurut Herzaky, sejak tahun 2013, memang ada gerakan secara sistematis dan masif. Untuk memecah belah kesolidan Demokrat. Bahkan, gerakan-gerakan adu domba itu, berjalan menggunakan media massa dan media sosial.
“Ada yang berusaha menggerogoti dan menjatuhkan Partai Demokrat. Fitnah keji bolak-balik dilontarkan ke Demokrat, Pak SBY, bahkan pernah ke AHY,” ungkapnya.
Di momen-momen besar seperti Pileg 2014 dan 2019, serta Pilkada 2017, ketika AHY pertama kali masuk dunia politik, lanjut Herzaky, rongrongan dan fitnah semakin kencang menggoyang partai besutan SBY tersebut. “Masih ingat fitnah Asia Sentinel di 2018 lalu? Fitnahnya menggunakan media abal-abal yang berbasis di luar negeri,” sebutnya.
Beruntung, usaha pihak luar itu, untuk merusak Demokrat, tidak berhasil. Justru, Demokrat semakin solid. Masyarakat pun masih banyak yang menghargai keberhasilan Ketua Umum Demokrat selama dua periode memimpin bangsa ini.
“Karena itu, pihak luar ini mengubah taktiknya. Berusaha memecah belah dari dalam. Setelah bulan lalu menjadikan SBY sebagai sasaran, kali ini AHY yang dijadikan target,” terang Herzaky.
Ia menyayangkan, kalau kemudian ada segelintir kader, yang tidak sadar, atau justru ikut-ikutan memecah kesolidan partainya sendiri. Kerena itu, Herzaky mendukung penuh tindakan tegas terhadap segelintir oknum kader yang ikut mengganggu. Memecah belah keorganisasian partai.
“Disiplin organisasi perlu ditegakkan. Kecil-kecil memang gerakannya, tapi namanya kerikil, kalau sudah di dalam sepatu, mengganggu juga. Jadi, harus dipindahkan atau dibuang,” pungkasnya.
Laporan: Abdul Halikurrahman
Editor: Mohamad iQbaL