KETIKA “AI” DIADILI

Oleh: Joko Intarto

eQuator.co.id – Perkembangan platform berbasis artificial inteligent (Al) memang sangat mengesankan. Hampir semua jenis dan format konten yang kita inginkan bisa dikerjakan oleh mesin pintar itu.

Dulu AI membantu membuat konten berformat teks. Seiring dengan kemajuan teknologinya, berkembang ke produksi konten foto. Belakangan juga merambah ke desain grafis dan video, lengkap dengan kemampuan melakukan editing dan efek multimedianya.

Bank BRI salah satu perusahaan terdepan yang memanfaatkan kemajuan AI untuk melayani customer-nya. Mbak Sabrina yang cantik, ramah dan pintar setiap kali Anda bertanya ke call center BRI itu, bukanlah gadis sungguhan. Dia adalah gadis virtual rekaan Mas Zaini dan timnya, menggunakan bantuan AI. Mas Zaini adalah sahabat baik saya, pembuat desain cover buku “Umrah Rasa F-1” yang terbit pada 2018.

Berkat AI, BRI tidak perlu mengontrak artis sebagai bintang iklan dengan nama Sabrina. Hal ini aman, karena wajah Sabrina versi AI bisa diatur hanya ada satu di seluruh dunia, tidak punya kembaran, dan tidak bisa berubah penampilannya sampai kapan pun. Sabrina virtual juga dijamin tidak akan tersandung skandal memalukan selama masa kontrak, yang bisa merusak citra BRI. Misalnya: tertangkap sebagai pengedar narkoba!

Namun tidak selamanya tokoh ciptaan AI secerdas Sabrina. Buktinya, ada juga tokoh virtual yang “kepleset lidah” ketika mempromosikan objek wisata di dalam negeri. Karena tokoh virtual tidak mungkin dipolisikan, penciptanya yang sekarang dilaporkan masyarakat.

Dari potongan video yang saya tonton, tokoh AI -sebut saja bernama Putri- mengajak pemirsa yang ingin umrah untuk datang saja ke Candi Borobudur. “Ngapain umrah jauh-jauh pergi jauh-jauh ke Arab Saudi?” tanya Putri.

Di sinilah persoalan bermula. Ucapan Putri: “Kalau ingin umrah cukup datang ke Candi Borobudur” dinilai publik sebagai pelecehan agama.

Tampaknya Putri gagal paham sehingga tidak bisa membedakan “umrah” sebagai ibadah keagamaan umat Islam dengan “wisata” ke objek bernuansa sejarah.

Kok bisa Putri sebagai karya AI begitu bodohnya? Sebenarnya yang bodoh bukan AI, melainkan Yulianto Harimurti, orang yang membuat tokoh virtual bernama Putri. Ia kurang ilmu sehingga tidak bisa membuat script yang benar.

Menulis script, sepertinya pekerjaan sederhana. Padahal berat tanggung jawabnya. Script writer adalah pekerjaan yang saya tekuni sejak 2007. (jto)