eQuator.co.id – Madinah-RK. Kasus yang dialami seorang jamaah kloter SUB (Surabaya) 12 patut jadi pelajaran. Lolos membawa barang aneh-aneh di Indonesia, belum tentu aman saat masuk ke Saudi Arabia.
Petugas bea dan cukai di bandara Madinah kemarin (12/7) mengamankan sebanyak 600 lebih bungkus bawaan jamaah Indonesia. Barang tersebut disita dari jamaah kemudian diberikan ke panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) daerah kerja (Daker) Madinah. Skema ini dilakukan karena barang yang dibawa bukan masuk kategori barang terlarang. Tetapi dinilai mencurigakan sebagai barang dagangan.
Ratusan bungkus barang-barang itu terdiri dari beragam jenis. Diantaranya adalah 633 bungkus jamu kuat mereka King Cobra. Kemudian ada kamu rapet wangi sebanyak enam dus, rokok 65 bungkus, Hemaviton 165 sashet, serta aneka produk jamu lain dan Extra Joss.
Kepala Daker Madinah Akhmad Jauhari menuturkan dari sisi jumlah kemasan, barang bawaan yang disita masuk kategori tidak wajar. “Kalau misalkan kita bawa Hemaviton sebatas dua atau tiga strip tidak masalah,” katanya. Namun jika sudah lebih dari 50 strip itu bisa dicurigai akan berjualan.
Termasuk juga membawa rokok. Jauhari mengatakan ketika dalam pembekalan, sudah dijelaskan membawa rokok tidak dilarang. Apalagi untuk konsumsi pribadi. Tetapi jika jumlahnya berlebihan akan disita.
Jauhari juga menegaskan ada sejumlah produk yang memang dilarang masuk Saudi. Diantaranya adalah produk yang tidak jelas komposisinya. “Biasanya obat tradisional dengan kemasan tidak permanen dan tidak ada keterangan komposisinya,” jelasnya.
Meskipun barang-barang tadi tidak disita oleh pemerintah Saudi, tetap tidak akan dikembalikan ke jamaah yang bersangkutan. Dia menegaskan barang-barang itu bukan kategori barang yang dilarang masuk Saudi. Tetapi hanya jumlahnya saja yang melanggar ketentuan bea dan cukai. Jauhari menuturkan barang yang masuk kategori terlarang seperti obat yang ada indikasi kandungan narkoba.
Jauhari menginginkan supaya jamaah tidak perlu membawa barang aneh-aneh. Dia menganggap jamu rapet wangi atau King Cobra sebagai barang aneh. “Kok jamaah haji bawa rapet wangi buat apa? Kalau bawa tolak angin, parasetamol, atau obat2an untuk mengurangi rasa nyeri dan jumlahnya wajar tidak masalah,” tuturnya.
Sementara itu persiapan menyambut kedatangan jamaah di Makkah terus dipersiapakan. Kepala Bidang Perlindungan Jamaah Jaetul Muchlis menuturkan salah satu titik krusial adalah di Masjidilharam. Untuk itu dibentuk sektor khusus (seksus) Masjidilharam.
Dia menuturkan tidak kurang ada enam posko yang disiapkan di dalam dan sekitaran Masjidilharam. Posko ini tugasnya mengawasi pergerakan jamaah Indonesia. Selain itu juga membantu jika ada jamaah yang terpisah dari rombongan atau mengalami kendala lainnya. “Di setiap posko ada personel linjam (perlindungan jamaah, Red),” katanya. Personel linjam berasal dari unsur TNI dan Polri.
Selain itu juga ada personel P3JH (pertolongan pertama pada jamaah haji) dari Kemenag dan layanan bimbingan ibadah (bimbad). Salah satu posko ditempatkan di lokasi towaf tidak jauh dari Kakbah. Kemudian ada juga posko di pintu atau Gate Marwah. Posko lainnya ada di depan Zam Zam Tower.
Di sisi lain, pengawasan kesehatan jamaah haji terus dilakukan. Salah satunya dnegan inspeksi di perusahaan katering. Kegiatan itu dimulai Kamis lalu (11/7) di PT. Al-Andalus Catering oleh tim sanitarian PPIH Kesehatan. Tiga petugas sanitarian dibawa keliling pabrik untuk melihat produksi makanan.
“Kami melakukan pengawasan dari persiapannya jadi ke dapurnya,” ungkap penanggungjawab sanitasi Daker Madinah Ali Wardana. Tim sanitarian melihat bagaimana menyiapkan makanan. Mereka meninjau dibeberapa tempat dan tahapan. Mulai dari tahapan penerimaan bahan baku, penyimpanan bahan makanan di ruangan pendingin, kemudian pembersihan atau pencucian bahan makanan, dan proses pemasakan. Selanjutnya juga penyajian hingga pengepakan makanan yang siap dikirim ke kloter. Pemeriksaan batas waktu kedaluwarsa bahan baku juga dilakukan. Bahkan hingga kebersihan pegawai dan lingkungan sekitar katering.
Meskipun ada beberapa catatan perbaikan, Ali menyatakan, secara umum hasilnya baik. Makanan dan minuman yang diproduksi tersebut dinilai layak untuk dikonsumsi para jemaah haji Indonesia.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka menuturkan bahwa Kementerian Kesehatan memiliki langkah prefentif untuk melindungi kesehatan jamaah. Proses inspeksi menurut Eka dilakukan ke seluruh katering yang ditunjuk oleh Kementerian Agama. ”Metode yang digunakan ialah organoleptik, yaitu cara untuk mengetahui bau, rasa, dan rupa makanan secara kasat mata,” ujarnya kemarin.
Eka menyatakan perusahan katering hanyalah salah satu lokus dari pengawasan sanitasi yang dilakukan oleh Sanitarian Kemenkes. Lokasi lainnya yang juga dilakukan inspeksi ialah Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah dan hotel atau pondokan tempat jemaah haji tinggal. ”Dilakukan secara acak,” beber Eka.
KESEMPATAN SESUAIKAN
ARAH KIBLAT
Anda kurang yakin dengan posisi tepat arah kiblat? Ada kesempatan menyesuaikannya dengan memanfaatkan posisi matahari terhadap Kakbah. Menurut Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kementerian Agama Agus Salim, berdasar data astronomi, Senin (15/7) dan Selasa (16/7) matahari akan melintas tepat di atas Kakbah. Fenomena alam itu terjadi pada pukul 16.27 WIB atau 17.27 Wita.
“Saat itu bayang-bayang benda yang berdiri tegak lurus, di mana saja, akan mengarah lurus ke Kakbah,’’ ucap Agus dalam siaran pers yang diterima Jawa Pos kemarin (12/7).
Menurut dia, peristiwa itu dikenal juga dengan nama istiwa a’dham atau rashdul qiblah. Yaitu, waktu matahari di atas Kakbah, bayangan benda yang terkena sinar matahari akan menunjuk arah kiblat.
Momentum itu, lanjut Agus, dapat digunakan umat Islam untuk memverifikasi kembali arah kiblatnya. Caranya, menyesuaikan arah kiblat dengan arah bayang-bayang benda pada saat rashdul qiblah. Agus menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses verifikasi arah kiblat. Pertama, benda yang menjadi patokan harus benar-benar berdiri tegak lurus. Bisa menggunakan lot atau bandul. Kedua, permukaan dasar (masjid atau musala atau tempat salat lainnya) harus betul-betul datar dan rata. Kemudian, jam pengukuran harus disesuaikan dengan BMKG, RRI, atau Telkom.
Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menuliskan tip untuk pengecekan arah kiblat tersebut. Dalam catatannya yang dipublikasikan pada 2010, Thomas mengungkapkan bahwa penyempurnaan arah kiblat bisa dilakukan sepanjang tahun. Daerah yang mengalami siang bersamaan dengan Makkah (Indonesia Barat, Asia Tengah, Eropa, Afrika) bisa melakukan pengecekan pada 26–30 Mei pukul 16.18 WIB dan 14–18 Juli pukul 16.27 WIB. ’’Rentang waktu plus-minus 5 menit masih cukup akurat. Arah kiblat adalah dari ujung bayangan ke arah tongkat,” jelasnya.
Daerah yang mengalami siang berlawanan dengan Makkah (Indonesia Timur, Pasifik, dan Benua Amerika) bisa melakukan pengecekan pada 12–16 Januari pukul 04.30 WIB dan 27 November–1 Desember pukul 04.09 WIB.
Dengan posisi matahari berada tepat di atas Kakbah, penentuan arah kiblat bisa lebih mudah dan akurat. ’’Arah kiblat bisa ditentukan dari bayangan benda vertikal. Misalnya, tongkat, kusen jendela/pintu, atau sisi bangunan,” kata Thomas. (Jawa Pos/JPG)