eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Jelang Natal dan tahun baru saat ini, ada sepuluh bahan pokok kebutuhan masyarakat yang dipantau Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar. Hasil pantauan tersebut, sejauh ini pasokan pangan masih tercukupi.
“Tinggal distribusinya saja, ini yang perku dilakukan kerjasama oleh semua pihak terkait,” kata Kepala Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar, Abdul Manaf saat rapat koordinasi Pengamanan Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan menjelang perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) di ruang rapat gedung kantor Bank Indonesia Kalbar, Selasa (12/12).
Begitu pula dari sisi harga. Menurut Manaf, tidak terjadi kenaikan yang cukup siginifikan. Hanya telur dan ayam potong terjadi sedikit kenaikan harga. “Namun kenaikan telur dan ayam potong ini masih diharga yang wajar, tidak begitu signifikan,” jelasnya.
Apalagi kata dia, Satgas Pangan sudah hadir sejak tahun 2017. Satgas ini sangat membantu pihaknya dalam hal pasokan dan kestabilan harga.
“Saya merasakan sendiri, adanya Satgas Pangan masyarakat terlindungi, tidak ada harga pangan yang tinggi akibat adanya spekulan yang menimbun,” tuturnya.
Sebagai indikatornya, dapat dilihat periode tahun 2014-2017. Dalam perjalanan pemenuhan kebutuhan bahan pokok, pihaknya harus mendatangkan dari luar daerah. Diantaranya telur dan ayam potong. “Pengalaman ditahun 2014-2016, saat mendatangkan telur dari Kalimantan Selatan, 25 persen habis pecah,” ungkapnya.
Ketika mendatangkan daging ayam beku tidak laku. Sebab masyarakat tidak familiar dengan daging beku.
“Tapi sekarang masyarakat sudah mulai kenal dengan daging beku, sebab dilihat dari mafaat dan kehigienisannya,” ucap Manaf.
Sementara Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Ketahanan Pangan, Risfaheri menuturkan, pihaknya melakukan pemantauan khususnya menjelang HBKN di daerah-daerah. Salah satunya di Kalbar. Karena pihaknya fokus terhadap daerah-daerah yang banyak masyarakatnya marayakan Natal.
“Terlebih ini juga dibarengi dengan hari libur, secara otomatis tempat wisata akan menjadi pusat keramaian pula, jadi daerah-daerah wisata juga kami lakukan pemantauan pasokan pangannya,” paparnya.
Seperti di Sumatra Utara, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Jateng, Maluku, Bali dan DKI Jakarta, termasuk pusat wisata yang cukup ramai. Sehingga kebutuhan pasokan pangan lebih tinggi dibanding daerah lainnya.
“Tapi dari pantauan yang sudah kami lakukan pasokan pangan khususnya Kalbar cukup. Ada kenaikan sedikit tapi masih dalam batas yang wajar, nanti juga akan turun lagi,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi kenaikan harga pangan, akan digelar pasar pangan murah atau pangan selektif. Namun ini dilakukan apalagi terjadi gejolak harga yang masuk dalam kategori mengkhawatirkan. “Sehingga baik di tingkat konsumen maupun produsen tetap terjaga dan tidak ada yang dirugikan,” jelas Risfaheri.
Senada disampaikan Kasi Bidang Perdagangan Luar Negeri Impor dan Bina Perdagangan Lintas Batas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalbar, Budi L Sanjaya. Menurutnya, dilihat dari sisi harga pangan di pasar tradisional cenderung stabil. Hal ini lantaran adanya peran Kementerian Perdagangan yang mengeluarkan Harga Eceran Tertinggi (HET) dan terbentuknya Satgas Pangan. Terbukti sejak tahun 2016 hingga sekarang inflasi Kalbar turun. “Bahkan saat ini stok dan harga pangan kita relatif stabil,” sebutnya.
Apalagi harga-harga pangan diinformasikan secara transparan ke masyarakat. Baik melalui aplikasi Gencil lalu, SP2KP dan TPID.
“Tiga inilah yang saling sinergi, sehingga dengan sisa satu bulan lagi di tahun 2018 ini kita berharap inflasi kita bisa terjaga bahkan kita harapan bisa jadi rekor terbaik di indonesia,” pungkasnya.
Laporan: Nova Sari
Editor: Arman Hairiadi