Ketemu Tokoh Lintas Agama, Puji Toleransi di Indonesia

Hari Terakhir Kunjungan Kenegaraan King Salman

FOTO BARENG. Raja Salman bersama tokoh lintas agama setelah melakukan pertemuan di Hotel Raffles, Jakarta, Jumat (3/3). JP Photo

eQuator.co.idJakarta-RK. Kunjungan Kenegaraan Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulazis Al Saud, ke Indonesia berakhir Jumat (3/3). Raja Salman mengakhiri dengan berdialog bersama tokoh lintas agama di Indonesia. Selanjutnya, ia akan mampir sejenak ke Brunei Darussalam sebelum berlibur di Bali.

Gambaran toleransi beragama tampak betul dalam pertemuan tersebut. Sedikitnya ada 28 orang tokoh lintas agama yang bertemu Raja Salman. Masing-masing Islam (9), Kristen (4), Katolik (4), Hindu (4), Budha (4), dan Konghucu (3).

Di antaranya, Prof Azyumardi Azra, Prof Komaruddin Hidayat, Ketua Umum PGI Henriette T Hutabarat, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo, Ketua Umum PHDI Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum Walubi Hartati Murdaya, dan Ketua Umum Matakin Uung Sendana.

Pantauan Jawa Pos, mobil-mobil menteri mulai berdatangan setelah Salat Jumat. Rombongan RI 1 sendiri baru datang pukul 13.45 WIB melalui pintu utama Hotel Raffles di depan jalan Prof Dr Satrio. Menurut laporan yang diterima oleh Jawa Pos, Raja Salman melakukan ramah tamah terlebih dahulu di ruangan bersama Menteri Agama, Menteri Luar Negeri, dan Menteri Koordinator Pembedayaan Manusia dan Kebudayaan (PMK).

Setelah 15 menit, barulah mereka keluar dan melakukan dialog dengan 28 tokoh lintas agama. Mobil RI 1 bersama pengamanan  akhirnya keluar pukul 15.07 WIB. Terkait pengamanan, Kapolres Metro Jakarta Selatan Iwan Kurniawan mengatakan bahwa Raja Salman sendiri tak punya agenda keluar sehingga pengaturan dilakukan secara fleksibel.

”Kami hanya menutup jalan jika ada tamu atau tiba-tiba rombongan raja Salman ingin keluar. Tapi, sampai saat ini, memang agenda hari ini internal,” ungkapnya.

Raja Salman mengapresiasi kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Menurut dia, nilai-nilai toleransi sebaiknya dipegang teguh oleh setiap warga negara.

’’Stabilitas Indonesia merupakan buah dari semangat toleransi, serta hidup berdampingan di antara semua lapisan penduduk,’’ ujarnya.

Khadimul Haramain mendorong semua pihak di Indonesia untuk terlibat menjaga suasana damai. Menurut dia, semua agama berusaha untuk menjaga hak-hak manusia dan kebahagiaan mereka.

’’Karenanya, penting untuk memerangi radikalismedan ekstrimisme yang ada,’’ lanjutnya.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa harmoni antarumat beragama di Indoneisa tidak lepas dari keberadaan para tokohnya. ’’Para pemimpin agama ini merupakan teladan bagi umatnya dalam mengembangkan semangat toleransi dan sikap saling menghormati,’’ tuturnya.

Pertemuan berlangsung tidak lebih dari satu jam. Dalam pertemuan itu, Ignatius Suharyo berpendapat bahwa kehadiran Raja Salman sangat bermakna bagi kehidupan beragama di Indonesia.

’’Bagi kami umat Katolik, perjumpaan ini merupakan suatu peristiwa yang sangat simbolik, bagian dari sejarah Bangsa Indonesia,’’ tuturnya.

Hal senada disampaikan tokoh umat Budha Suhadi Sanjaya. Dia meminta Raja Salman ikut aktif menjaga perdamaian antarumat beragama.

’’Harapan kami kepada Sri Baginda dengan segala kebijakan dan kewibawaannya, bisa menciptakan perdamaian di dunia,’’ ucapnya.

Hampir semua perwakilan agama menyerukan tentang pentingnya toleransi. Termasuk Azyumardi Azra dalam pertemuan itu juga mengusulkan ada dialog antaragama lebih intesif dengan lembaga di Wina yang didukung Arab Saudi.

Azyumardi menyambut baik ajakan Raja Salman untuk memerangi ekstrimisme dan radikalisme. Karena itu, dia mendukung penguatan kerjasama antara kedua negara dalam memerangi penyakit umat tersebut.

’’Indonesia beruntung bisa memiliki stabilitas ekonomi dan politik sehingga bisa memajukan kehidupan bangsa,’’ ucapnya.

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Hanriette T. Hutabarat mengungkapkan pertemuan tersebut sungguh mengesankan. Lantaran, Raja Salman juga mau bersalaman dengan pemimpin agama lain.

”Pertemuanya sangat singkat hanya sejam. Tapi tadi sangat bermanfaat untuk menjalin relasi antar umat beragama,” ujar dia.

Menteri Luar Negeri Retno L. Marsudi yang turut pertemuan usai jamuan teh itu mengungkapkan, masing-masing perwakilan agama diminta untuk bicara bergantian. Sebelumnya Presiden Jokowi yang menginisiasi pertemuan itu dan Raja Salman juga memberikan sambutan singkat.

”Pertemuan yang sangat simbolik untuk menebarkan toleransi harmoni dan perdamaian dunia,” ujar Retno.

Malamnya, Raja Salman bertemu dengan Wapres Jusuf Kalla, juga di hotel Raffles. Pertemuan singkat itu ditujukan untuk memperkuat komitmen dan melaksanakan semua kesepakatan kerjasama. Arab Saudi juga menyampaikan komitmen untuk meningkatkan kerjasama bilateral dengan Indonesia di berbagai bidang.

JK juga menyampaikan terima kasih atas layanan yang baik terhadap 1,2 juta jamaah haji dan umrah Indonesia yang setiap tahun menunaikan ibadah ke Mekah dan Madinah. ”Pembicaraan berlangsung santai, dan Raja Salman sangat antusias dalam pertemuan dengan Pak JK,” ujar juru bicara wakil presiden Husain Abdullah dalam pertemuan tertutup untuk media itu.

Hasil Kerjasama

Kunjungan kenegaraan King Salman ini diakui pemerintah belum signifikan mengubah posisi Saudi dalam hal investasi. Meskipun demikian, pemerintah optimistis dalam jangka panjang manfaat kunjungan tersebut akan terasa. Khususnya terkait 11 MoU yang telah disepakati kedua negara.

Menteri Perencanaan Pembangunan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, ekspansi Saudi belum terlalu terasa di Indonesia. ’’Investasinya masih relatif rendah, nomor 57 di Indonesia,’’ ujarnya di Gedung Bina Graha kemarin (3/3). Interaksi dengan pemerintah melalui loan (pinjaman) atau grant (hibah) juga relatif terbatas. Menurut dia, pertemuan yang sifatnya business to business masih akan panjang ceritanya.

Hal senada disampaikan Menlu Retno Marsudi. Menurut dia, kehadiran Raja Saudi di Indonesia jangan langsung diukur dengan nominal. ’’Kalau (investasi) datang blek (seketika), itu sinterklas. Kita mau, disinterklasi?’’ucapnya. Ada proses yang harus dilalui. Dalam dua tahun terakhir, pasca kunjungan Presiden Jokowi ke Saudi, ada kemajuan yang sangat luar biasa dalam hal kerjasama.

Karena itulah, sejak awal kedatangannya Raja salman langsung menyatakan bakal meningkatkan komitmennya dalam hal kerjasama dengan Indonesia. Selama ini, yang paling tampak dalam hubungan kedua negara adalah persoalan Haji dan umroh, juga keberadaan TKI di Saudi.

Sekarang, setelah kedua pemimpin saling mengunjungi, terlihat ada banyak peluang yang dapat dilakukan oleh kedua negara. Yakni, di bidang perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi lainnya. ’’Ini yang sekarang didorong oleh kedua belah pihak,’’ lanjut diplomat 54 tahun itu.

Kerjasama bidang aeronautika misalnya. Menteri Perhubungan Budi karya Sumadi menuturkan, kerja sama itu akan membuka peluang bagi Indonesia dalam hal penerbangan. Indonesia berpeluang menambah sedikitnya 40 penerbangan dalam sepekan ke Arab Saudi melalui Jeddah dan Madinah. Tapi angka tersebut sangat bergantung dengan pertumbuhan jumlah penumpang.

”Konsen saya adalah bagaimana mendapatkan unlimited yang di Jeddah dan Madinah. Karena itu ruang slot yang kita butuhkan untuk umroh dan haji itu sangat banyak,” ujar dia.

Kesepakatan aeronautika itu membuat penerbangan Indonesia-Arab Saudi tidak terbatas. Dari Indonesia bisa melalui lima kota yakni Jakarta, Surabaya, Bali, Makassar, dan Medan. Sedangkan di Arab Saudi melalui Jeddah dan Makkah. ”Yang berikutnya adalah kita menambah tiga kota untuk dikunjungi selama tujuh kali satu hari. yaitu di Solo, Balikpapan, dan Palembang,” kata dia.

Di sektor pariwisata, kehadiran Raja Salman ke Indonesia secara langsung bisa mendongkrak kunjungan wisata mancanegara khususnya yang berasal dari Arab Saudi. Peluang tersebut dimanfaatkan betul oleh Kementerian Pariwisata.

Kemenpar mengalokasikan 50 persen anggaran promosinya di televisi Aljazera untuk mengkondisikan kedatangan Raja Salman. ”Seminggu sebelumnya kita sudah promosi besar-besaranan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,” ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya usai bertemu Wakil Presiden Jusuf Kalla.

Pada 2016, jumlah turis Arab Saudi 186.645 orang. Tiap orang mengeluarkan sekitar USD 924 perkunjungan dengan rata-rata selama 12 hari. Destinasi favorit adalah Puncak, Bogor; Jakarta, dan Bali. Sedangkan wisatawan dari Timur Tengah diperkirakan sudah 240 ribu orang.

Arief menargetkan kehadiran Raja Salman bisa melipatgandakan kunjungan turis hingga 50 persen menjadi 360 ribu orang pada tahun ini. jumlah tersebut sudah bisa mengungguli Malaysia yang sekitar 300 ribu orang pertahun.

”Itu mungkin karena Raja Salman itu adalah salah satu endorser yang terhebat untuk pasar Timur Tengah. Beliau tokoh dan ditokohkan. Sudah seperti itu gratis lagi,” imbuh Arief.

Untuk bidang kesehatan, kedua Menteri Kesehatan (Menkes) sepakat menjalin kerjasama dalam memecahkan masalah kesehatan bersama. Seperti isu-isu kesehatan nasional dan internasional. Terutama, soal peraturan kesehatan internasional.

Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek menjelaskan, kerjasama pun akan dilakukan dalam hal perekrutan tenaga kerja kesehatan dan profesional kesehatan Indonesia. ”Untuk menjamin keamanan dan keselamatan jemaah haji atau umroh diperlukan pula adanya kolaborasi di bidang penerapan persyaratan kesehatan,” ungkapnya.

Selain itu, disepakati pula soal pengembangan kapasitas sumber daya manusia termasuk pertukaran ahli dan profesional kesehatan perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di masing-masing negara.

Pertukaran ahli dan profesional ini membuka kesempatan bagi para ahli dan profesional kesehatan di Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan. Terutama, dalam upaya promotif dan preventif dari mulai mengenali jenis penyakit hingga pengembangan teknologi kesehatan.

”Pencegahan dan pengendalian penyakit lainnya yang menjadi kepentingan berasama akan disepakati secara tertulis oleh masing-masing pihak,” katanya.

MoU lainnya yang diteken selama kunjungan Raja Salman ke Indonesia terkait dengan urusan Islam. Khususnya terkait dengan Islam yang moderat. MoU ini diteken antara Menag Lukman Hakim Saifuddin dan Menteri Urusan Islam, Dakwah, dan Bimbingan Arab Saudi Sheikh Saleh bin Abdulaziz Alash-Sheikh.

Di dalam ini terdapat uraian yang secara khusus menyebutjan perbedaan atau keragaman tetap bisa dijaga. Termasuk perbedaan dalam paham keagamaan. Sebagai tindaklanjut ini, dua kementerian itu akan duduk bersama membahas teknik implementasi MoU. Indonesia maupun Arab Saudi telah memiliki kesamaan pandangan terkait moderasi Islam. (Jawa Pos/JPG)