eQuator.co.id – Pontianak-RK. Kapolresta Pontianak Kombes Pol Purwanto beserta istri menjenguk Nuzul Kurniawati, seorang guru MTs Darussalam yang dirawat di RSUD dr Soedarso setelah dipukul menggunakan kursi dan dilempar handphone (HP) oleh muridnya, NF, selepas salat Jumat (9/3).
Banyak informasi yang diperoleh Purwanto secara langsung dari Nuzul. Semuanya cocok dengan pengakuan NF, terkait kronologis pemukulan yang terjadi di ruang kelas sekolah swasta yang terletak di Jalan Tani, Kecamatan Pontianak Timur pada Rabu (7/3) sekitar pukul 10.00 Wib itu.
“Setelah kita lakukan pemeriksaan, bahwa si anak tersebut memang benar melakukan pemukulan menggunakan kursi dan melempar HP yang dia pegang kepada korban,” jelas Purwanto usai menjenguk Nuzul, kepada sejumlah wartawan.
Ia menegaskan, kasus penganiayaan terhadap perempuan 49 tahun ini tetap berlanjut. Bocah 15 tahun itu pun sampai saat ini masih menjalani pemeriksaan mendalam di Polresta Pontianak. Penanganan terhadap NF pun, kata Purwanto, dilakukan dengan istimewa.
“Karena yang melakukan penganiayaan ini adalah anak di bawah umur, maka perlakuan terhadap dia agak sedikit istimewa,” ujarnya.
Istimewa dalam artian, kepolisian akan melibatkan beberapa pihak. Seperti Balai Pemasyarakatan (Bapas) Anak dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
“Nanti pun jika ini dilanjutkan sampai persidangan, ada dua keputusan, yakni dipelihara oleh negara atau dikembalikan kepada orangtuanya untuk dilakukan pembinaan,” tutur Kapolresta.
Untuk diketahui, penganiayaan ini terjadi disaat jam mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Saat pelajaran masih berlangsung, NF bermain game di HP-nya. Ketika ditegur guru pengajar, NF tak menghiraukan.
Lantas, kejadian ini diadukan ke Nuzul yang juga sebagai Waka Siswa. Nuzul kemudian menasihati NF. Namun yang terjadi, NF memukul kepala Nuzul menggunakan kursi dan melemparinya dengan HP.
“Jadi, anak ini kedapatan sedang bermain game di HP pada saat kegiatan belajar mengajar tengah berlangsung. Kemudian ditegur oleh gurunya. Kemudian anak itu marah. Lalu terjadilah pemukulan itu,” jelas Kapolresta.
Sakit luar biasa di kepala kala itu membuat Nuzul tak mampu bangun. Ketika dibawa ke Rumkit Kartika Husada hingga dirujuk ke RSUD dr Soedarso pun, Nuzul dibopong. Hasil pemeriksaan dokter, terjadi pembengkakan dan memar di bawah telinga sebelah kanan. Sampai saat ini masih terlihat bengkak.
*Kurang Kasih Sayang*
Menurut Kapolresta, perilaku NF yang brutal tersebut diduga karena kurangnya perhatian dari keluarga setelah kedua orangtuanya berpisah.
“Berdasarkan keterangan sekilas dari korban, bahwa anak ini (NF) adalah produk dari keluarga yang broken home. Orangtuanya bercerai,” ucapnya.
Sehinggga, lanjut Purwanto, dengan kondisi keluarga yang sudah tak utuh lagi, NF harus hidup seadanya dengan saudara-saudaranya. Kadang menginap di rumah paman, kadang juga di rumah kakeknya. “Berpindah-pindah gitu. Bisa dikatakan, dia ini kurang kasih sayang,” ujarnya.
“Dari korban (secara pribadi), sebetulnya sudah memaafkan pelaku. Karena, pertama, mungkin dia pernah menjadi wali kelas NF. Kedua, apalagi dia seorang guru yang juga seorang ibu, jadi mungkin mengerti betul kejadian tersebut bukan keinginan dari NF,” imbuh Purwanto.
Bahkan, sambung dia, Nuzul juga ingin proses pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat dan siswa kelas VIII tersebut tidak ditahan. “Karena korban berharap, si anak tersebut masih mempunyai masa depan yang baik,” tutur Purwanto.
Lain halnya, dalam proses peliputan Kapolresta Pontianak ketika menjenguk korban, beberapa awak media tidak diperbolehkan masuk ke ruang rawat oleh petugas rumah sakit karena dianggap dapat mengganggu istirahat pasien lain jika ikutan masuk ke dalam.
“Hanya beberapa orang saja ya, yang masuk,” ucap petugas rumah sakit itu. Akhirnya, pemburu berita itu menunggu di luar sampai Kapolresta keluar ruangan.
Laporan: Ambrosius Junius
Editor: Ocsya Ade CP